Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jodoh, Akhlaknya Diprioritaskan daripada Ilmu Agamanya?

Topswara.com -- Ingat! “ilmu agamanya” lho, bukan “agamanya”. Karena agama seseorang itu mencakup ilmu, akhlak, dan amalnya.

Kenapa sih? Bukannya ilmu agama, kan mantap tuh, apalagi ustaz dan orang yang punya ilmu agama.

Memang patokan utama memilih dan tidak ada tawar-menawar lagi adalah:
Agama dan akhlak.

Tetapi kalau bicara memilih jodoh, cenderung dan prioritas melihat bagaimana akhlaknya sesama manusia dan makhluk lainnya, akhlak nan mulia, memudahkan orang lain, menjadi teman disaat susah, banyak orang yang senang dengan mulianya akhlaknya.

Kenapa?

Pertama, karena akhlak adalah cerminan keimanan seseorang. Jika akhlaknya baik itulah cerminan imannya dan keikhlasannya, insyaAllah baik. Walaupun mungkin ilmu agamanya tidak banyak sekali.

Sebagaimana hadis:

أكمل المؤمنين إيمانا أحسنهم خلقا

“Mukmin yang paling sempurna Imannya adalah yang paling baik akhlaknya”
(HR At-Thirmidzi no 1162, As-Shahihah no 284)

Kedua, ilmu agama tinggi belum tentu imannya bagus.
(Tetapi harus husnudzan bahwa ilmu agama dengan niat yang ikhlas akan membawa kepada akhlak yang baik)

Misalnya ada ustaz, tetapi akhlaknya kurang baik. Senior dalam ilmu agama tetapi sombong dan merasa tinggi (ingat, ini sangat sedikit).

Ketiga, di zaman sekarang ini, ilmu sangat mudah didapat. Atau “terlihat/terkesan” berilmu cukup mudah (apalagi di medsos)
ada google, modal copas, telpon minta fatwa dengan cepat.

Sehingga sekedar testimoni tentang “ilmu agamanya” saja kurang cukup. Maksudnya jangan terbuai dan terlena dahulu dengan testimoni ilmu agamanya “Ustaz”, “lulusan universitas Islam ternama”, “Bahasa Arab dan hapalan bagus”, “Ustaz dunia maya”

Tetapi carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang akhlaknya dan muamalah dengan sesama makhluk.

Ingat! dalam kehidupan rumah tangga nanti, kemuliaan akhlak sangat penting (silahkan tanya deh ke mereka yang sudah berumah tangga). Rumah tangga itu susah dan senang. Saat-saat senang dan aman, semua bisa jadi teman yang baik, tetapi belum tentu di saat susah.

Bagaimama mencari informasi tentang akhlaknya?

Pertama, tanya kepada keluarga dan teman dekatnya yang sudah lama bergaul
Bukan dengan pacaran/ujicoba. Mohon maaf karena pacaran itu yang ditampilkan baik-baiknya aja,Setia dan romantis padahal ada maunua, ketemunya pas cantik dan gantengnya. Padahal.

Kedua, tanyakan kepada teman-teman di daerah asalnya.
Karena seseorang itu bisa jadi berubah sikapnya di lingkungan baru/perantauan. Di daerah orang gak berani macam-macam dan neko-neko. Tetapi di daerah (kekuasaan) sendiri bisa jadi. (ini hati-hati dan cek-ricek, bukan su’udzan)

Ketiga, tanyakan kepada teman yang mungkin satu rumah/kontrakan/kos dengannya. Karena “rumah adalah aurat” disitu kelemahan dan kekurangan terlihat.

Sedangkan dalam urusan jodoh. Nabi shallallaahu alaihi wa sallam memerintahkan harus memberikan informasi yang seimbang dan terbuka kelebihan dan kekurangannya.

Keempat, jika dia seorang aktifis atau ikut di organisasi tertentu (termasuk kantor tempat bekerja), anda bisa tanyakan beberapa teman kantor dan bosnya.
Karena organisasi terkadang komplek, rumit dan butuh “otak yang dingin” menyelesaikan dan menghadapi masalah. Itu bisa menjadi cerminan awal mengarungi bahtera rumah tangga

Sebaiknya jangan juga terpaku kaku dengan testimoni ustaz -gurunya- tentang ilmu agamanya. apalagi ustaz tersebut jarang bergaul dan hanya ketemu di majelis ilmu. Di majelis ilmu insyaAllah akhlaknya terlihat baik semua.

Kami yakin, anda lebih tahu bagaimana cara mencari informasi yang tepat dan akurat tentang akhlaknya.

Tetapi ingat, jangan sampai kita su’udzan dengan mereka yang berilmu agama. Dalam masalah jodoh (apalagi bagi wanita) perlu cek dan ricek.

Kami menulis hal ini karena memang ada kejadiannya (ingat, sedikit). Ternyata ilmu agama tidak sesuai dengan amalnya, akhlaknya tidak “segarang” dan “setenar” di medsos.

Bagi comblang (pahala mencomblang yang sesuai syariat besar lho) yang memperantarai, sebaiknya jangan menjadi comblang atau merekomendasikan/menawarkan hanya karena tahu ilmu agamanya saja. Misalnya ustaz lulusan universitas ternama, langsung ditawarkan ke sana ke sini, padahal dia kurang tahu tentang akhlaknya atau bahkan tidak kenal. Jika iya ingin menawarkan, maka bantulah dengan mencarikan informasi tentang akhlak dan agamanya.

Prinsip comblang: sebaiknya jangan jika tidak kenal (anjuran lho).

Mohon maaf, kami share ini berdasarkan beberapa pengalaman (bukan pengalaman pribadi hehe) semoga bisa menjadi informasi bagi kita semua.

Semoga Allah membaguskan akhlak kita dan kaum muslimin. Semoga Allah memudahkan jodoh bagi mereka yang tengah harap-menanti.


Ustaz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc, Sp.PK
(Alumni ma’had Al-Ilmi Yogyakarta)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar