Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pekerjaan Bukanlah Sumber Rezeki

Topswara.com -- Salah hal kita inginkan dalam kehidupan, adalah mendapat kecukupan rezeki yang berkah dari Allah SWT. Dengan rezeki dari Allah SWT itu, tentu kita akan gunakan untu memenuhi kebutuhan hidup dunia Maka, ada ungkapan motivasi. Dengan kerja keras dan ketekunan, akan menghasilkan rezeki, dan bukan suatu keberuntungan semata.

Oleh karena itu, untuk menjemput rezeki, mereka kerja seharian penuh. Tetapi hari ini, sayang upapekerja tidak seberapa. Sselain itu, adapula yang belum bekerja, kesana-kemari mencari pekerjaan. Setelah mendapatkan pekerjaan, bagaikan tenaga kuda full dengan bekerja seharian penuh. Begitu sulitnya kita mencari pekerjaan menjemput rezeki dark Allah SWT dalam kehidupan sistem sekarang ini.

Faktanya, upah yang diperoleh sering masih belum bisa memenuhi kebutuhan hidup . Malah, hidup mereka makin tercekik lantaran tak memiliki jaminan upah yang mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Inilah fenomena kehidupan di sistem hari ini yaitu kapitalisme.

Rezeki

Bila kita mengamati definisi tentang rezeki, maka akan terlihat jelas kesalahpahaman yang berkembang. Bahwa dengan bekerja keras akan menghasilkan rezeki, ini merupakan asumsi salah.

Sebab, bisa kita saksikan orang yang berusaha mencari rezeki, namun belum tentu mendapat rezeki dari usahanya itu. Begitu juga dengan orang yang tanpa usaha dan jerih payah apapun, rezeki itu datang dengan cara tidak terduga. Lihat Qs. Ath-Thalaq [65]:2-3.

Maka jelas, bahwa usaha tidak selalu identik dengan rezeki, dan usaha tersebut belum tentu mendatangkan rezeki Namun bukan berarti tidak perlu usaha, melainkan harus menerima kadar yang diberikan Allah SWT.

Salah seorang ulama mengatakan. "Anda jangan disibukan oleh jaminan rezeki Anda, melainkan usaha yang diwajibkan kepada Anda. Sehingga Anda memusnahkan urusan akhirat Anda, dan Anda pun tidak pernah memperoleh urusan dunia, kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada Anda."(At-Tauhid Wa-Tawakkul, hal 17).

Maka, pelajarilah Islam dengan mendalam dan kafah. Didalamnya akan kita temukan. Bahwa, rezeki hanya hak Allah Sang Maha Pemberi Rezeki. Sebagai umat muslim tentu dengan jalan tawakal adalah aktivitas pertamanya. Setelah itu melakukan aktivitas usaha, InsyaaAllah akan hadir rezeki halal.

Rezeki, merupakan apa-apa yang sudah kita gunakan di jalan Allah, baik berupa makanan dan minuman yang sudah kita konsumsi, pakaian yang dikenakan ataupun bensin motor yang sudah kita gunakan. 

Adapun rezeki seperti uang yang ada di dalam dompet atau sejumlah nilai yang tertulis di mobile banking kita itu belum tentu menjadi rezeki bagi kita karena belum kita gunakan dijalan Allah.

Sejatinya harta kita adalah titipan, bersifat sementara dan tidak kekal, tidaklah boleh menempatkannya jauh di dalam hati kita karena jika suatu saat Allah ambil, hati kita akan teramat sakit.

Sedekah

Setelah diberi rezeki oleh Allah, apakah kita sudah bersedekah? Jangan sampai setelah ada rezeki, kita lupa menjalankan bisnis pahala yaitu aktivitas bersedekah. Karena tak sedikit orang termakan bisikan setan. 

Sebab, setan akan selalu menggoda kita agar bersifat kikir dan takut miskin sehingga enggan untuk bersedekah. Mengklaim, bahwa harta kita akan berkurang dengan bersedekah.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam QS Al-Baqarah ayat 268 yang artinya. "Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan kamu ampunan dan karunia-Nya. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui."

Setan akan konsisten menggoda manusia agar bersifat kikir dan takut miskin. Sehingga untuk bersedekah berpikir seribu kali. Padahal sebaliknya, dengan bersedekah harta menjadi berkah dan berlimpah ruah, sedekah akan menyertai pelakunya sampai ke alam kubur, mengalir menjadi amal jariyah

Adapun adab-adab dalam bersedekah adalah sebagai berikut:

Adab-adab bersedekah
Pertama, tidak bersedekah dengan niatan sum'ah (ingin dipuji)
Kedua, bersedekah dengan harta yang halal dan jelas
Ketiga, bersedekah dengan harta yang terbaik 
Keempat, urutan sedekah yang utama:
sedekah paling utama adalah kepada orang tua, kerabat (adik, kakak, keponakan dll), orang yang shalih dan taat beragama, sedekah kepada orang yang kurang baik, dengan harapan melalui wasilah sedekah kita, orang tersebut dapat berubah menjadi lebih baik.
Kelima, berusaha merahasiakan sedekah kita sebagaimana firman Allah SWT.

'Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. Akan tetapi, jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." TQS Al-Baqarah ayat 271

Sudah saat nya, mari kita bersama-sama menuntut ilmu agama, kenali lebih dekat lagi keislaman kita. Agar supaya tidak terjerumus oleh berbagai motivasi sekuler yang menyesatkan. 

Terbukti, sulitnya untuk mencari pekerjaan di zaman ini, seolah-olah ditahan oleh pengurus negeri kapitalis. Sehingga keberkahan yang Allah berikan untuk negeri ini, tidak bisa dirasakan oleh rakyat.

Maka, sudah selayaknya kita, menerima dengan lapang apa yang telah Allah berikan kadar rezeki kepada kita. Juga, selalu menghadirkan niat baik dan ikhtiar untuk bersedekah dalam keadaan lapang maupun sempit, dan sebelum maut menjemput.

Wallahu'alam bisshawwab.


Oleh: Marlina
Komunitas Ibu Peduli Generasi
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar