Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Geruduk Sekolah, Refleksi Sistem Pendidikan yang Lalai

Topswara.com -- Saat-saat pertama masuk sekolah menjadi hal yang menarik bagi para siswa baru. Semangat baru dengan berbagai perlengkapan baru. Mulai dari alat tulis, seragam, hingga sepatu baru. Namun sayang, semangat baru ini terlalu sering dibarengi dengan kenyataan yang jauh dari harapan.

Akibat Kebijakan Rusak
Banyak orang tua yang harus menggeruduk masuk sekolah demi mendapatkan bangku terdepan. Tujuannya hanya satu, agar sang buah hati mampu menyerap ilmu dari posisi yang terbaik. 

Bahkan di salah satu desa di Indramayu, para orang tua sudah datang ke sekolah sebelum adzan subuh berkumandang, pkl. 04.00 lagi, untuk mendapatkan bangku idaman (inewstv.com, 14/7/2024). Setelah mendapatkan kursi impian, para orang tua pun mengikat bahkan ada yang nampak menggembok kursi dan meja sekolah.

Inilah kenyataan betapa sulitnya mengenyam pendidikan di negeri ini. Segala bentuk masalah yang kini ada, tidak lain sebagai bentuk refleksi dari kebijakan-kebijakan yang seringkali berbuah ketidakadilan bagi siswa dan orang tua. 

Kualitas dan fasilitas yang kurang merata menjadikan para orang tua "menggeruduk" sekolah secara ugal-ugalan. Layanan sekolah pun hanya bisa dilakukan sekedarnya karena memang fasilitas sekolah hanya mampu diakses apa adanya. 

Apalagi fakta terkait sekolah-sekolah negeri di pedesaan yang lokasinya jauh dari pusat kota. Anggaran seadanya melahirkan layanan yang sangat minim bagi siswa dan orang tua. Baik fasilitas sekolah, infrastruktur maupun akses jalan menuju sekolah.

Betapa buruknya realita lembaga pendidikan saat ini. Semua ini sebagai bentuk kapitalisasi pendidikan yang melahirkan diskriminasi layanan. Orang yang memiliki kelebihan harta mampu dengan mudahnya mengakses layanan prima dalam mengenyam pendidikan. Sementara masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah hanya bisa mengakses layanan apa adanya.

Lantas, mampukah generasi mencapai kecerdasan sempurna jika layanan yang ada tidak mampu tercipta merata?

Mestinya sistem pendidikan mampu memberikan layanan pendidikan yang merata, berkualitas dengan infrastruktur yang layak dan memadai. Dengan demikian, siswa dan orang tua pun tenang dalam mengenyam pendidikan. 

Layanan seperti ini hanya mampu diwujudkan dalam satu tatanan yang mengedepankan kebutuhan pendidikan rakyat. Tatanan sistem yang menyandarkan setiap aturan dan kebijakan pada nilai agama yang mengutamakan kepentingan rakyat dengan layanan optimal dan sempurna. Hanya dengan aturan inilah, pendidikan mampu tersedia menyeluruh tanpa diskriminasi ekonomi.

Pendidikan dan Sistem Islam

Pendidikan dalam sistem Islam adalah salah satu kebutuhan primer bagi seluruh individu rakyat. Dengan prinsip ini, negara akan memfasilitasi segala bentuk kelengkapan pendidikan bagi rakyat tanpa diskriminasi dan kapitalisasi. 

Karena itulah, sistem Islam dalam wadah khilafah akan menetapkan kebijakan yang niscaya memudahkan setiap individu dalam mengenyam bangku pendidikan, mulai dari biaya, infrastruktur, fasilitas hingga akses jalan menuju sekolah.

Selain itu, masyarakat pun akan mendapatkan layanan yang sama dan merata terkait buku cetak pembelajaran, kursi, meja, dan kelengkapan lainnya. Dengan demikian, rakyat akan menemukan kemudahan-kemudahan yang memberikan jalan agar fokus belajar. 

Tidak hanya masalah kelengkapan dan fasilitas, kurikulum yang ditetapkan pun akan mendukung pembelajaran dengan optimal dan bersandarkan pada akidah Islam yang sempurna. 

Rasulullah SAW. bersabda, 
Artinya: “Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” 
(HR. Muslim).

Dalam sistem Islam, semangat belajar niscaya membara dan akan selalu berkobar karena berbagai kemudahan yang terus difasilitasi khilafah dalam tatanan sistem yang amanah. Dengan demikian, generasi cemerlang akan terlahir dan membangun peradaban yang gemilang. 

Wallahu'alam bisshawab. 


Oleh: Yuke Octavianty 
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar