Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Efek Negatif Fomo dan Kepo

Topswara.com -- Di era media sosial, banyak orang yang tidak hidup seperti apa yang dia inginkan. Melainkan, hidup seperti yang sedang diinginkan kebanyakan orang. 

Itulah yang menyebabkan hidup tidak dapat dinikmati dengan tenang, bahkan menjadi kehilangan makna. Semua serba terburu-buru, karena khawatir ketinggalan. 

Misal, orang rame-rame ingin putih, merasa tidak bahagia jika tidak ikutan putih. Orang-orang rame-rame flexing barang branded merek A, lalu mati-matian ingin membeli merek A pula. 

Hal ini karena fomo dan kepo yang melanda masyarakat, khususnya yang sangat aktif di media sosial.

Inilah dua efek negatif bermedia sosial, yang menurut saya harus dihindari:

Pertama, fomo alias fear of missing out. 

Rasa takut akan ketinggalan segala hal yang sedang up date. Takut ketinggalan informasi, padahal gak update informasi juga gak masalah. Takut ketinggalan yang sedang booming, padahal enggak tahu tentang itupun kita masih baik-baik saja. 

Takut tidak melakukan apa yang kebanyakan orang lakukan, hingga kita cemas dan merasa tidak bahagia. Padahal tenang saja, kita tidak kenapa-kenapa kok

Kebanyakan kita lantas ikut-ikutan dengan sesuatu yang sedang booming. Masih ingat, bagaimana dulu pernah booming tanaman gelombang cinta. Banyak yang mendadak jadi pecinta tanaman, hingga harga tanaman itu melangit di luar nalar.

Contoh lain, sedang marak trend baju shimmer, lantas ikut-ikutan membeli baju itu. Atau sedang trend menjadi content creator, langsung ikut-ikutan. Atau sedang viral kuliner, tempat wisata, kafe atau apapun. Lantas ingin ke sana. 

Masyarakat kita mudah sekali ikut arus, karena dia tidak menyadari, hidup seperti apa yang sebenarnya dia inginkan. 

Kedua, kepo (Knowing Every Particular Object)

Di era digital ini, tingkat rasa ingin tahu kita juga sangat besar. Kepo, ingin mengulik sedalam-dalamnya terhadap suatu persoalan. Ingin dirinyalah yang paling tahu duluan. Paling banyak mendapatkan informasi. Paling terdepan dalam segala hal. Kita lantas menjadi perlu melakukan banyak hal yang sebenarnya tidak penting, hanya karena ingin memuaskan rasa ingin tahu.

Misal, saat seseorang speak up tentang kondisi rumah tangganya dan viral, terjerumuslah kita dalam pencarian lebih dalam, apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka. 

Lantas bagaimana mengatasi efek negatif media sosial ini?

Coba tenangkan pikiran. Sadari sesadar-sadarnya, hidup seperti apa yang kita inginkan. Misal kita ingin hidup minimalis, tidak tergoda trend dan gaya hidup. Kita pun ingin lebih banyak waktu di dunia nyata dengan orang-orang sekitar. Terlepas dari hiruk pikuk kota dan tidak habis waktu scrol di media sosial. 

Misal lagi, kita memang ingin fokus di dunia maya, menjadi influencer berpengaruh dan tidak sekadar menjadi follower. Ya sudah, coba fokus pada dirimu sendiri. Jangan lirik kanan-kiri agar tidak tergoda seperti orang lain. Hiduplah seperti apa yang benar-benar kamu inginkan. Kamu senang melakukannya dan bukan karena banyak orang juga melakukan hal yang sama. 

Yang penting, slow aja, pelan-pelan sampai tujuan. Jangan terburu-buru. Nikmati prosesnya, agar bisa memaknai setiap pilihan hidup kita. Bukan pilihan siapapun, tetapi pilihan kita sendiri.


Oleh: Kholda Najiyah 
Founder Salehah Institute
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar