Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kalau Tidak Mau Ngaji, Kita dalam Posisi Jahiliah

Topswara.com -- Pembina Nasional Pengusaha Hijrah Ustaz Dwi Condro Triono, Ph.D., mengatakan, kalau orang tidak mau ngaji, maka apa pun profesinya, itu dalam posisi jahiliah.

"Kalau kita tidak mau ngaji apa pun posisi kita itu dalam posisi jahiliah, jahiliah itu kan bodoh, jahiliah orang yang tidak berilmu," ungkapnya dalam acara Agar Tidak Salah Arah Setelah Hijrah di kanal YouTube Muslimah Pembelajar, Rabu (10/7/2024).

Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa semuanya harus ngaji, sebab dari ngaji itulah kemudian akan menjadi paham termasuk bahwa semua orang membutuhkan hijrah.

Ia mengisahkan Amru bin Hisyam yang diterkenal sebagai Abul Hakam namun Rasulullah memanggilnya Abu Jahal. "Amru bin Hisyam dipanggil Abul Hakam bapaknya kebijaksanaan, artinya orang yang paling pinter, paling intelektual, paling bijaksana, kalau ada masalah di masyarakat akan mengadu ke Abul Hakam, tetapi Rasulullah memanggilnya Abu Jahal, bapaknya paling bodoh. Mungkin kalau sekarang gelarnya profesor, doktor. Tetapi Rasul memanggilnya Abu Jahal. Kenapa? Pintar bodoh ukurannya bukan gelar, ukurannya adalah dia mau kembali kepada Islam atau tidak, mau masuk kepada Islam atau tidak, mau berpegang kepada Islam atau tidak, lawan dari Islam jahiliah," paparnya.

Ia mengutip beberapa ayat Al-Qur'an, diantaranya surah Al Kahfi ayat 103: قُلۡ هَلۡ نُـنَبِّئُكُمۡ بِالۡاَخۡسَرِيۡنَ اَعۡمَالًا

"Katakanlah (Muhammad), "Apakah perlu Kami beritahukan kepadamu tentang orang yang paling rugi perbuatannya?".

Surah Al Kahfi ayat 104:اَ لَّذِيۡنَ ضَلَّ سَعۡيُهُمۡ فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَهُمۡ يَحۡسَبُوۡنَ اَنَّهُمۡ يُحۡسِنُوۡنَ صُنۡعًا‏

"(Yaitu) orang yang sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira telah berbuat sebaik-baiknya".

Al Kahfi 105 :اُولٰۤٮِٕكَ الَّذِيۡنَ كَفَرُوۡا بِاٰيٰتِ رَبِّهِمۡ وَلِقَآٮِٕهٖ فَحَبِطَتۡ اَعۡمَالُهُمۡ فَلَا نُقِيۡمُ لَهُمۡ يَوۡمَ الۡقِيٰمَةِ وَزۡنًـا

"Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat".

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barang siapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim no. 1718).

Surah Al Kahfi ayat 106: ذٰلِكَ جَزَآؤُهُمۡ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوۡا وَاتَّخَذُوۡۤا اٰيٰتِىۡ وَرُسُلِىۡ هُزُوًا

"Demikianlah, balasan mereka itu neraka Jahanam, karena kekafiran mereka, dan karena mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai bahan olok-olok".

"Itu ayat yang saya ingat ketika awal-awal ngaji, disampaikan ustaz saya. Berarti tidak ada istilah zona nyaman. Tidak ada sebenarnya posisi kita sama yang beruntung yang hitamnya kelihatan hitam. Yang bahaya hidup dalam abu-abu itu merasa sudah benar, merasa sudah tenang, ternyata zonk. Itu yang bahya sehingga tidak perlu merasa hijrah," paparnya.

Ia mengingatkan, semua orang memerlukan hijrah karena kalau ingin menjadi pribadi yang jalannya harus ada landasan ilmunya. Ia berkisah mengenai perjalanan pemilik usaha Waroeng SS, Mas Yoyok. Selama ia berbisnis tidak pernah melakukan utang dengan bank. Karena menurut Mas Yoyok usaha yang diawali dengan utang ke bank tidak bisa sukses kaya raya.

"Menurut itungan bisnis Mas Yoyok yang namanya bisnis kalau utang bank segoblok-gobloknya orang bisnis, enggak ada ceritanya orang bisnis dengan modal bank itu kok kemudian sukses kaya raya, tidak ada ceritanya, yang benar makin banyak utang bank, makin berat. Walaupun kayaknya asetnya banyak, mungkin perusahaannya makin banyak, pabrik makin banyak, rumahnya banyak, mobilnya banyak tetapi utangnya juga banyak, enggak ada hentinya," paparnya.

Ia menjelaskan, bahwa dalam menghitung bunga (riba) tidak ada yang namanya bunga tunggal, semua bunga majemuk. Padahal orang yang dimodali sudah ada hukum produksi, the law diminishing return hukum pendapatan akan makin menurun kalau orang ditambah modalnya lagi, ditambah modalnya lagi, ditambah modalnya lagi memang awalnya naik, nanti sampai titik tertentu dia akan melandai kemudian jatuh kebawah.

"Setelah beliau ngaji ternyata baru tau ‘oh itu ternyata haram, saya baru tau kalau pinjam bank haram, saya baru tau kalau bunga bank itu haram, berarti selama ini saya betul’ dengan bangganya bilang begitu, 15 tahun saya membangun bisnis betul, walaupun tidak ngaji ternyata betul," ungkapnya.

"Kemudian ketika saya berbicara Mas Yoyok jangan gembira dulu, jangan senang dulu, kalau yang dilakukan Pak Yoyok itu betul itu kebetulan betul, kebetulan benar, dan mohon maaf tidak ada pahalanya, 15 tahun membangun bisnis tidak ada pahalnya kenapa? Karena tidak ada landasan ilmunya, tidak ada landasan fiqihnya, Al-Qur’an dan sunah, baru diam," cecarnya.

Sehingga lanjutnya, orang yang sudah mulai ngaji, lanjutnya, barulah mendapatkan ilmu yang sesungguhnya. "Dia mau kuliah sampai gelar S3-nya berderet tetapi tidak pernah menyentuh ilmu agama, itu jahiliah," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia menekankan, semua manusia memerlukan hijrah, dan harus ditangkap dengan ilmu agama yang benar. 

"Oleh karena itu setelah kita mendapatkan tempaan akidah yang benar, akidah yang benar membuat kita memiliki pandangan hidup yang benar, sebenarnya hidup untuk apa, sebenarnya hidup berasal dari mana, setelah mati akan kemana, itulah area akidah," urainya.

"Pertanyaan itu memerlukan jawaban, kalau kita mendapatkan jawabannya benar konsekuensinya memiliki pandangan hidup yang benar, memiliki visi hidup yang benar, punya tujuan hidup yang benar, kalau akidahnya Islam, tentu akan memiliki pandangan bahwa hidup yang sesungguhnya itu diakhirat, hidup selamanya di akhirat, hidup yang sebentar ada di dunia, hidup di dunia hanya sebentar saja, dan untuk bisa sukses masuk surga yang selamanya di akhirat diperlukan ilmu syariah," pungkasnya. [] Alfia Purwanti
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar