Topswara.com -- Study tour adalah, kegiatan belajar di luar kelas. Bisa juga dibarengi, dengan berwisata atau rekreasi. Kegitan ini umumnya bertujuan mengenalkan kepada pelajar, pada aktivitas real dari teori yang selama ini dipelajarinya di sekolah.
Namun, perjalanan ini tidak seindah apa yang dibayangkan anak-anak, ketika mengurus keberangkatan, mengedepankan keuntungan dari proyek tersebut. Tanpa memandang keselamatannya. Sehingga, para peserta study tour terancam nyawanya. Banyaknya fenomena tersebut, para pemerhati mulai membuat surat edaran yang tegas.
Mengutip berita di medsos bahwa Kepala Dispendik Gunungkidul, Nunuk Setyowati mengeluarkan surat edaran (SE) kegiatan sekolah yang ditujukan bagi seluruh satuan pendidikan. SE itu memuat sejumlah aturan/syarat penyelenggaraan kegiatan sekolah study tour.
SE itu menjadi salah satu upaya mewujudkan merdeka belajar dan mengajar serta mencapai kegiatan di luar sekolah terkait dengan pembelajaran di luar kelas agar dapat dipertanggung jawabkan. Ada tujuh poin utamanya dalam SE tersebut. Salah satu poin berisi syarat kendaraan/bus pariwisata yang layak jalan. harianjogja.com (7/6/2024)
Realitas berbicara, pengusaha nakal mengabaikan surat edaran. Akibatnya para siswa-siswi menjadi korban, itulah yang terjadi berulang kali. Memang, terkadang study tour sangat bermanfaat selama kegiatannya untuk penelitian ilmiah.
Tetapi, kalau tidak ada yang dipelajari, dan target yang hendak dicapai, semuanya hanya sekedar jalan-jalan. Maka itu bukan study tour, tetapi healing dalam rangka pengobatan batin atas kejenuhan selama belajar.
Kalau sudah begini, siapa yang harus disalahkan? Apakah mau, membiarkan anak-anak kita menjadi korban rutinitas tahunan ini?
Karena study tour sudah menjadi budaya, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Jika terjadi kesalahan prosedur, hingga sampai pada kecelakaan, pihak penyelenggara dengan sekuat tenaga mencari pembenaran bukan kebenaran.
Maka, kita sebagai orang tua, harus lebih teliti lagi. Sebab, anak-anak yang kita dititipkan kepada pihak yang terkadang tak mau bertanggung jawab. Malah posisi orang tua lah yang paling terdepan untuk disalahkan. Padahal kita sudah terjebak pada kegiatan tahunan.
Disisi lain momen ini, seolah-olah menjadi kewajiban bagi setiap sekolah. Karena tidak ada perbedaan antara sekolah di desa, maupun di kota. Kegiatan tersebut digunakan oleh pihak sekolah sebagai acara wisuda, pembagian raport dan kenaikan kelas.
Nyatanya, mereka hanya sekedar bepergian saja, yang tidak jelas apa yang mau digali, dipelajari, juga apa yang mau didiskusikan, dan dikembangkan dari diri siswa. Baik dari segi penelitian tentang alam maupun telaah ilmiah.
Karena diwajibkan ikut, kemudian orang tua berkonsekuensi mencari modal untuk tingginya biaya yang harus dikeluarkan. Padahal, tidak semua orang tua bisa memiliki ekonomi yang bagus. Banyak dari mereka yang terpaksa meminjam uang hingga menggadaikan asset demi anaknya bisa ikut study tour salah satu aktivitas yang menyenangkan hati bagi para siswa-siswi.
Kegiatan yang menyenangkan ini, tidak akan membawa kesenangan, dan perubahan. Selama masih berpegang pada sistem kapitalisme sekularisme. Sekularisme adalah akidahnya, sedangkan kapitalisme adalah jalan hidupnya untuk meraih sebanyak mungkin materi.
Untung rugi, dan asas manfaat adalah standar perbuatannya. Semuanya berlandaskan materi. Akan tertolak jika tidak ada keuntungan. Begitulah jika aturan hidup, diserahkan kepada manusia yang fitrah lemah dan terbatas.
Maka tidak heran, sistem pendidikan yang ditegakkan berdasarkan ideologi sekulerisme kapitalisme, hanya akan melahirkan peserta didik yang menjadikan tujuan utama mereka untuk mencapai keuntungan finansial.
Sehingga, para alumni terfokus kepada persaingan dunia kerja, tanpa memandang halal-haram. Baik atau buruk dalam berbuat, serta menghilangkan tujuan hakiki yaitu membentuk manusia berguna bagi semua mahluk teruma agamanya.
Adapun study tour, menjadi keharusan yang urgensi. Islam justru mengharuskannya sebagai tadabbur alam dalam rangka mengamalkan sebagian isi kandungan Al-Qur'an yaitu untuk menambah keimanan bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Memikirkan dan merenungi (tadabbur) ciptaan Allah merupakan aktualisasi pemantapan akal pikiran yang Allah perintahkan dalam banyak ayat. meneliti adanya unta, langit, gunung yang ditinggikan sebagai pasak bumi dan dataran bumi bagaimana dihamparkan.
Melalui penelaahan, dan afsir para ulama terhadap ayat-ayat ini akan diketahui keajaiban-keajaiban ciptaan Allah. Lihat QS Al-Ghasiyyah ayat 17-20.
Selain itu, di dalam sistem Islam, segala transportasi adalah salah satu fasilitas umum sebagai bagian dari tanggung jawab negara. Islam melarang dengan tegas, segala tata kelola transportasi untuk dikuasi pihak swasta atau individu.
Islam juga menerapkan standar keamanan terbaik sesuai dengan kondisi perkembangan teknologi yang tercanggih. Sehingga bila terjadi kelalaian, bisa mencegah kecelakaan. Lalu memprediksi kondisi jalan apakah berlubang atau rusak.
Hal yang paling penting menerapkan sanksi yang tegas agar jera bagi si pelanggar. Setiap warga negara, harus terjamin keamanan dan keselamatan. Namun semua itu bisa terealisasikan oleh sistem Islam yang bersumber dari Allah SWT Sang Pencipta dan Maha Pengatur.
Wallahu'alam Bisshawab.
Oleh: Eka Ayu
Pegiat Dakwah
0 Komentar