Topswara.com -- Kebanyakan manusia sering lupa terhadap doa dan kebanyakannya terlalu berharap dengan sebab-akibat dunia. Misalnya:
Ketika ingin masuk perguruan tinggi favorit, maka ia belajar mati-matian, akan tetapi ia lupa atau sangat jarang berdoa dengan doa ringan, memelas mengetuk pintu langit “yaa Allah, semoga saya lulus”
Ketika ingin melakukan proyek, maka ia bekerja keras, koordinasi sana-sini, memantau dengan mantap proyek, akan tetapi bisa jadi sangat jarang beroda sebentar saja “Yaa Ar-Rahman, permudalah urusan dan suksekan proyek ini”
Ya, manusia kebanyakan lupa meminta kepada Allah dari segala upayanya, lebih banyak berharap kepada sebab-akibat yang ia lakukan. Memang tawakkal ada dua komponen
Pertama, melakukan sebab,
Misalnya belajar supaya lulus ujian, mengunci motor supaya tidak hilang (jangan bilang “saya tawakal kepada Allah, Allah yang jaga motor saya, enggak perlu dikunci")
Kedua, sangat berharap kepada Allah kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah, jika sesuai keinginnya ia bersyukur jika tidak ia juga bersyukur karena pilihan Allah yang terbaik bagi hamba-Nya dan pasti ada hikmahnya. Maka berbahagialah orang yang bertawakkal kepada Allah
Nah, kebanyakan manusia hanya menempuh komponen pertama saja, yang kedua sering dilalaikan yaitu doa dan tawakal.
Sudah selayaknya kita menggantungkan diri dan berdoa memohon kepada Allah, setiap saat dan bahkan pada hal yang terkesan sepele kita juga menggantungkan dan memohon kepada Allah. Dalam hadis dijelaskan bahkan sekedar tali sandal yang putus kita berdoa kepada Allah agar dimudahkan dan digantikan dengan yang lebih baik.
Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahberkata,
” وفي الحديث دليل على أن الله يحب أن يسأله العباد جميع مصالح دينهم ودنياهم من الطعام والشراب والكسوة وغير ذلك ، كما يسألونه الهداية والمغفرة ، وفي الحديث : ( ليسأل أحدكم ربه حاجته كلها حتى شسع نعله إذا انقطع ) ، وكان بعض السلف يسأل الله في صلاته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته ، وفي الإسرائيليات : أن موسى عليه الصلاة والسلام قال : يا رب ! إنه ليعرض لي الحاجة من الدنيا فأستحي أن أسألك . قال : سلني حتى ملح عجينك وعلف حمارك .
“Pada hadis terdapat dalil bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang meminta kepada-Nya semua mashlahat agama dan dunia berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain sebagai mana mereka meminta hidayah dan ampunan. Dalam hadist, ‘hendaklah setiap kalian meminta kepada Rabbnya semua kebutuhan, sampai-sampai ketika tali sandalnya lepas’.”[1]
Jika yakin dunia fana maka ia tidak akan mati-matian berusaha mencari dunia. Janganlah kehidupan dunia melalaikan kita, sebagian manusia, ketika untuk dunia maka ia akan matia-matian melakukannya sedangkan akhirat, maka ala kadarnya.
Untuk bisa sukses masuk fakultas kedokteran misalnya, belajar dengan giat dan mati-matian, menyediakan waktu khusus yang banyak untuk belajar dan tidak boleh diganggu.
Akan tetapi untuk bisa masuk surga, hanya secukupnya saja usahanya (bahkan tidak ada usaha), tidak ada waktu khusus untuk menuntut ilmu, belajar bagaimana bisa masuk surga tertinggi dan cepat tanpa hisab, waktunya untuk bisa sukses masuk surga hanya waktu-waktu sisa, sesempatnya saja (bahkan tidak ada waktu sama sekali).
Tidak ada waktu khusus untuk muhasabah diri, tidak ada waktu khusus untuk bermunajat dan mengadu kepada Allah mengenai kehidupanya serta tidak ada waktu khusus untuk memohon dan memelas mengetuk pintu langit agar memudahkan urusannya
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ
“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” [Luqmaan: 33]
Cinta Terkadang Semu, Maka Jangan Terperdaya
Jika terlalu berharap dengan cinta di dunia saja, kemudian mati-matian mancari, maka ini tidak akan abadi. Karena semua juga sudah tahu bahwa dunia itu fana dan sementara saja, tetapi kebanyakan manusia puar-pura lupa atau sengaja melupakan sama sekali, seolah-olah dunia akan abadi selamanya.
Padahal dunia hanya sementara sekali, ibaratnya orang yang melakukan perjalan panjang, kemudian istirahat sebentar kemudian melanjutkan perjalanan lagi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا لِى وَ مَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَوَ تَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?! Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”[2]
Segala Sesuatu karena Allah yang Abadi
ما كان لله أبقى
(maa kaana lillahi Abqaa)
“Apa-apa yang karena Allah pasti akan langgeng”
Doa Itu Sempurna
Jelas sempurna dan sempurna karena doa adalah inti dari ibadah, dalam shalat ada doa, dalam puasa ada doa (ketika berbuka dan sahur), dalam ibadah haji apalagi, serta berbagai ibadah yang lainnya pasti terkandung doa, yaitu doa berharap agar dimudahkan amal dan diberikan taufik untuk beramal.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ
“Berdoa adalah (inti) ibadah.”[3]
Semoga kita bukan termasuk orang yang lupa terhadap Allah, semoga Allah tidak melupakan kita ketika hari kiamat kelak, hari-hari sulit yang sangat butuh pertolongan Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ
“Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka.” (At-Taubah: 67)
Demikian semoga bermanfaat.
Oleh: Ustaz dr. Raehanul Bahraen, M.Sc., Sp.PK.
Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta
[1] Jami’ Al-‘ulum wal hikam 2/48, Mu’assasah Risalah, Beirut, , cet. VII,1422 H, syamilah
[2]HR. Tirmidzi no. 2551. dishahih oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi
[3] HR. At-Tirmidzi
Sumber: muslimafiyah.com
0 Komentar