Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Lemahnya Mental dan Krisis Keimanan

Topswara.com -- Sungguh miris fenomena bunuh diri saat ini, berbagai pemberitaan media hampir setiap hari menayangkan tentang kasus bunuh diri yang seakan menjadi tren. Bunuh diri dianggap sebagai solusi instan dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan kehidupan. 

Menurut media baik online ataupun televisi, secara nasional Provinsi Bali menduduki peringkat pertama angka bunuh diri, dilaporkan ada 135 kasus sepanjang 2023. Kemudian disusul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Provinsi Bengkulu dan Provinsi Aceh. 

Menurut Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas), Polri mencatat adanya 451 kasus bunuh diri pada periode Januari-Mei 2023. Maka jika di rata-rata setidaknya ada 3 orang bunuh diri setiap harinya. (CNN.Indonesia.com 2/07/2024) 

Bunuh diri bukan masalah individual semata, akan tetapi ini merupakan persoalan sistematis yang harus diselesaikan secara fundamental. Tindakan mengakhiri hidup ini merupakan gambaran lemahnya mental masyarakat kita yang tidak siap dengan tantangan dan ujian hidup. 

Maka dengan pemikiran yang dangkal dan mengikuti hawa nafsu sesaat juga pandangan hidup sekulerisme kapitalisme yang menjauhkan peran agama dalam kehidupan menjadikan masyarakat kita kehilangan identitas diri dan krisis keimanan, sehingga cenderung mudah goyah dan putus asa.

Selain itu, tolak ukur kebahagiaan Masyarakat saat ini adalah kebahagiaan secara duniawi, materi menjadi standar, yang banyak di kejar hingga lupa siapa yang memberikan materi itu sendiri, inilah watak asli dari sistem sekulerisme kapitalisme memiliki visi hidup materialistis. Dimana kebahagiaan di ukur dengan banyaknya materi atau harta dan kemewahan. 

Gaya hidup hedonistik juga membuat masyarakat rela memaksakan diri untuk menjalani kehidupan yang tidak sesuai dengan pemasukan finansialnya. Sehingga mereka rela terlibat pinjol dan judol demi memenuhi tuntutan ekonomi dan kebutuhan hidup yang makin mahal.

Sayangnya, pada saat yang sama negara tidak memberikan jaminan apapun agar rakyat dapat memenuhi kebutuhan pokoknya. Sering kali negara menetapkan kebijakan yang tidak pro rakyat di tengah himpitan ekonomi yang sulit seperti harga pangan mahal, pencabutan subsidi, tarif pajak yang mencekik, biaya pendidikan mahal, layanan kesehatan yang berbayar dan kesulitan hidup yang lainnya. 

Dan sejumlah permasalahan lain yang membuat masyarakat kian lemah dan lelah menjalani hidup. 

Lemahnya mental dan krisis keimanan itulah yang memicu seseorang lebih memilih jalan instan ketimbang susah payah mencari jalan keluar dari masalah. Pinjol dan judol menjadi pemicu maraknya kasus bunuh diri. Ini bukti bahwa sistem kapitalisme telah gagal dalam menjaga kesehatan mental rakyat.

Sedangkan di dalam Islam, negara berfungsi sebagai pelayan umat, yang mengurus seluruh kepentingan hajat hidup rakyatnya. Negara Islam (khilafah) akan menerapkan sistem ekonomi Islam secara kaffah. 

Mengingat tingginya tingkat bunuh diri dipicu oleh kesulitan ekonomi, maka khilafah akan melakukan pencegahan dengan mengkondisikan harga-harga pangan murah dan terjangkau. Menetapkan pendidikan dan kesehatan secara gratis juga berbagai jaminan hidup sesuai dengan apa yang seharusnya di terima oleh rakyat. 

Negara Islam khilafah juga akan mengawasi dan melarang praktek judi dan pinjaman berbabis riba. Allah SWT berfirman, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْۤا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَا لْمَيْسِرُ وَا لْاَ نْصَا بُ وَا لْاَ زْلَا مُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَا جْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung."
(QS. Al-Ma'idah 5 : 90).

Selain itu, negara Islam (khilafah) juga akan membuka lapangan kerja yang banyak dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah. 

Serta, akan memberdayakan sumber daya manusia (SDM) agar tidak ada celah melakukan aktifitas haram dalam hal mata pencaharian, mengingat penyebab dari banyaknya kasus bunuh diri ini tidak lepas dari masalah ekonomi. Dengan demikian kesejahteraan rakyat di dalam pengurusan (periayahan) negara Islam dapat tercapai.

Wallahu a'lam bish shawwab.


Oleh: Rimawati
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar