Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kondisi Mental Masyarakat Tidak Baik-Baik Saja

Topswara.com -- Bali, menjadi provinsi dengan angka bunuh diri tertinggi di Indonesia. Data Pusat Informasi Kriminal Indonesia (Pusiknas) Polri menyebut laporan kasus bunuh diri di Bali sepanjang 2023 angka suicide rate mencapai 3,07. 

Suicide rate atau tingkat bunuh diri dihitung berdasarkan jumlah kasus bunuh diri dibandingkan dengan jumlah penduduk, untuk Bali yaitu sebanyak 135 kasus dari total penduduk yang hanya 4,3 juta jiwa. 

Menurut Dokter spesialis kejiwaan atau psikiater RSUP Prof Ngoerah, Anak Ayu Sri Wahyuni mengatakan bahwa penyebabnya dari faktor biologis dan psikososial. Penyebab biologis yaitu adanya kelainan mental pada seseorang seperti depresi, skizofrenia, atau pun gangguan bipolar. 

Sedangkan psikososial seperti terbelit hutang yang saat ini marak yaitu pinjol. Menurut pengamatan beliau, biasanya pelaku bunuh diri di Bali adalah orang-orang dengan penyakit kronis atau penyakit yang lama tidak sembuh-sembuh, kemudian orang yang terbelit pinjol terutama karena judol dikejar-kejar debt kolektor. 

Sementara itu pemerintah provinsi Bali mengajak masyarakat untuk mencari solusi agar tingkat bunuh diri ini menurun. Sekda Bali Dewa Indra menilai bahwa tindakan bunuh diri sangat melekat pada kepribadian seseorang apalagi yang introvert. 

Sehingga institusi utama yang harus memberikan edukasi adalah keluarga, juga menurutnya bahwa ahli psikologi dan pemuka agama pun harus ikut berperan dalam mencegah tindakan bunuh diri dengan memberikan pencerahan bahwa masih ada cara lain untuk menyelesaikan masalah tanpa harus bunuh diri. (cnnindonesia.com/2/07/2024)

Bali hanya salah satu dari wilayah di Indonesia yang penduduknya memilih melakukan bunuh diri. Masih ada wilayah lain yang melakukan hal serupa meski jumlah kasus tak sebanyak di Bali. Penyebabnya pun sama. 

Banyak diantara mereka lantaran terjerat pinjol, judol, dikejar debt kolektor. Ada pula karena mental depresi, skizofrenia, atau pun bipolar. Penyebab-penyebab ini tentu ada pemicunya. Jika yang melakukan bunuh diri hanya 1 atau 2 kasus saja hal ini hanyalah berkaitan dengan personal individu tersebut. Penanganannya tidak terlalu rumit. 

Namun jika sudah banyak kasus yang melakukan bunuh diri, penyebab masalahnya juga sama, maka hal ini tidak sekedar masalah personal individu saja melainkan sudah ke ranah sistemis. Harus ada perbaikan secara individu dan sistemnya. 

Sebelum ke arah tindakan bunuh diri, disebutkan bahwa kondisi mental masyarakat tidak baik-baik saja. Depresi misalnya. Kondisi mental yang tertekan. Lalu depresi ini berkaitan dengan pinjol dan dikejar debt kolektor. 

Pinjol yang kini marak disediakan oleh para kapital dan disetujui oleh pemerintah, dan menjadi pilihan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup ataupun gaya hidup. Dalam pinjol akadnya pasti terdapat riba. Riba adalah tambahan (bunga) dari jumlah pinjaman dimana hukum riba ini adalah haram. 

Pelakunya dan orang-orang yang berkaitan dengannya sama-sama berdosa. Tidak ada keberkahan dalam aktivitas ribawi. Namun negeri ini menghalalkan riba bahkan mendorong rakyatnya terlibat di dalamnya. 

Alhasil banyak yang masuk dalam pusaran riba, tak sanggup bayar harus menghadapi teror dari debt kolektor. Hidup makin tidak tenang. Lambat laun mental masyarakat menjadi terganggu. Sementara memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terus berlanjut. 

Mereka yang masih sanggup bertahan terhadap sulitnya memenuhi kebutuhan, baik karena iman atau akal harus segera diberi solusi solutif tanpa menimbulkan masalah baru.

Adapun solusi dengan melibatkan ahli psikolog dan juga para tokoh agama untuk memberikan pencerahan, hal ini hanya mampu menyelesaikan sebagian saja dari hati dan pikiran masyarakat yang sedang semrawut. Mentok mengupayakan untuk berdamai dengan keadaan dan mengikhlaskan "takdir". 

Sedangkan permasalahan utama berkaitan dengan periayahan urusan umat tidak pernah diutak-atik oleh penguasa selain mencari solusi tambal sulam dan masih kekeh mempertahankan sistem yang rusak.

Maka bagaimana mungkin masalah ini akan selesai jika akar masalah (kapitalisme) saja tak pernah disentuh. Rakyat harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup di dalam gempuran sistem hukum yang mudah dipesan berdasarkan kepentingan segelintir orang.

Negara berdasarkan sistem kapitalisme hanya berperan sebagai penyedia layanan, bukan pemeliharaan urusan umat. Wajar jika memenuhi kebutuhan hidup tidak mudah. Rakyat harus bayar disetiap bidang kebutuhan mulai dari pangan, sandang, papan, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. 

Makin mahal makin mendapatkan pelayanan yang bagus. Aturan kehidupan tersebut adalah buatan akal manusia yang terbatas, dibuatnya pun untuk menguntungkan orang-orang yang terbatas juga. Aturan ini tidak dapat bersaing dan bersanding dengan aturan milik Pencipta manusia, alam semesta, dan kehidupan yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Tidak Terbatas. 

Aturan dari Allah SWT inilah yang akan mampu menjamin kesehatan mental rakyat bahkan memberikan penghidupan yang penuh keberkahan. Sudah saatnya umat beralih dari sistem jahiliah menuju sistem Islam kaffah dalam naungan khilafah.

Wallahua'lam bishawab.


Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar