Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu

Topswara.com -- Sosok ibu sering dianalogikan malaikat tidak bersayap yang senantiasa memberikan perlindungan kepada anaknya. Namun fitrah ibu yang lembut dan berlimpah kasi sayang kepada anak-anaknya kini ternodai.

Baru-baru ini publik kembali geger terkait kasus pelecehan seksual. Seorang ibu di Bekasi berinisial AK berusia 26 tahun melakukan pelecehan seksual terhadap anak kandungnya yang masih kategori anak. Pelaku nekat mencabuli anaknya kandungnya karena tergiur tawaran uang dari sebuah akun Facebook. Aksi pencabulan tersebut dilakukan dengan cara direkam sendiri oleh pelaku. (Tempo.co, 8/06/2024).

Rupanya Kasus pembuatan video vulgar bersama anak kandung akhir-akhir ini marak terjadi. Kasus ini bermotif ekonomi, mereka mengaku nekat melakukan hal itu karena terperdaya iming-iming akan diberikan sejumlah uang. Atas kasus tersebut polisi mengimbau kepada masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. (Liputan6, 9/06/2024).

Sungguh miris, menyaksikan jika ada seorang ibu yang harusnya memiliki naluri kasih sayang, justru malah melakukan pencabulan terhadap anaknya sendiri. Tidak disangka perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, ternyata bisa menjadi pelaku pelecehan seksual. 

Kasus seperti ini, bukanlah terjadi sekali dua kali melainkan telah berulang. Berulangnya kasus serupa menunjukkan bahwa masyarakat kita, termasuk ibu sedang sakit. Ini menggambar bahwa saat ini, fitrah seorang ibu sudah sedemikian rusak karena jauh dari Islam. 

Ibu yang seharusnya berperan sebagai pengasuh dan penjaga bagi anak-anaknya, ternyata justru menjadi penyebab rusaknya mental dan psikis anaknya.

Rusaknya kehidupan akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme menjadikan seluruh sistem kehidupan lepas dari aturan beragama. Berbagai fenomena kejahatan atau perilaku penyimpangan seksual terus saja dipertontonkan di negeri ini. 

Bukan hanya kasus pelecehan ibu terhadap anak kandung, hubungan sedarah (inses) pun terjadi di tengah makin kompleksnya problem hidup.

Sungguh kapitalisme telah sukses menghilangkan fitrah keibuan. Para wanita sebagai calon ibu pendidik generasi saat ini dibuat tidak paham dengan agamanya dan lalai dari peran strategisnya. Mereka seakan tidak peduli lagi dengan kewajibannya sebagai ibu, Para ibu tidak lagi fokus pada perbaikan kualitas diri bahkan naluri kasih sayang terhadap anak pun hilang. 

Kasus ini benar-benar membuktikan betapa rusaknya sistem kehidupan berlandaskan kepada sekularisme kapitalisme. Di sisi lain juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang.

Mengapa hal demikian bisa terjadi?

Seorang ulama berkata: “Jika ingin menghancurkan suatu peradaban, buatlah para wanita malu menjadi ibu rumah tangga, buatlah para wanita sering meninggalkan rumah untuk mengejar kesuksesan dunia. Sehingga anak-anaknya menjadi generasi yang lemah. Buatlah wanita jauh dari agama sehingga merusak fitrahnya sebagai ibu dan pencetak generasi penerus. Jika ibunya telah rusak, maka awal kehancuran suatu negara dimulai.”

Islam Memuliakan Ibu

Islam yang merupakan din sekaligus seperangkat aturan yang sempurna mengatur bagaimana seharusnya menempatkan kaum ibu. Islam memberikan kedudukan mulia pada para ibu. Adapun tugas Ibu adalah berperan sebagai madrasatul ula atau sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya untuk guna mencetak generasi shalih dan shalihah yang unggul dan beriman di masa depan. 

Mereka adalah pencetak dan pendidik generasi. Karenanya kuat lemahnya generasi mendatang terletak di pundak para ibu. Di samping itu fungsi ibu sebagai robbatul bait, yaitu mengatur rumah tangga. Oleh karena itu, seorang Ibu memiliki tugas untuk menciptakan rumah agar tetap nyaman dan kondusif bagi penghuninya untuk beribadah dengan baik dan optimal.

Agar ibu bisa konsisten mendidik anak dan mengurusi rumah tangga suaminya. Negara memberikan jaminan kesejahteraan bagi para pencari nafkah. Negara membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi kaum laki-laki, serta menetapkan sanksi tegas bagi para ayah dan suami yang tidak mau mencari nafkah. Sehingga para ibu tidak perlu memikirkan cara memenuhi kebutuhan keluarga. 

Di samping itu dalam menjaga akidah umat, Islam melakukan penjagaan dari dalam keluarga, yakni oleh suami atau walinya, serta masyarakat melalui amar makruf nahi mungkar. Negara harus memastikan seluruh hal yang bisa mendatangkan bibit kerusakan, sesegera mungkin dihilangkan. Media informasi dipastikan aman dari hal-hal yang melanggar hukum syarak, termasuk tayangan vulgar yang bisa memicu syahwat.

Oleh karena itu penerapan aturan yang tegak di atas akidah Islam, akan menyelamatkan masyarakat dari berbagai kerusakan. Dipastikan Negara tidak akan membiarkan media-media yang akan menyebar luaskan pornografi dari game online atau film, dan sebagainya. 

Negara akan memberikan sanksi tegas bagi mereka yang melakukan pelanggaran, sehingga tidak akan ditiru oleh yang lainnya. Dan dengan izin Allah SWT, para wanita terkhusus kaum ibu, akan kembali pada fitrahnya.

Demikianlah jika sistem pemerintahan Islam terlaksana. Rakyat dan pemimpin berkolaborasi dalam meraih ridha-Nya, sehingga celah kemaksiatan tertutup rapat. Yakinlah bahwa jika seluruh syariat Allah SWT. Dijalankan, pasti menuai maslahat/kebaikan. Namun, jika aturan Allah tak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka hasilnya pasti kerusakan dan bencana yang datang.

Wallahu a’lam bishawab.


Oleh: Nahwati
Pegiat Literasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar