Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

HAN Hanya Peringatan Seremonial

Topswara.com -- Tepat tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional (HAN). Tahun ini merupakan peringatan Hari Anak Nasional ke-40. Setiap tahun tentunya mengangkat tema yang berbeda-beda. Tidak lupa pula rangkaian acara meriah telah berlangsung di Istora Papua Bangkit, Kabupaten Jaya Pura Papua pada 23 Juli 2024. 

Acara ini melibatkan sebanyak 7.000 anak pada acara puncak HAN. Adapun tema hari anak nasional tahun ini melansir dari situs resmi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA) yaitu "Anak Terlindungi, Indonesia Maju". 

Momentum ini pun dianggap penting untuk mengkampanyekan pemenuhan hak anak atas hak hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Kompas.com/23/7/2024)

Peringatan seremonial setiap tahun dilaksanakan dengan berbagai tema yang apik nyata nya belum membawa perubahan bermakna. Apalagi kondisi anak Indonesia masih memprihatinkan. Mengapa demikian?

Siapa saja tentu bisa melihat dan mendengar berbagai permasalahan yang menimpa anak. Belum selesai permasalahan tahun-tahun lalu, ditambah lagi dengan permasalahan baru. Seperti banyak anak menjadi pelaku judol, anak menjadi pelaku dan menjadi korban kekerasan. Belum lagi kasus stunting yang juga masih tetap genting.

Semua kondisi buruk yang menimpa anak-anak belum menemukan solusi tepat meskipun setiap tahun merayakan hari anak. Padahal anak merupakan generasi penerus bangsa yang perlu disiapkan dan dibentuk karakter dan mental yang baik agar bisa menjadi generasi yang berkualitas.

Semua permasalahan yang menimpa anak-anak semakin menggunung disebabkan solusi yang dilakukan pemerintah sama sekali tidak menyentuh akar masalah nya. 

Untuk menyelesaikan kasus stunting, pemerintah hanya menjalankan solusi penyuluhan, posyandu dan sebagainya tanpa meneliti akar permasalahannya yaitu ekonomi masyarakat yang sulit sehingga sulit memenuhi kebutuhan makanan bergizi. 

Begitu juga persoalan anak menjadi pelaku dan korban kekerasan akibat bebas nya anak dalam mengakses media sosial. Begitu pula tidak adanya landasan akidah yang kuat pada generasi kita sehingga mudah mencontoh perilaku buruk. 

Selain itu, kasus judol yang baru-baru ini menjadi permasalahan baru juga menambah PR besar negeri ini. Hal ini juga terjadi akibat mudah nya anak-anak dalam mengakses akun-akun judi.

Dalam hal ini ada beberapa aspek yang harus kita perhatikan diantara nya adalah peran keluarga, sistem pendidikan dan sistem kehidupan. Peran keluarga yang lemah dalam mendidik anak semakin bisa kita rasakan. Padahal keluarga dan orang tua adalah benteng pertama pembentukan akhlak dan karakter anak. 

Namun hari ini banyak orang tua yang tidak menjalankan fungsi utama nya sebab tergerus arus kapitalisme. Begitu banyak orang tua baik ayah atau ibu yang harus bekerja keluar rumah demi tuntutan ekonomi. 

Sementara sistem pendidikan hari ini juga justru membentuk generasi yang jauh dari kepribadian Islam. Sekularisme yang bercokol dalam kurikulum pendidikan kita telah membentuk generasi hari ini jauh dari Islam. Pandangan hidup mereka semata hanya kesenangan dan kebebasan tanpa aturan. Maka bisa kita lihat bagaimana kondisi generasi kita semakin buruk akibat sekularisme.

Selain itu, sistem kehidupan kapitalisme sekularisme yang saat ini diterapkan dinegeri kita merupakan faktor pendukung utama yang menyebabkan berbagai kerusakan yang terjadi pada anak-anak. Kesulitan pemerintah dalam menghapus akses judi online disebabkan adanya keuntungan yang masih menjadi pertimbangan. 

Kemiskinan yang menyebabkan kasus stunting tidak teratasi, sekularisme yang menyebabkan tumbuh subur nya anak-anak yang menjadi pelaku kekerasan serta serta menjadi pecandu judi online, semua ini akibat penerapan sistem kehidupan yang rusak dan merusak akibat kapitalisme sekularisme. 

Semua aturan yang dilahirkan dari sistem yang rusak ini tidak akan mampu memberikan solusi tuntas kecuali kita mengganti sistem rusak ini dengan sistem kehidupan yang akan membawa kebaikan jika diterapkan. Tidak lain sistem itu hanyalah sistem Islam kaffah.

Islam memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban. Oleh karena itu, negara wajib menjamin pemenuhan kebutuhan anak, baik kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan. Islam akan menjamjn seluruh kebutuhan tersebut individu per individu.

Dalam Islam, negara akan mewujudkan fungsi dan peran keluarga yang optimal dalam mendidik anak. Islam melalui penerapan syariat secara kaffah akan membentuk keluarga-keluarga yang taat terhadap syariat sehingga mampu mendidik anak-anak nya dengan pemahaman islam. 

Syariat Islam kaffah akan diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan yaitu sistem pendidikan, kesehatan, pergaulan, ekonomi dan lain-lain.

Negara Islam juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam, beriman dan berakhlak baik dengan penerapan kurikulum berbasis akidah Islam. 

Anak-anak sebagai peserta didik akan dipahamkan dengan pemahaman Islam kaffah agar terhindar dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan. Negara Islam juga akan menjalankan fungsi pengawasan dengan ketat terhadap penggunaan teknologi. 

Negara tidak akan membiarkan adanya judi online dan hal-hal lain yang diharamkan. Penggunaan teknologi juga harus berlandaskan pada syariat.

Seperti itu lah sistem Islam menjaga anak-anak dan menyelesaikan berbagai problem yang dihadapi saat ini. Hanya sistem Islam kaffag yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh negeri kita termasuk persoalan yang menimpa anak.

Wallahua'lam Bisshawab.


Oleh: Pipit Ayu 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar