Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Maraknya Anak Durhaka di Sistem Rusak

Topswara.com -- Anak durhaka merupakan petaka bagi orang tua. Alih-alih membuat orang tua bahagia dan sejahtera, anak durhaka justru tega mencelakakan, bahkan menghilangkan nyawa orang yang sudah membesarkannya. 

Hal ini terjadi di Duren Sawit, Jakarta Timur. Seorang pedagang ditemukan tewas di sebuah toko perabot di Duren Sawit, Jakarta Timur. Hasil penyelidikan polisi menemukan bahwa korban dihabisi oleh anaknya sendiri, K (17) dan P (16). Kedua pelaku tega membunuh ayah kandung mereka sendiri karena merasa sakit hati setelah dimarahi akibat ketahuan mencuri uang sang ayah. (liputan6.com, 23/6/2024)

Sungguh miris sekali. Anak tega membunuh orang tuanya sendiri. Hanya karena dimarahi, anak berani berbuat keji terhadap ayahnya. Apalagi mereka dimarahi karena telah melakukan tindakan yang buruk, yaitu mencuri uang ayah. Apa pun alasannya, hal itu tidak bisa dibenarkan.

Anak durhaka terhadap orang tua semacam itu nyatanya merupakan fakta yang banyak terjadi di masa sekarang. Bila kita melihat sekeliling, banyak kasus anak yang berlaku jahat terhadap orang tua. Ketika dinasihati, mereka tidak mau mendengar. 

Ketika ditegur, mereka malah balik marah-marah ke orang tua. Berbagai macam tingkah polah anak yang tidak semestinya dilakukan, bahkan sampai melewati batas seolah kian marak dari waktu ke waktu.

Fakta ini menunjukkan ada yang salah dalam sistem pendidikan kita. Bagaimana anak-anak ini dididik hingga bisa berlaku kasar dan keji kepada orang tua sendiri? Apakah sekolah tidak mengajarkan tentang adab yang baik terhadap orang tua? Bagaimana pula pola asuh di rumah yang seharusnya menjadi tempat pembinaan pertama dan utama bagi anak? 

Sekularisme Merusak Anak

Hal ini terkait dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan yang sekuler telah memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak diajarkan secara layak di sekolah. Porsi jam pelajaran agama yang minim dan materi pelajaran yang alakadarnya. 

Kurikulum pendidikan juga hanya berfokus pada nilai dan materi. Masalah agama dan akhlak tidak terlalu diperhatikan. Anak-anak dibentuk untuk lebih mengejar nilai dan prestasi ketimbang menjadi manusia yang baik. Tidak heran bila banyak anak yang memiliki sikap buruk terhadap orang lain, bahkan terhadap orang tua sendiri.

Sistem pendidikan sekuler telah melahirkan generasi yang rusak. Mereka mungkin pintar dan berprestasi, tetapi sayangnya banyak yang minus akhlak. Mereka mungkin maju dalam ilmu pengetahuan, menguasai teknologi, dan memiliki banyak karya dan pencapaian. 

Namun, mereka tidak paham agama, apalagi menerapkannya dalam kehidupan. Akibatnya, mereka tidak memahami adanya kewajiban berbakti kepada orang tua sebagaimana perintah Sang Pencipta.

Kehidupan yang sekuler ini juga telah menjadikan para orang tua lalai untuk menanamkan nilai-nilai agama untuk anak-anaknya. Orang tua sibuk bekerja demi memenuhi kebutuhan materi bagi anak-anaknya, tetapi lupa atau abai untuk mengajarkan agama kepada mereka. 

Orang tua sendiri pun banyak yang tidak paham agama. Lengkaplah sudah. Orang tua tak paham dan tak peduli dengan urusan agama anak-anaknya. Anak-anak pun berulah, bahkan hingga melewati batas.

Inilah hasil penerapan sistem sekularisme kapitalisme. Sistem ini tidak mampu melahirkan generasi yang saleh dan bertakwa. Sebaliknya, anak durhaka menjadi marak dalam sistem rusak ini.

Bila Islam Diterapkan

Hal ini berbeda jauh bila Islam diterapkan. Ketika Islam yang menjadi aturan kehidupan, maka segala sesuatu akan dilakukan menurut perintah Allah. Salah satunya adalah kewajiban berbakti kepada orang tua, sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 23: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada mereka perkataan ‘uff’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”

Jangankan berbuat kasar, membentak saja tidak diperbolehkan kepada orang tua. Islam sangat memperhatikan adab terhadap orang tua. Kewajiban anak adalah untuk berbuat baik kepada orang tua dalam kondisi apa pun. 

Bahkan, ketika orang tua salah pun, anak tetap memperlakukan dengan baik dan berusaha mengingatkan orang tua akan kesalahan yang dilakukan. Taat kepada orang tua wajib selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.

Sistem pendidikan yang diterapkan adalah berbasis akidah Islam. Sistem ini tidak hanya mencetak generasi yang pintar, tetapi juga beriman dan bertakwa. Generasi yang lahir dalam sistem ini tak hanya menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi atau menguasai skill kehidupan, tetapi juga memiliki kepribadian Islam yang utuh. Generasi paham agama dan menjalankannya dalam kehidupan.

Kehidupan yang diatur dengan Islam juga akan mengondisikan keluarga dihiasi dengan nilai-nilai agama. Keluarga sebagai tempat pembinaan pertama bagi anak-anak mampu membiasakan mereka untuk taat pada syariat. Orang tua juga memberi contoh bagaimana menjadi insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah taala.

Masyarakat juga hidup dalam suasana ketakwaan. Amar makruf nahi mungkar menjadi tabiat masyarakat sehingga ketika ada tanda-tanda yang mengarah pada kemaksiatan akan segera dicegah. Ketika ada yang berbuat maksiat, sesama anggota masyarakat juga akan saling mengingatkan.

Peran penting negara untuk menciptakan kehidupan yang teratur dengan Islam. Syariat Islam diterapkan di seluruh lini kehidupan, termasuk dalam sistem sanksinya. Sistem sanksi Islam ditegakkan sebagai pencegah dan penebus. Sistem sanksi ini mampu memberi efek jera sehingga mencegah orang melakukannya. Sanksi ini juga menjadi penebus dosa pelakunya.

Inilah pentingnya Islam diterapkan secara kaffah dalam kehidupan. Tidak hanya mengatur manusia menjadi baik, tetapi juga menghindarkannya dari dosa dan bermacam keburukan.

Wallahu a’lam bishshawwab.


Oleh: Nurcahyani 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar