Topswara.com -- DNA Penjajah tetaplah penjajah
Tidak mungkin bisa bersikap ramah tamah
Lalu hatinya luluh dan jahatnya melemah
Seketika seolah kebengisan sirna dan berdamai tanpa marah
Bangsa penjajah senantiasa licik
Kehadiran kepadanya hatinya jadi cilik
Pongah dalam perangainya kian picik
Padahal jejak jahatnya dalam sejarah sudah terketik
Berjabat tangan dengan bangsa penjajah adalah maut
Tangan lima jarinya sudah berlumuran darah segar umat teraniaya
Matanya sudah gelap tidak bisa menyaksikan derita
Dan kakinya bersepatu kuda menginjak martabat manusia
Berjabat tangan dengan bangsa penjajah adalah maut
Berdiri bersama dalam frame diskusi kedamaian yang percuma tiada guna
Penjajah tidak butuh cara halus dengan diplomasi yang manipulasi
Karena niat jahatnya sudah mengumpal dalam kegelapan siang
Berjabat tangan dengan bangsa penjajah adalah maut
Sikapnya keji tidak berperikemanusiaan seperti menginjak semut
Penindasan tiada henti dan terus berlarut-larut
Semangat menjajah menggila tidak pernah surut
Tiada bisa berdamai dengan bangsa penjajah
Bahasa berbeda yang dipahami atas penindasan bangsa lainnya
Bahasa tepat senjata lawan senjata
Bukan sudah ratusan ribu terbunuh malah berduyun-duyun diskusi sok diplomasi
Bangsa penjajah tiada sungguhan berdamai dengan keadaan
Siapa saja yang datang diibaratkan anak kecil yang main ke taman
Siapa saja yang datang ibarat kelemahan penuh ketundukan
Siapa saja yang datang ibarat harga diri yang didiskon dan dipermalukan
Berjabat tangan dengan bangsa penjajah adalah maut
Diskusi menyuruh dengan bahasa hati pada penjajah itu sia-sia
Ideologi yang dibawa ke sana tidak akan diterima olehnya
Bermanis muka di hadapannya hanya trik dan jebakan atas pengakuan kezalimannya
Bangsa penjajah
Ideologi setan yang dipunyai
Bangsa penjajah
Entah makhluk dari planet mana yang mampir ke dunia
Bahasa penjajahan itu bukan diplomasi
Bahasa penjajahan itu peperangan
Bahasa perdamaian hanya dimiliki negara yang berideologi Islam
Bahasa yang tepat untuk yang berjabat tangan dengan bangsa penjajah adalah pengkhianatan
Oleh: Hanif Kristianto
Analis Politik dan Media
0 Komentar