Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bunuh Diri Makin Marak, Potret Buruknya Sistem Kapitalisme

Topswara.com -- Permasalahan kesehatan mental masyarakat di Indonesia seolah masuk dibabak baru yang lebih mengkhawatirkan. Salah satunya dari jumlah kasus bunuh diri yang terbukti menunjukkan tren yang sudah sangat mencengangkan. 
 
Tercatat dari data yang sebelumnya diterbitkan oleh Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada sebanyak 971 kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia sepanjang periode Januari hingga Oktober 2023. Angka tersebut sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus. (Katadata.co.id 18/10/2023). 

Jumlah ini tentu makin parah dengan masih banyaknya kasus yang tidak terlaporkan. Peningkatan tren bunuh diri ibarat gunung es yang makin besar tiap saatnya, dimana dari jumlah statistik yang terlapor tentu telah meninggalkan kisah tragis dari pelaku bunuh diri sekaligus menjadi luka mendalam bagi keluarga yang ditinggal.

Adanya peningkatan jumlah pelaku bunuh diri dari tahun ke tahun ini harusnya menjadi tamparan bagi kita dan sekaligus menjadi alarm bahwa ada permasalahan serius yang harus segera ditangani. 

Mengingat berdasarkan populasinya, Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan jumlah penduduknya didominasi oleh penganut agama Islam di dunia. Lazim kita ketahui bahwa di dalam perspektif agama Islam cukup jelas terkait larangan penghilangan nyawa baik melalui pembunuhan terhadap orang lain, maupun pada diri sendiri. 

Seperti apapun caranya, bunuh diri tetap merupakan salah satu dosa besar yang mana tindakan bunuh diri diartikan sama saja dengan mengkhianati amanah yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kita. Umumnya masyarakat paham dengan baik bahwa bunuh diri bukanlah solusi dalam berbagai permasalahan kehidupan mereka. 

Namun, dari sekian banyaknya jalan keluar yang kemungkinan bisa dilakukan oleh mereka, tetap saja masih ada yang akhirnya memilih untuk bunuh diri dengan berbagai macam alasan.

Bahkan kasus demi kasus yang diberitakan oleh berbagai media seolah menjadi isu yang akrab di telinga kita hari ini. Kondisi ini makin menggambarkan realitas masyarakat yang cenderung mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya. Hal ini menjadi tragedi yang harusnya disadari oleh masyarakat secara luas dan perlu segera diberikan solusi yang tepat.
 
Akibat Sistem Sekuler 

Dari berbagai macam alasan yang melatarbelakangi seseorang mau melakukan tindakan bunuh diri, terbukti yang paling banyak sejauh ini yakni disebabkan oleh kondisi depresi yang dialami mereka dikarenakan persoalan hidup yang makin menekan.

Ditambah banyaknya tuntutan kehidupan masyarakat modern saat ini terutama dalam hal pekerjaan, masalah keuangan dan konflik dalam hubungan. 
Kondisi ini membuat beberapa pihak menilai bahwa tren bunuh diri memang telah menghantui negara-negara yang berpenghasilan rendah dan menengah. Dimana masyarakat di dalamnya terbukti memiliki tuntutan hidup yang lebih didominasi oleh masalah keuangan.

Menurut catatan WHO, pada publikasi Suicide worldwide in 2019: Global Health Estimates menunjukkan bahwa 77 persen kematian akibat bunuh diri yang terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. (kompas.com, 14/03/24).

Jika diperhatikan lebih mendalam, dari banyak faktor penyebabnya, faktor utamanya yakni penerapan sistem sekuler kapitalisme.

Sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan umum. Kehidupan sekuler yang serba materialistik dan individualis terbukti banyak membuat seseorang merasa terisolasi dan akhirnya kehilangan makna hidup yang sesungguhnya. 

Budaya sekuler yang mengedepankan kesenangan dan pencapaian dunia semata akhirnya bisa menyebabkan seseorang lupa akan hakikat kebahagiaan. 

Di saat yang sama, kurangnya koneksi spiritual dalam wujud aktivitas ibadah kepada Allah SWT menjadikannya semakin rapuh dan mudah putus harapan. Sistem kehidupan kita hari ini yang memisahkan aturan beragama dari kehidupan umum setidaknya berdampak pada semua elemen kehidupan. 

Dari sisi keluarga, dimana kurangnya perhatian, komunikasi dan interaksi bersama keluarga, terutama pada generasi muda, bisa menjadi penyebab seseorang merasa kesepian, trauma dan tidak berharga. Belum lagi konflik rumah tangga, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang semuanya itu dapat memicu depresi dan kesehatan mental yang lainnya. 

Selanjutnya, dari sisi masyarakat. Selain dari kurangnya edukasi terhadap penanganan kesehatan mental, masyarakat hari ini juga memiliki tingkat kepedulian yang rendah diakibatkan sistem kapitalis yang menekankan individualisme. 

Mereka cenderung hanya peduli pada urusan sendiri dan abai terhadap masalah orang lain. Sehingga masyarakat seolah diharuskan berkompetisi dalam meraih kesuksesan pribadi. 

Terakhir, dari sisi negara yang memegang peran sangat penting. Penanganan kasus bunuh diri harus dilakukan secara komprehensif. Negara dalam hal ini pemerintah harus memahami bahwa akar dari permasalahan ini yakni masih diterapkannya pemikiran dan gaya hidup kapitalisme sekuler yang semakin membuat masyarakat jauh dari ajaran agama yang sesungguhnya. 

Selain itu, dalam sektor pendidikan juga seharusnya negara harus memberikan perhatian yang besar. Terutama dalam hal pendidikan agama yang dimana agama akan menjadi dasar utama bagi seseorang untuk bisa memahami makna kehidupannya dengan benar.

Mereka harus paham hakikat tujuan penciptaan manusia sehingga mereka tahu apa yang harus dilakukan saat mendapatkan masalah. Negara seharusnya menerapkan aturan kehidupan Islam yang sempurna, yang ditandai dengan ketundukan kepada syariat dari Allah SWT. 

Ditambah lagi saat ini dalam perkembangan dunia digital, sumber utama informasi lebih banyak didapatkan dari internet. Dari berbagai media sosial sangat banyak yang memberikan gambaran mengenai perilaku yang berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental masyarakat dan akhirnya bisa berujung pada tindakan bunuh diri. 

Negara seharusnya mampu melakukan kontrol sepenuhnya terhadap media sosial agar berbagai informasi dan tontonan yang diberikan bisa mengarahkan kepada kebaikan semata. 

Khatimah 

Gambaran kehidupan sekuler kaptalistik sudah sangat jelas menjadi penyebab berbagai permasalahan yang berujung pada usaha mengakhiri nyawa sendiri.

Maka, untuk benar-benar bisa menghentikan tren bunuh diri ini, umat Islam harus bersegera dan bersinergi untuk mengembalikan aturan Islam di tengah kehidupan dalam bingkai negara Islam. 

Melalui negara nantinya, kebijakan yang dikeluarkan akan sesuai dengan ajaran Islam yang sesungguhnya dimana Islam akan menjaga umat dari berbagai bentuk kerusakan termasuk dalam melindungi nyawa warga negaranya.

Wallahu a’lam bisshawab.


Oleh: Asriyanti, S.Si.
Pemerhati Sosial 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar