Topswara.com -- Sebagai Muslim tentu sudah tahu bahwa shalat merupakan ibadah yang paling afdhal di dalam Islam. Shalat sebagai barometer diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang, seharusnya menjadi perhatian ekstra dari kita. Tetapi sayang tidak sedikit dari umat Islam yang shalatnya acak-acakan, terburu-buru, tidak khusuk dan berpotensi tidak thuma'ninah.
Shalat adalah bentuk komunikasi langsung seorang hamba dengan Rabb-nya. Ketika shalat tidak ada sekat yang membatasi seseorang untuk bertemu, berdialog, dan mengungkapkan segenap perasaannya kepada Zat Yang Mahasuci.
Tidak perlu perantara maupun status yang tinggi untuk berdialog dengan-Nya. Walau kita seorang pendosa besar, rakyat jelata, atau orang yang miskin, Allah akan tetap menerima kehadiran sang hamba dalam shalat dengan “tangan terbuka”.
Inilah yang dimaksud shalat sebagai bentuk komunikasi langsung antara seorang hamba dan Tuhannya.
Tidak heran jika Rasulullah SAW pernah mengingatkan umatnya agar dalam shalat tidak 'mencuri shalatnya'.
Dalam Musnad Imam Ahmad dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda,
أَسْوَأُ النَّاسِ سَرِقَةً الَّذِي يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ، قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَكَيْفَ يَسْرِقُ مِنْ صَلاَتِهِ؟ قَالَ: لاَ يُتِمُّ رُكُوْعُهَا وَلاَ سُجُوْدُهَا.
"Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mencuri dari shalat?”. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam berkata, “Dia tidak sempurnakan ruku dan sujudnya.” (HR: Ahmad )
Na'udzubillahi mindzalik, itulah pencuri dalam shalat. Orang sedang berinteraksi dengan Sang Maha Khalik, tetapi dia lengah, abai dan tidak sadar bahwa dirinya sedang berkomunikasi dengan Tuhannya.
Jangan sampai shalat yang kita kerjakan terasa beban, sehingga shalat kita acak-acakan,terburu- buru dan bahkan sampai tidak thuma'ninah.
Jika pencuri shalat itu adalah imam shalat, maka ini akan sangat berbahaya karena dapat 'mengorbankan' makmum yg dibelakangnya.
Jika shalatnya terburu-buru dan tidak thuma'ninah jelas itu merusak 'rukun' dalam shalat. Kalau rukunnya rusak maka tidaklah sah shalatnya. Terkait hal ini, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam, bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيُصَلِّي سِتِّينَ سَنَةً مَا تُقْبَلُ لَهُ صَلَاةٌ، لَعَلَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَلَا يُتِمُّ السُّجُودَ، وَيُتِمُّ السُّجُودَ وَلَا يُتِمُّ الرُّكُوعَ
"Sesungguhnya ada seseorang yang shalat selama 60 tahun, namun tidak diterima (oleh Allah) amalan shalatnya selama itu walau satu sholatpun. Boleh jadi (sebabnya) dia sempurnakan ruku’-nya tetapi sujudnya kurang sempurna, demikian pula sebaliknya” (Hadis Hasan, riwayat Ibn Abi Syaibah dari Abu Hurairah RA, Shahih al-Targhib, no. 596).
Astaghfirullah, selama 60 tahun shalatnya tidak ada yang diterima kata Rasulullah, karena ruku' atau sujudnya tidak sempurna, alias tidak thuma'ninah. Padahal thuma'ninah merupakan salah satu rukun dalam shalat.
Kalau rukun shalatnya rusak, maka jelas shalatnya tidak sah. Dengan demikian kalau shalatnya tidak sah bagaimana mungkin shalatnya akan diterima mendapat pahala dari Allah SWT ?
Padahal, saat sujud inilah Rasulullah menganjurkan untuk memperbanyak doa tentu saja setelah bacaan sujud.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya ialah ketika dia sedang bersujud, karena itu perbanyaklah doa". (HR Muslim). Dengan begitu, jangan sekali-kali mempercepat sujud dan rukuk kita.
Ada bacaan ruku' dan sujud yang satu paket sekaligus ada doanya yaitu seperti yang dituturkan oleh istri Nabi Aisyah r.a.
كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِى رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ « سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى » يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammemperbanyak membaca ketika rukuk dan sujud bacaan, “Subhanakallahumma Robbanaa Wa bihamdika, allahummaghfir-lii"
Artinya: Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, pujian untuk-Mu, ampunilah aku)”. Beliau menerangkan maksud dari ayat Al-Quran dengan bacaan tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Yuk ! kita laksanakan shalat dengan sebaik-baiknya. Karena ketika kita shalat sejatinya kita sedang bermunajat dengan Allah Ta'ala, jangan sampai kita shalat dari kecil hingga tua 60 tahun shalatnya 'acak-acakan' seperti ayam yang sedang 'mematuk' makanannya. Kalau demikian halnya kita akan menjadi orang yang merugi, karena kita termasuk 'pencuri' dalam shalat. Na'udzubillahi mindzalik.
Dan, tentu saja kita harus rajin-rajin belajar tentang shalat yang baik sesuai tuntunan Sunnah Rasulullah SAW. Wallahu a'lam.
Kuala Tungkal, 3 Juli 2024
Abdul Mukti, S.Ag.
Pemerhati Kehidupan Beragama
0 Komentar