Topswara.com -- Menanggapi fenomena lelaki berpakaian hijab demi berbagai kepentingan atau yang biasa disebut cross hijaber, Pakar Parenting Islam Ustazah Dra. (Psi.) Zulia Ilmawati mengatakan, cross hijaber tidak hanya mengganggu secara fisik, tetapi juga psikologis.
"Hampir bisa dipastikan cross hijaber bukan saja mengganggu secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Pasti kemudian mengarahkan kepada kecenderungan-kecenderungan yang tidak sesuai dengan fitrah," ujarnya di kanal YouTube Supremacy: (Live) Toleran Terhadap Cross Hijaber, Jangan Hanya Baper!| Cakrawala Perubahan - Episode 5, Rabu (24/7/2024).
Menurutnya, sesuatu yang salah apalagi kalau salah dari kacamata pandangan Islam, kemudian hal tersebut dilanggar apalagi kemudian menjadi sebuah kenikmatan, menjadi sebuah kenyamanan, maka lama-lama dia akan terperosok makin jauh.
"Ibaratnya, ketika kita ini masuk ke lubang satu yang dia tidak sadar, tetapi justru menikmati lubang itu, maka ketika jatuh di lubang berikutnya, maka lubang berikutnya itu akan terasa biasa saja. Nah, kalau menurut saya pasti ini akan melahirkan sesuatu yang kemudian akan berefek buruk. Bisa berefek buruk pada fisik kita atau berefek buruk pada kondisi psikologis kita," paparnya.
Kalau dilihat dari ilmu psikologi lanjutnya, terdapat berbagai ragam kemungkinan. Yang awalnya hanya sekedar iseng-iseng, coba-coba tetapi kemudian justru menikmati. Orang yang melakukan sebuah kemaksiatan, kalau kemudian dia itu menikmati kemaksiatan itu, maka akan semakin terjerumus dan terjerumus.
"Nah, di dalam pembahasan psikologi terkait dengan orientasi seksual, itu memang kemudian akan mengarah ke sana," ujarnya.
Ia mengungkapkan, banyak pengakuan-pengakuan dari kaum cross hijaber bahwa orientasi seksual mereka tetap biasa. Tetapi kemudian ketika dia merasa dirinya laki-laki, namun senang berpakaian seperti wanita, pasti hal tersebut akan mengganggu kondisi psikologis dia. Karena hal tersebut adalah sesuatu yang tidak normal.
"Normalnya laki-laki itu kan berpenampilan maskulin, gagah gitu ya. Berpakaian seperti layaknya baju-baju yang dipakai oleh laki-laki. Kemudian, hampir bisa dipastikan orang-orang yang berpenampilan perempuan itu gaya perilakunya sudah berbeda, seperti jalannya agak melambai kemudian bergaulnya juga mungkin mereka akan bergaul dengan sesama perempuan, padahal dia laki-laki. Artinya, ini kan kemudian melabrak-labrak aturan lagi kan? Sementara laki-laki dan perempuan itu harusnya terpisah, kecuali ada pertemuan yang dibolehkan dalam hukum syarak," jelasnya.
Ia menyayangkan, adanya cross hijaber yang justru duduk bersama dengan jamaah perempuan. "Nah, ini kan sudah sangat mengkhawatirkan, sangat mengganggu bukan saja secara fisik, tetapi juga psikologis," pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar