Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kapitalisme Sekuler Penyebab Menjamurnya Manusia Stres

Topswara.com -- Viral di internet, video seorang perempuan memarahi karyawan di sebuah minimarket karena kesal susu UHT (ultra high temperature) yang dibelinya tidak dalam kondisi dingin. Perempuan tersebut dilaporkan membeli susu UHT berukuran satu liter melalui pemesanan daring.

Akan tetapi, saat pesanan tiba di rumahnya, perempuan tersebut mendapati susu UHT yang dipesannya tidak dalam kondisi dingin. Dalam kondisi kesal, perempuan tersebut kemudian datang ke minimarket tempatnya berbelanja dan meminta kasir untuk mengembalikan uangnya (republika.co.id, 10/7/2024).

Meskipun marah merupakan sebuah ekspresi yang normal dan sehat, namun marah bisa berbahaya jika individu tidak dapat mengelolanya. Dilansir WebMD, (10/7/2024), anger issue merupakan sebuah kondisi ketika seseorang tidak dapat mengendalikan amarah. Seseorang yang mengalami masalah ini biasanya sering emosi atau marah secara berlebihan, meskipun pemicunya bisa jadi karena hal-hal sepele.

Ada banyak faktor internal dan eksternal yang menyebabkan kemarahan. Beberapa faktor internal dapat mencakup kurangnya iman, ketidakstabilan mental, depresi, atau kecanduan alkohol. Sedangkan faktor eksternal dapat mencakup situasi yang menyebabkan stres atau kecemasan, masalah keuangan atau profesional, atau masalah keluarga dan hubungan.

Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) adalah istilah yang akrab digunakan untuk menggambarkan individu yang mengalami gangguan kesehatan mental atau gangguan jiwa. Gangguan tersebut dapat mencakup berbagai kondisi, seperti depresi, kecemasan, schizophrenia, bipolar dan lain-lain.

Hal tersebut akan menyebabkan perubahan pada cara berpikir, perasaan emosi hingga perilaku mereka sehari-hari. Gejala yang dialami oleh ODGJ juga bisa membuat mereka sulit berinteraksi dengan orang lain. 

Jika dicermati proses ODGJ mulai bervariatif, tidak memandang status sosial juga tidak hanya menimpa orang dewasa bahkan juga menimpa remaja. Bahkan satu dari 3 remaja Indonesia berusia 10-17 tahun mengalami masalah kesehatan mental. 

Angka tersebut setara dengan 15,5 juta remaja. Hal tersebut diungkap Coach Bram G Wibisono, seorang Master Trainer ESQ Hypnotherapy, dalam tayangan video zoom meeting yang diselenggarakan oleh PWI Pusat dalam forum Silaturahmi Wartawati PWI HPN 2024, Rabu (15/5/2024).

Tidak bisa dipungkiri bahwa pemenuhan kebutuhan kehidupan zaat ini semakin sulit, seperti harga kebutuhan pokok yang terus melonjak, pendidikan yang semakin mahal menjadikan angka kemiskinan bertambah. 

Gaya hidup masyarakat yang berorientasi pada materi, pergaulan bebas, KDRT, perselingkuhan, bullying hingga perjuangan hidup untuk mencari nafkah juga semakin keras. Tekanan yang ada begitu kuat dan masalah menjadi terakumulasi.

Mereka yang kering dari nilai agama akan mudah menjadi limbung menyebabkan gangguan pada kejiwaannya. Berbagai upaya yang sudah dilakukan oleh negara, dari pemberian obat-obatan, dilakukan screening hingga dirawat inap, akan tetapi kasus ini terus meningkat. 

Hal ini dikarenakan solusi yang diberikan tidak menyentuh kepada akar permasalahan. Negara pun tak mampu berbuat apa-apa lagi selain menambah beban baru dengan kebijakan-kebijakan yang semakin memberatkan masyarakat demi kepentingan para kapitalis dan justru kebijakan-kebijakan inilah yang menjadi pangkal dan berbagai permasalahan yang ada. 

Inilah sistem kehidupan yang bersandar pada sekularisme atau pemisahan urusan agama dari kehidupan. Sistem yang kebijakannya berada di tangan para pemilik modal (kapitalis) dan penguasa hanya sebagai regulator saja. Hal tersebut membuat hubungan penguasa dan rakyat bak penjual dan pembeli yang hanya mencari keuntungan materi, bukan melayani.

Sistem ini pun meletakkan standar kebahagiaan manusia pada hal yang bersifat materi. Kehidupan yang memberikan kebebasan untuk berbuat apa saja karena pengaturannya memang berasal dari akal manusia semata. Maka tak heran jika kondisi ini menyebabkan mereka yang jauh dari agama, ketika tidak mampu menggapainya akan mengalami gangguan mental.

Inilah sistem kehidupan sekuler kapitalisme yang tidak pernah bisa memberikan solusi yang benar, yang ada justru menambah masalah baru karena sejatinya sistem ini sudah rusak dari dasarnya.

Solusi Islam Cegah Gangguan Kesehatan Mental

Berbeda dengan Islam, sebagai agama yang sempurna sekaligus sebagai ideologi yang berasal dari Allah SWT, maka Islam mampu menyelesaikan setiap persoalan manusia tak terkecuali masalah kesehatan mental. Dengan sistem yang komprehensif, Islam memberikan solusi tuntas untuk menjaga gangguan kesehatan mental masyarakat diantaranya adalah,

Pertama, menanamkan akidah yang kuat bahwa tujuan hidup yang hakiki di dunia ini adalah untuk beribadah meraih ridha Allah SWT dan surga di akhirat. Adapun dunia adalah ladang untuk mencari akhirat. Penanaman akidah yang kuat juga harus disertai dengan adanya sikap yang benar dalam menerima segala qadha Allah dengan ridha dan sabar dan ini adalah dasar yang harus diletakkan oleh keluarga. 

Peran masyarakat juga sangat penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban. Bersama-sama menjauhkan hal-hal yang dapat merusak akidah dari lingkungan sekitar.

Kedua, adanya optimalisasi peran negara. Negara harus menjalankan perannya sebagai riayatus syu'unil ummah (pelayan terhadap semua urusan rakyat) dalam segala aspek kehidupan, diantaranya ekonomi, pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain-lain. 

Upaya-upaya secara komprehensif akan dilakukan oleh negara. Sistem pendidikannya akan menyiapkan kurikulum pendidikan dari level TK hingga perguruan tinggi berasaskan akidah Islam dan bertujuan untuk membentuk kepribadian Islam yang kuat dan penguasaan terhadap sains dan teknologi untuk kemajuan peradaban.

Dari situlah akan lahir generasi bermental kuat, tidak mudah menyerah, dan tidak rapuh karena keadaan. Mereka akan tumbuh menjadi manusia-manusia yang siap menghadapi kondisi apapun. 

Sistem pendidikan Islam pun akan mendidik gen Y dan gen Z untuk bisa bersikap terhadap kemajuan teknologi informasi digital. Mereka akan bisa memfilter dirinya dari segala hal yang maksiat, yang akan berakibat kepada rapuhnya mental mereka.

Tidak hanya sistem pendidikan, Islam juga mengatur tata cara pergaulan. Negara akan menciptakan iklim pergaulan yang aman dari segala bentuk kemaksiatan, tindakan asusila, pornografi dan pornoaksi, kejahatan seksual dan nonseksual, perundungan. 

Negara juga mengontrol tayangan media agar tidak merusak pemikiran umat secara massal. Media dalam Islam akan menjadi alat konstruktif untuk memelihara identitas keislaman masyarakat sekaligus sarana dakwah yang menampilkan kemampuan dan kekuatan Islam. 

Sungguh sistem ini sesuai dengan fitrah manusia dan akan memuliakan manusia dengan ketakwaannya. Sehingga siapapun bisa menjadi mulia didunia dan diakhirat. Maka kembalilah kepada fitrah dengan berislam secara kaffah. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar