Topswara.com -- Ada saja persoalan yang harus dihadapi oleh negeri ini. Lagi dan lagi bahwa persoalan yang tidak kunjung selesai sampai saat ini adalah persoalan yang masih berbau dengan moralitas.
Indonesia mayoritas dengan penduduk beragama Islam di negeri ini ternyata tidak menjamin bahwa penduduknya jauh dari persoalan yang berbau pornografi.
Jika di analisa secara seksama penyebab terbesar terjadi pornografi bersumber dari tontonan, baik dari iklan, game, film porno sampai buku-buku baca yang mengandung cerita dan gambar porno mudah untuk di akses.
Semua ini di sebabkan oleh kejanggihan sains dan teknologi serta abainya peran orang tua dalam mendapingi dan mendidik anak juga menjadi faktor pelengkap hancurnya moralitas generasi penerus bangsa.
Seperti kita ketahui bahwa Menkominfo Budi Arie Setiadi mengatakan siap menutup platforn media sosial X jika platform itu tidak memenuhi peraturan yang melarang konten dewasa. Dilansir dari VOA Indonesia (14/06/2024).
Wacana Indonesia untuk menutup platform media sosial ‘X’ tidak akan mampu mencegah pornografi. Bahkan sekalipun dengan ditetapkanya kebijakan undang–undang informasih dan transaksi elektronik (ITE) dengan ancaman hukumaman enam tahun penjara juga tidak mampu memberi efek jerah kepada pelaku penyebaran konten pornografi.
Sebaliknya ada banyak pintu lain yang memberi celah bahkan membiarkan masuknya pornografi. Karena nyatanya pemerintah mengakuh gigih dalam memerangi pornografi, namun faktanya upaya yang dilakukan terkesan setengah hati. Disatu sisi ingin menyelesaikan, namun disisi lain konten-konten pornografi tetap terus beredar.
Dan untuk membrantas pornografi dibutuhkan peran besar negara dengan upaya komprehensif dan menyeluruh, karena pemberantasan pornografi membutuhkan dana besar serta kemauan yang kuat. Sebab konten pornografi memiliki nilai pajak yang besar.
Akar persoalan tidak mampunya negara membrantas pornografi adalah akibat penerapan sistem hidup yang salah, yaitu sistem sekularisme kapitalisme yang memisahkan agama dari kehidupan dan hanya beroreantasi pada keuntungan saja tanpa memikirkan halal dan haramnya. Dan selama negeri ini masih menerapkan sistem ini, jangan berharap kasus pornografi dapat diselesaikan.
Berbeda dengan Islam, Islam memiliki cara untuk menyelesaikan segala persoalan sampai ke akar-akarnya. Karena Islam mengharamkan pornografi dan segala yang hal terkait. Dan nyatanya Islam menetapkan negara memiliki peran strategis dalam memberantas pornografi.
Karena dalam negara Islam segala bentuk kerusakan dan kemungkaran yang terjadi dalam masyarakatnya merupakan bagian tanggungjawab dari sebuah negara.
Dalam Islam ada beberapa tahapan untuk memerangi kasus pornografi, diantaranya tahapan pertama dengan menegakkan hukum secara tegas agar memberi efek jerah terhadap segala kejahatan termasuk kepada pelaku pornografi.
Tahapan kedua menerapkan sistem pendidikan Islam yang berbasis akidah Islam. Dengan penerapan pendidikan Islam akan dapat menjadikan generasi pelajar yang terdidik dengan akidah Islam yang terpelihara.
Tahapan ketiga pemerintah menjamin seluruh warga terutama laki-laki sebagai pencari nafkah agar mendapatkan pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Hal ini merupakan salah satu solusi untuk menjauhkan masyarakat dari pekerjaan yang dilarang dalam Islam. Tahapan keempat negara mengatur media untuk memastikan bahwa semua informasi, berita pemikiran dan lainnya dimedia sosial bersih dari segala konten pornografi.
Para tahapan kelima adanya pemahaman Islam yang hakiki serta kontrol dari masyarakat terhadap segala tindakan kemaksiatan yang berupa tindakan asusila, pornoaksi, pornografi dan sebagainya yang dilarang dalam Islam.
Islam merupakan satu-satunya solusi untuk memecahkan segala bentuk problematika kehidupan. Islam mampu mewujudkan kehidupan yang aman tentram dan dinamis diantara umatnya.
Islam adalah jawaban diantara setiap kemungkaran yang terjadi disetiap sudut bumi ini. Karena hanya dengan khilafah Islamiyah yang kaffah maka segala ancaman kerusakan di muka bumi ini akan dapat diselamatkan.
Wallahua'lam bisshawab.
Oleh: Susila Ningsih
Aktivis Muslimah
0 Komentar