Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inilah Cara Berdamai dengan Takdir

Topswara.com -- Pendakwah yang juga Alumni dari Yaman Ustazah Halimah Alaydrus beberkan cara berdamai dengan takdir agar hidup tidak menderita.

"Jadi kamu harus belajar buat menerima takdir Allah SWT, berdamai hati dengan takdir Allah SWT agar hidup kamu tidak lelah, agar hidup kamu tidak menderita, agar hidup kamu tidak sengsara, InsyaAllah, mari saya ajari caranya," ungkapnya di YouTube Ustazah Halimah Alaydrus: Berdamai dengan Takdir, Selasa (11/06/2024).

Pertama, katanya, manusia harus berpikir bahwa hidup di dunia itu tidak pernah ideal, tidak pernah sempurna untuk siapapun. Bahkan untuk manusia terbaik Baginda Nabi Muhammad SAW. "Nabi Muhammad SAW itu manusia paling ideal tetapi dunia tidak ideal bagi beliau. Lahir sudah enggak punya bapak, baru kembali kepada ibunya kemudian ibunya meninggal dunia. Ikut kakeknya kemudian kakeknya meninggal dunia," bebernya.

Kehidupan Rasulullah SAW disebut olehnya benar-benar tidak ideal. Sedari masa kanak-kanak Rasulullah SAW hidup tanpa orang tua, ketika dewasa sering mengganjal perutnya dengan batu karena tiga hari tiga malam tidak memasukkan apa-apa ke dalam perutnya.

"Cintanya kepada Khadijah istrinya begitu besar, namun Khadijah meninggal dunia lebih dulu. Rasulullah SAW juga mencintai anak-anaknya, enam dari ketujuh anaknya dimakamkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW," ungkapnya.

Padahal usia Nabi Muhammad SAW dikatakannya hanya sampai 63 tahun, namun dalam rentang waktu itu Rasulullah SAW telah didahului menghadap Allah SWT oleh keenam putra-putrinya. "Ideal apanya bagi kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW?" tegasnya.

Tidak hanya itu, ia menyebut, Nabi Muhammad SAW juga disakiti, dilempari batu, dilempari kotoran, diusir dari tempat tinggalnya oleh sesamanya, ini sungguh tidak ideal. Dalam sebuah peperangan dahinya retak, gigi gerahamnya tanggal dua, salah satu besi dari baju besinya nyangkut di pipi Beliau sehingga membuat kesulitan para sahabat untuk menariknya. "Ideal apanya hidup Baginda?" tanyanya.

Dari kisah Nabi itu, ia menyampaikan manusia harus tahu bahwa kepada Nabi Muhammad SAW manusia yang paling sempurna di atas muka bumi saja Allah SWT kasih berbagai macam takdir yang pahit. "Apakah kiranya kepadamu Allah SWT akan selalu kasihkan takdir yang manis? Tentu tidak!" cetus Ustazah.

Karena Allah SWT, lanjutnya, ingin memberikan pemahaman kepada hambaNya bahwa dunia bukan rumah sejatinya, ada akhirat tempat semua manusia berpulang, ada akhirat yang harusnya manusia berbekal menujunya.

Kedua, ia menegaskan bahwa di setiap ujian pahit manusia yang menguji itu adalah Allah SWT. Dan Dia tidak pernah menguji hambaNya karena benci.

"Yang memberi takdir sepahit apapun kepada manusia itu Allah SWT sekaligus juga memberi berbagai macam kenikmatan kepada manusia. Dia menguji hambaNya karena cinta," paparnya.

Jadi, menurutnya, ketika manusia sedang dalam kesusahan harus mengingat bahwa yang mengujinya adalah Allah SWT, datang dari Allah SWT. Ia mengutip QS. Asy Syuara Ayat 80 Allah SWT berfirman:

 وَاِذَا مَرِضۡتُ فَهُوَ يَشۡفِيۡنِۙ‏

Artinya: "Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku." (QS. Asy Syuara 80)

"Karena itu, hamba-hamba tercinta di sisi Allah SWT, dalam keadaan sakit dalam keadaan susah maupun senang hati mereka tidak akan berubah. Hatinya semakin cinta, semakin cinta kepada Allah SWT," tegas Ustazah.

Ia mengingatkan, bersama dengan takdir kesusahan-kesusahan manusia, bersama dengan takdir pahit yang manusia jalani masih sangat banyak kenikmatan yang Allah SWT berikan kepada hambaNya yang sedang diuji.

"Jika sedang sakit perut, manusia masih punya kaki, mata, telinga yang sehat. Kalau istri punya suami yang meninggalkannya, maka ia masih punya anak-anak yang bersamanya, ada orang tua dan saudara yang menyayanginya. Ada juga teman-teman yang menyayanginya. Ada banyak kenikmatan-kenikmatan. Jangan sampai fokus manusia kepada kesusahannya sehingga membuatnya lupa betapa banyak sekali nikmat yang telah Allah SWT berikan," ungkapnya.

Ia menegaskan sesungguhnya manusia masih dalam keadaan baik-baik saja selagi mereka masih bisa membenamkan sujud kepada RabbNya. Lisan yang masih bisa berzikir kepada RabbNya.

"Kamu masih baik-baik saja selagi kamu masih bisa mengucapkan Allah Akbar. Allah hendak mengingatkanmu bahwa masalahmu kecil, yang besar hanya satu yaitu Allah SWT," imbuhnya.

Ketiga, imbuhnya, Allah SWT ketika memberikan kepahitan-kapahitan kepada hambaNya adalah yang terbaik yang Allah SWT berikan kepada hambaNya. Ada pahala besar di balik segala musibah, ada keindahan menanti sesudah segala ujian. "Bersabarlah," ujar dia.

Ia menegaskan, manusia itu kalau setelah dikasih yang enggak enak-enggak enak pasti sesudahnya dikasih yang enak.

"Hanya lautan berbadai yang melahirkan nelayan yang tangguh. Nasi tidak akan menjadi nasi kecuali setelah berasnya dicuci kemudian di masak, dipanaskan. Enggak ada pedang yang berkilau melainkan sebelumnya mendapatkan tempaan demi tempaan setelah itu digosok kemudian dicuci kemudian ditempa lagi terus ditempa. Orang-orang yang dibesarkan dengan kesusahan-kesusahan ia layak untuk menjadi orang-orang besar. Orang-orang yang hidupnya diberi ujian-ujian besar, ia layak untuk menjadi hamba-hamba tercinta di sisi Allah SWT," pungkasnya.[] Heni
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar