Topswara.com -- Hari Anak Nasional (HAN) diperingati setiap tahun tepatnya pada tanggal 23 Juli. Peringatan ini dilakukan setiap tahunnya dalam rangka meningkatkan kepedulian pada perkembangan dan perlindungan terhadap kesejahteraan dan hak anak-anak Indonesia.
Anak-anak Indonesia merupakan aset beharga bagi negeri ini. Dimana kelangsungan masa depan negeri ini ada ditangan mereka. Jika para calon generasi penerus negeri ini tidak memiliki bekal kepemimpinan yang benar maka dipastikan akan banyak terjadi kekacauan di masa depan.
Panitia Peringatan Hari Anak Nasional (HAN) melibatkan sebanyak 7.000 anak pada acara puncak HAN yang akan berlangsung di Istora Papua Bangkit, Kabupaten Jayapura, Papua pada 23 Juli 2024. (Antara,19/7/2024).
Peringatan seremonial ini sudah di lakukan selama 40 tahun namun tidak ada perubahan bermakna. Dengan berbagai slogan-slogan yang selalu berganti isi pada setiap tahunya di harapkan dapat meningkatkan kemajuan anak-anak Indonesia, namun fakta yang terjadi di lapangan jauh panggang dari api.
Contohnya seperti di Papua masih bayak anak-anak di sana yang belum dapat merasakan pendidikan yang layak serta masih banyaknya anak-anak di Papua yang mengalami gizi buruk. padahal tanah papua adalah tanah yang kaya akan hasil tambangnya.
Hal ini membuktikan bahwa pemerintah terkesan tidak serius dalam menangani masalah anak. Memajukan perkembangan generasi penerus bangsa adalah hanya sebatas omongan belakang tanpa ada bukti nyata hasilnya.
Pemerintah dinilai tidak serius dalam menangani persoalan anak di negeri ini. Dan pada akhirnya problem anak makin bertambah setiap tahunya. Banyaknya anak-anak yang menjadi pelaku judi online, pelaku dan korban kekerasan juga marak terjadi dikalangan anak-anak dan sangat sulit untuk dihentikan.
Tentunya ada banyak faktor yang menyebabkan kualitas generasi penerus kian merosot sampai pada tahap yang mengkhawatirkan. Terlebih peran keluarga dalam mendidik anak makin melemah. Sementara sistem pendidikan hari ini justru membentuk generasi sekuler dan sistem ekonomi gagal membuat sejahtera rakyat.
Seharusnya pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam membina dan mendidik anak-anak bangsa lebih memfokuskan bagaimana agar masalah-masalah yang ada dapat teratasi dengan penanganan yang cepat dan tepat. Sehingga pembangunan generasi penerus yang berkualitas akan segera terwujud. Berbeda dengan sitem Islam.
Di dalam sistem Islam, Islam memandang penting keberadaan anak sebagai generasi penerus peradaban, karena itu kewajiban bagi negara menjamin pemenuhan kebutuhan anak. Terutama kebutuhan dalam aspek pemenuhan gizi, pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas dengan segala sarana dan prasarannya.
Maka dari itu negara Islam memiiki fungsi utama adalah untuk mengembalikan fungsi dan peran keluarga sebagai pendidik dan pencetak generasi awal masa-masa emas.
Di mana peran ibu sebagai ummu warobatul bait akan di kembalikan ke posisi seharusnya dalam rumah tangga. Dan peran ayah sebagai pemimpin yang melayani dan melindungi anggota keluarganya akan berfungsi maksimal bila sistem Islam di terapkan.
Di sisi lain, negara Islam juga akan menerapkan sistem Pendidikan Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam yang bersuber dari akidah Islam dengan pola pikir dan pola sikap Islami.
Semua ini akan terwujud dalam penerapan syariat Islam secara kaffah dalam naungan bingkai daulah khilafah Islamiah. Sehingga menjadi mercusuar bagi generasi peradapan emas di masa yang akan datang.
Maka sudah harus kita meyakini dan sadari bahwa kunci dan jawaban dari setiap permasalahan yang ada pada negeri ini terlebih dalam masalah perkembangan dan perlindungan anak-anak hanya Islam menjadi solusi terbaik. Dan semua itu hanya akan terwujud didalam naungan Daulah Khilafah Islamiah yang kaffah.
Wallahua'lam Bisshawab.
Oleh: Susila Ningsih
Aktivis Muslimah
0 Komentar