Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kunci Kebahagiaan Pernikahan Adalah...

Topswara.com -- Founder Komunitas Baiti Jannati Ustaz Farid Ma'ruf mengatakan kunci kebahagiaan pernikahan salah satunya di adalah awal proses memilih calon. 

"Kunci kebahagiaan pernikahan salah satunya di awal proses memilih calon," tuturnya dalam acara 7 Prinsip Memilih Jodoh yang Ideal di kanal YouTube Tsalis Group, Rabu (19/6/2024).

Karena jodoh, kata Farid, bukan sekadar urusan cocok atau tidak tetapi memang nanti ada yang sama sekali tidak bisa diperbaiki, ada yang sesuatu hal bisa diperjuangkan ada yang prinsip harga mati, kalau dilanggar pasti itu tidak akan bahagia misalnya agama.

Lebih lanjut, dia mengatakan agama adalah faktor pertama yang paling penting diantara faktor-faktor yang lain. Semua orang, hidup di dunia ingin masuk surga nantinya. Suami istri pasti ingin masuk surga, namun sering kali di masa sekarang salah fokus, memilih bukan jurusannya tetapi kenyamanannya. 

"Misalnya ada perempuan dia mau dilamar sama laki-laki yang ditanya mungkin pekerjaannya. Kalau kerjanya sekian digit itu kehidupan terjamin, orang tua juga demikian, kamu berani melamar anak saya kerja di mana? Itukan kayak hal nomer satu yang ditanyakan. Kenyamanan dalam rumah tangga, kalau ekonominya sulit maka tidak nyaman mungkin aja nanti nyaman," urainya.

Kedua, terkait dengan visi pernikahan. Visi berumah tangga itu sejauh mana, kalau bicara masa depan yang lama bahkan selama-lamanya sampai akhirat itu yang harus disamakan, jangan sampai masa depannya itu jangka pendek, maka harus sama-sama bervisi surga.

"Karena itu akan terkait dengan aktivitas keseharian, jadi misalnya sudah berumah tangga yang satu visinya hanya masa depan yang pendek, yang satu masa depan panjang, akan beda," terangnya.

Ketiga, komitmen untuk taat kepada syariah. Dalam menjalani rumah tangga sebagai manusia memiliki kebutuhan, keinginan, punya aktivitas kerja. Islam adalah agama sempurna yangmengatur semua, bahwa komitmen agamanya bagus terus visinya surga. Tentu hal berikutnya komitmen taat pada syariat. Jangan sampai mengaku Islam tetapi dia melanggar syariah, karena itu menentukan nasibnya di surga atau di neraka. Kalau komitmen ini tidak ada maka akan dilanggar syariat.

"Syariah ibarat rambu-rambu lalu lintas. Ada komitmen enggak untuk taat aturan lalu lintas. Kalau kita taat, tentu selamat sampai tujuan, kalau tidak taat lampu merah dilanggar, kemungkinan akan celaka, dia mencelakakan dirinya sendiri dan orang lain karena menabrak. Rumah tangga juga demikian, suami taat syariah, istri juga harus taat syariah," tambahnya.

Keempat, pengorbanan. Cinta pasti butuh pengorbanan, jadi dalam mencari pasangan, mestilah mencari orang yang mau berkorban. Berkorban untuk pasangannya, misalnya dalam berumah tangga, tidak selalu menang-menangan. Kalau menang-menangan, bisa bubar sejak hari pertama.

"Karena orang berbeda latar belakang, mungkin ekonominya, pendidikannya berbeda. Kita memiliki ragam, maka kita harus mau berkorban misalnya istri suka makanan apa, suami tidak boleh memaksakan. Misalnya dalam rangka menjalankan rumah tangga ini kita butuh bekerja, berdakwah, juga harus berkorban. Misalnya suami berdakwah ke luar rumah, istri mem-backup urusan rumah. Ini pengorbanan, atau sebaliknya, suaminya rela menjaga anak saat istri berdakwah," paparnya.

Kelima, terkait dengan komunikasi. Angka perpisahan sangat tinggi salah satu faktornya adalah komunikasi. Jadi tidak ada komunikasi yang baik antara suami istri, salah satu pr bagi suami, ini keluhan dari para istri, suami itu kurang mau mendengar curhatan istri.

"Obrolan yang mengasyikan itu perlu dilatih. Kehidupan suami istri itu ngobrol yang bermanfaat bukan gossip tetangga. Suami mungkin juga bisa membagikan kisah-kisah yang baik sehingga istrinya bisa makin taat kepada syariat. Jangan sampai suami menemukan kenyamanan diluar tetapi tidak nyaman dirumah. Ini masalahnya di komunikasi, kalau belum menikah perlu disiapkan mampu berkomunikasi dengan baik yang membuat nyaman, tidak hanya kita yang dominan," terangnya.

Keenam, perlu komitmen untuk bersahabat dalam suka dan duka. Dalam mengarungi rumah tangga harapannya nyaman terus namun tidak selalu seperti itu. Kalau, melihat rumah tangga Nabi, Beliau itu ada satu masa ketika secara ekonomi kurang, karena hartanya memang banyak dikeluarkan untuk dakwah. Itu kalau tidak ada komitmen bisa bubar. Tetapi Nabi ini suritauladan, tidak mungkin berbuat salah, tetap dalam rel ketaatan. Maka tetap mendampingi istri beliau. Suami tetap bersama istri itu contoh yang luar biasa.

"Jadi mungkin diawal pernikahan kok istri ekonominya meningkat suatu ketika ekonomi menurun, pas meningkat mungkin suka, kalau pas turun mungkin duka maka komitmen untuk tetap bersama ini penting," ungkapnya.

"Jangan sampai perempuan sekarang biasanya menikah kok diajak menderita, tentu tidak ada suami yang ngajak istrinya menderita tetapi suami hanya ingin memastikan, kalau nanti suatu ketika hidup kita menderita tidak harus ekonomi, banyak hal," paparnya.

Ketujuh, saling memahami satu sama lain. Suami istri pasti memiliki perbedaan. "Pengennya kita cari yang sempurna kalau perempuan pengennya suaminya kaya, shalih, ganteng, pertanyaannya ada tidak yang seperti itu? Kalau ada mau gak sama dia? Mungkin kita ketemu orang yang tidak sesempurna yang kita idealkan. Sebaliknya juga demikian, laki-laki pengen istrinya shalihah, pasti kaya, cantik dan seterusnya, tetapi mungkin ketemunya yang tidak seideal yang dia mau. 

Makanya itu, kata Farid, suami istri harus saling memahami kekurangan. Mungki karena kalau dia kurang cantik, sebenarnya juga bukan kekurangan maka harus saling memahami yaitu terkait dengan fisiknya, dengan sifat-sifatnya, kebiasaannya, saling pahami jangan memaksakan sesuatu yang tidak prinsip.[] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar