Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Menimbang Maksiat Masa Lalu

Topswara.com -- Ada seorang alumni pondok, Hafidz Quran, dan good looking, tercyiduk clubbing dan viral. Konon dia punya pacar, tetapi kepergok foto mesra dengan perempuan lain. Sebuah kontradiksi yang tentu saja membuat heboh jagat maya. Saya tidak membahas siapa dia, tetapi reaksi netizen. 

Ketika di konten netizen ditanya, "siapa yang kemarin minta disisain satu yang kayak gini? Apa doanya masih sama?" 

Jawabannya rata-rata "masih, malah makin cinta, itu kan masa lalu, masa depan masih bisa diubah, siapa tahu saya masa depannya." 

Ya Allah, ngelus dada. 
Anak-anak muda ini kenapa ya? 
Apakah begitu rusaknya pola pikir mereka? 
Apakah segitu permisifnya memandang sebuah kemaksiatan?  

Memang, manusia enggak ada yang sempurna. Semua orang, diam-diam pasti pernah khilaf, bahkan melakukan maksiat. Tetapi Allah menutupinya, sehingga kita tidak tahu. 

Saat kita mencari jodoh, penting mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang dia. Barangkali pernah melakukan maksiat yang terang-terangan. Yang bisa kita jadikan bahan pertimbangan. Apalagi zaman sekarang, ada jejak digitalnya. 

Kekhilafan di masa lalu yang tersimpan, itu di luar kuasa kita. Termasuk jika ternyata dia pernah maksiat, kita mustahil tahu tanpa ada informasi. 
Tetapi jika terbukti pernah melakukan maksiat terang-terangan, apakah doa kita ingin didekatkan padanya? Tentu tidak. 

Pasti kita berubah pikiran. Kita khawatir, jangan-jangan dia selama ini sering maksiat. Atau minimal membolehkan maksiat. Kebetulan saja sekali yang ketahuan. Kita cemas, jangan-jangan nanti setelah menikah tidak bisa berubah. 

Doa kita minimal berbunyi, "Ya Allah, seandainya dia memang tidak baik, jauhkan dari perjodohan ini." 

Saya tahu. Anak muda, para netizen yang komentar itu, dalam rangka bercanda. Tidak serius. Hanya sedang menghalu. "Ngapain ditanggapi, serius banget hidupmu," begitu pasti komentar kalian. 

Iya, memang saya sedang serius menanggapi. Rasanya ingin ngasih tahu kalian, adek-adekku sayang yang belum menikah. Jangan meremehkan maksiat, hanya karena terlanjur kagum dengan penampilan luar. Jangan terkagum-kagum dan berharap pada manusia, meski pada dasarnya semua manusia baik. 

Mengubah karakter, watak dan kebiasaan itu tidak mudah. Apalagi setelah menikah. Nanti kecewa. Tetapi, lingkungan dengan sangat cepat bisa mengubah seseorang. Kasus ini sebagai bukti. 

Ibukota dengan hingar bingar dunia hiburannya, telah menyeret seorang penjaga Al-Qur'an ke dalam pergaulan yang salah. Demikian pula dunia maya dengan media sosialnya, telah mengubah dengan cepat karakter banyak perempuan. 

Yang tadinya gadis pemalu, berubah jadi centil. Bisa-bisanya mantengin cowok-cowok good looking, mengekspresikan kekagumannya, cekikikan dan menghalu berjodoh dengannya. Hayo, enggak usah marah. Fakta apa fakta? 

Lalu, soal masa depan. Memang benar, masa depan masih bisa diubah. Tetapi jangan mengentengkan masa lalu, karena berubahnya belum tentu ke arah lebih baik. 

Tidak sedikit, orang yang sudah terlanjur sekali tercyiduk maksiat, sekalian nyebur menjadi ahli maksiat. Na'udzubillahiminzdalik. 

Semoga tidak demikian dengan kasus ini. 

Mudah-mudahan ini hanya karena kepleset, sekali saja. Semoga ini karena dia sedang dijewer Allah sebagai bentuk sayang-Nya. Supaya kita semua pun bisa mengambil pelajaran berharga, bahwa sesaleh-salehnya penjaga Alquran saja, masih bisa terbius bisikan setan. 

Apalagi kita yang bukan hafidz Qur'an

Ya Allah, kita doakan ya. Semoga tidak makin tenggelam. 

Tahu sendiri kan di sini, kalau sudah viral, pasti langsung dipentaskan di dunia hiburan. Diundang podcast ini ituh, manggung sana sini, syuting gini gitu. 

Ah, enggak rela!
Tolong jaga para penjaga Al-Qur'an kita, ya Allah! 

Memaklumi orang sebagai manusia biasa yang tidak luput dari salah boleh, tetapi memaklumi jenis maksiatnya, jangan!

Dalam Islam, yang namanya khalwat dan ikhtilat antara laki-laki dan perempuan itu terlarang. Baik dilakukan tanpa diketahui masyarakat maupun terekspose terang-terangan. Sayangnya, kehidupan kita sangat sekuler, yang menyuburkan campur baur laki-laki dan perempuan, termasuk pacaran dan dugem. 

Andai kita hidup di bawah peradaban Islam, InsyaAllah enggak ada budaya pacaran. Enggak ada club malam. Terjagalah para penjaga Al-Qur'an. Maksiat mungkin tetap ada, satu-dua-tiga, tetapi bukan mayoritas. Di zaman Nabi aja yang maksiat tetap ada, tetapi kan sedikit sekali. 

Jadi, jika hari ini penjaga Al-Qur'an bisa terseret arus pergaulan, ada pengaruh lingkungan yang sangat besar. Pengaruh sistem hidup liberal. Inilah mengapa, pentingnya peradaban Islam sebagai penjaga. Masa enggak ingin hidup dalam peradaban Islam? 


Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar