Topswara.com -- Akhir-akhir ini banyak manusia bertingkah aneh-aneh demi mencari dunia. Berbuat sesuka hati hingga menipu dan memecah belah umat. Menimbulkan fitnah yang luar biasa di tengah-tengah umat.
Orang-orang enggak waras dikasih langsung ulama hingga ngomong sesuka hati tanpa ilmu bahkan menyesatkan. Para penguasa juga berbuat sesuka hati menipu umat. Mengadu domba umat demi langgengnya kekuasaan diri, keluarga dan kroninya. Demi mengabdi kepada kepentingan penjajah.
Sementara banyak para ulama malah menjual agamanya demi dunia sang penguasa. Kacau balau memang. Mereka berbuat sesuka hati.
Disisi lain para pengemban dakwah yang bersungguh-sungguh berjuang menegakkan Islam kaffah malah dimusuhi, difitnah, diperkusi, dilarang larang dan diancam. Betul-betul luar biasa keburukan yang terjadi hari ini.
Sobat, memang seringkali kita cenderung mengikuti hawa nafsu. Semangat bermaksiat dan malas beramal shalih. Termasuk malas ngaji. Padahal tidak juga ada kegiatan penting. Tidak dalam keadaan ada udzur syar'iy. Namun jiwa kita kalah mengikuti hawa nafsu sehingga kemuliaan ngaji dan dakwah kita tinggalkan.
Seringkali juga terjadi demi mengikuti keinginan audien alias jamaah kita melakukan maksiat. Misalnya demi sambutan haru biru penggemar maka kita halalkan segala cara. Demi dielu-elukan mereka dakwah kita melenceng dari Al Haq. Melakukan campur baur. Pesta musik joget-joget atas nama dakwah. Atau demi viral kita buat konten yang tidak benar. Padahal kita sudah paham semua itu haram.
Mungkin saja terbesit niat dan harapan bahwa mereka, para penggemar, bisa mendengarkan dakwah kita hingga akan berubah. Namun, sobat kita bukanlah lilin, yang habis terbakar demi menerangi kegelapan. Padahal kegelapan tetaplah gelap setelah badan kita habis.
Jika benar suatu saat mereka berubah menjadi muslim yang baik. Baru kemudian kita larang mereka untuk campur baur lagi. Untuk joget-joget lagi dalam pesta. Maka, apa yang akan kita jawab jika mereka bertanya,"Kok ustaz waktu itu ikutan di acara kami. Bukannya hadir di acara begitu juga enggak boleh?". Apa kita akan menjawab, bahwa demi kalian saya rela berbuat dosa dan saya akan segera bertobat. Jika dikejar lagi, "memangnya ustaz yakin kalau habis itu ustaz masih ada umur hingga sempat bertobat?".
Benar-benar logika yang aneh bukan?
Ilmu sudah kita miliki. Halal haram sudah kita pahami. Nasehat pun sudah kita dengar dari berbagai sisi. Moga Allah berikan petunjuk.
Meskipun demikian jika kita ngotot saja. Tetap melakukan semua kita. Jangan sampai demi hawa nafsu kemudian kita berbuat sesuka hati. Maka nasehat Jibril alaihis salam ini tepat untuk kita renungkan.
Sahl bin Sa’ad radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أتاني جبريلُ ، فقال : يا محمدُ عِشْ ما شئتَ فإنك ميِّتٌ ، وأحبِبْ ما شئتَ ، فإنك مُفارِقُه ، واعملْ ما شئتَ فإنك مَجزِيٌّ به ، واعلمْ أنَّ شرَفَ المؤمنِ قيامُه بالَّليلِ ، وعِزَّه استغناؤه عن الناسِ
“Jibril ‘alaihissalam pernah datang kepadaku seraya berkata, ‘Hai Muhammad! Hiduplah sesukamu, sesungguhnya engkau akan menjadi mayit. Cintailah siapa saja yang engkau senangi, sesungguhnya engkau pasti akan berpisah dengannya. Dan beramallah semaumu, sesungguhnya engkau akan menuai balasannya. Dan ketahuilah bahwa kemuliaan seorang mukmin terletak pada salat malam dan kehormatannya adalah rasa kecukupan dari manusia.’” (HR. Thabrani dan dinilai hasan oleh Syekh Al-Albani rahimahullah dalam Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831).
Sobat, renungkanlah! Pesan ini disampaikan kepada manusia yang paling mulia, rahmat bagi seluruh alam, kekasih Allah, dan pemimpin para nabi. Kita semestinya menyadari bahwa seorang Nabi yang paling mulia saja diberikan pesan kehidupan seperti ini, lalu bagaimana lagi dengan kita?
Hendaklah seorang mukmin menyadari bahwa kematian bisa datang kapan saja, secara tiba-tiba, bahkan pada saat ia lalai dari mengingat kematian itu. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, lalu ia berkata, ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.”
وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا ۚ وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Munafiqun: 10-11)
Oleh karena itu Sobat, marilah berbuat baik. Jika tidak bisa maka diam lebih selamat. Ingat kita pasti mati dan kita pasti dihisab. Selamat berjuang Sobat! Ngaji yuk![]
Ustaz Abu Zaid
Ulama Aswaja
0 Komentar