Topswara.com -- Berbagai aksi yang mendukung Palestina untuk bisa merdeka telah dilakukan diberbagai penjuru dunia termasuk di kampus-kampus ternama baik di Eropa dan Amerika. Sekalipun telah diselenggarakan dukungan besar-besaran akan tetapi, pada kenyataannya belum bisa menyelesaikan permasalahan Palestina hari ini.
Belakangan ini makin banyak masyarakat yang sadar bahwa Palestina bisa dibebaskan hanya dengan militer. Adanya pengiriman bantuan berupa makanan, pakaian, obat-obatan masih belum cukup untuk menolong Palestina karena kebanyakan dihentikan tentara Israel dalam perjalanan pendistribusiannya.
Beragam boikot produk Israel juga terkadang mengalami titik lupa dan kelesuan, sekalipun berefek ganti nama dari para perusahaan yang mensuport Israel karena saham yang anjlok. Dan kini dunia telah sadar bahwa donasi yang diberikan tidak memberikan efek yang signifikan.
Kecaman yang dilakukan oleh netizen melalui sosial media nyatanya hanya menggugah kecaman PBB saja, menjadikan PBB sebagai lembaga yang mengecam aksi Zionis tanpa ada aksi nyata untuk memerangi. Dari sini dunia semakin tahu bahwa PBB tidak berguna untuk menolong Palestina.
Bagaimana dengan negara-negara disekitar Palestina?
Diamnya negara Arab pun kini membuktikan bahwa mereka telah berada pada pihak penjajah kerena sebenarnya merekalah baby sitter Zionis karena adanya kerjasama ekonomi selalu akan mempengaruhi kebijakan politik sebuah negara apabila keduanya bersebrangan maka pemberian sanksi dari negara adidaya akan diberlakukan.
Alhasill, karena negara-negara hari ini dihadapkan dengan resiko yang besar maka memilih untuk mengkesampingkan perlunya pasukan untuk dikirimkan membela Palestina ditiadakan.
Palestina tengah mengajarkan untuk perlunya persatuan seluruh negara didunia dengan penuh kesadaran dengan mengembalikan persatuan seluruh dunia dibawah tegaknya khilafah. Yaitu sebuah sistem bernegara yang menerapkan aturan Islam secara menyeluruh, yang didalamnya terdapat jihad fisabilillah sebagai cara membebaskan Palestina.
Sekalipun jika membicarakan permasalahan Palestina bukan hanya mengenai permasalahan agama saja melainkan juga kemanusiaan. Islam adalah agama yang diturunkan untuk menyatukan seluruh perbedaan, syariatnya mampu membuat toleransi makin indah, ia adalah agama yang membawa perdamaian dan kebaikan.
Sebagaimana sejarah telah mencatat prestasi jihad fisabillilah dalam menaklukan negeri-negeri yang berakhir dengan sejahtera, aman dan damai dengan penerapan Islam dalam bingkai khilafah.
Dengan bersatunya tentara muslim seluruh dunia maka akan makin mudah untuk memerangi Israel yang hanya memiliki sedikit pasukan dibanding dengan seluruh pasukan negara-negara muslim.
Karena jika makin sedikit orang yang menyuarakan solusi tuntas masalah Palestina yaitu dengan khilafah dan jihad maka akan semakin lama pula Palestina ada dalam cengkraman Israel. Makin banyak kekejian yang beragam akan dilakukan dari hari kehari. Maka seluruh masyarakat wajib untuk mermbangun kesadaran pada semua komponen masyarakat.
Bahwa solusi tuntas untuk pembebasan Palestina dapat terwujud ketika khilafah dan jihad diterapkan kembali setelah satu abad hilang dari kehidupan manusia.
Khilafah dan jihad yang akan menjadi opini umum di tengah masyarakat dunia bersanding dengan segala upaya penyadaran umat harus terus berjalan, baik online melalui social media dan offline dengan dilakukannya secara terstruktur, sistematis, dan massif.
Terlebih umat Islam yang merupakan bagian dari keluarga besar umat muslim dalam membela Palestina harus memiliki pemahanan yang benar, bahwa Palestina bebas dengan pengiriman militer negara-negara diidunia dengan melakukan jihad dalam sebuah sistem persatuan negara-negara bagian dengan khilafah Islamiah sebagai pemersatu umat.
Untuk itu, agar dapat terus bergerak dan dapat memberikan kontribusi dalam menolong Palestina perlunya menyuarakan bersama-sama dengan satu tujuan yaitu mengembalikan perdamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan seluruh dunia dengan kesadaran penuh mengenai pembebasan Palestina dengan khilafah dan jihad fisabililllah.
Wallahualam bisawab.
Oleh: Wilda Nusva Lilasari, S.M.
Aktivis Muslimah
0 Komentar