Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dampak Kapitalisasi Pendidikan

Topswara.com -- Seorang mahasiswi bernama Siti Aisyah yang diterima di PTN Universitas Riau melalui jalur prestasi kini sedang viral dibicarakan dalam media sosial. Pasalnya ia memilih mundur lantaran tak sanggup membayar biaya UKT (Uang Kuliah Tunggal) per semesternya yang sebesar 4,8 juta sebab orang tuanya hanyalah seorang buruh sawit. 

Dari pihak kampus memberikan tanggapan melalui Wakil Rektor IV Sofyan Husein Siregar bahwa pihak UKT telah menghubungi Siti untuk verifikasi ulang terhadap kondisi ekonomi keluarganya, menurunkan UKT menjadi 1 juta per semester, dan sehari sebelum daftar ulang ditutup ada yang ingin membiayai kuliah Siti hingga tamat. 

Namun pihak Siti tidak dapat dihubungi sebab sedang melakukan cooling down. Sofyan menambahkan bahwa Siti lebih memilih kuliah di Universitas Pasir Pangaraian (UPP) yang dekat dengan kampungnya karena telah mendapatkan beasiswa serta ingin dekat dengan ayahnya yang sering sakit. (selarasriau.com/26/05/2024)

Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap individu. Dengan mengenyam pendidikan seseorang menjadi berpengetahuan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam suatu negara, sehingga kedepannya anak-anak generasi diharapkan mampu membangun peradaban yang gemilang. 

Maka sudah seharusnya negara menjamin setiap rakyatnya mendapatkan pendidikan yang layak agar menjadi orang-orang yang cerdas. Pendidikan juga merupakan aktivitas menuntut ilmu dimana hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Berpahala bagi yang menjalankan dan berdosa bagi yang tidak menjalankan. 

Namun melihat kebijakan pemerintah saat ini, kebutuhan pendidikan begitu mahal. Semakin tak terjangkau bagi rakyat yang hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

Tidak heran jika banyak yang putus sekolah ataupun mundur dari perkuliahan dan memilih untuk bekerja. Menjadi pekerja pun hanya bisa sebatas buruh atau pekerja kasar yang gaji tidak seberapa. Itu yang dapat pekerjaan, sebab gelombang PHK juga sedang terjadi dimana-mana. 

Mahalnya biaya pendidikan ini disebabkan karena adanya kapitalisasi dalam sistem pendidikan. Secara anggaran negara hanya mendapat 20 persen, dan kebijakan baru menjadikan pihak kampus menaikkan UKT berkali-kali lipat. 

Sumber pendapatan negara sendiri berasal dari pajak dan hutang. Sedangkan kekayaan sumber daya alam "dijual" ke asing dan aseng. Hanya sedikit bagian yang dikuasai negara bahkan sampai tidak ada. Belum lagi budaya korup yang merajalela di setiap sudut lembaga pemerintah. 

Alhasil dana dari negara yang dibutuhkan untuk sektor pendidikan makin tipis dan pada akhirnya rakyat jua yang harus menambal biaya kebutuhan-kebutuhan lainnya. Betapa sengsaranya hidup dalam naungan demokrasi kapitalisme. Bagai budak di rumah sendiri, harta kekayaan alam tak bisa dimiliki.

Hal ini sangat jauh berbeda dengan pengaturan kehidupan di dalam Islam. Sumber daya alam adalah milik umum. Negara berkewajiban mengelola dan mengembalikan kepada umat. Haram bagi negara menjual SDA kepada asing. 

Sudah menjadi rahasia umum bahwa hasil yang didapat dari sektor SDA sungguh besar. Rakyat dalam negara Islam dapat menikmatinya dengan segala kemudahan, termasuk dalam hal pendidikan. Apalagi pendidikan adalah kewajiban. 

Maka negara memudahkan agar seluruh rakyat mengenyam pendidikan yang baik dengan biaya terjangkau bahkan digratiskan oleh negara. Betapa bahagianya hidup dalam naungan Islam kaffah. Keberkahan hidup dirasakan oleh semua.

Wallahua'lam bishshawab.


Oleh: Iliyyun Novifana, S.Si.
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar