Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Ciri Orang yang Bertakwa Adalah Iman kepada yang Ghaib

Topswara.com -- Pendakwah dan Aktivis Muslimah Ustazah Siti Rafida memaparkan ciri orang yang bertakwa adalah orang yang beriman kepada yang ghaib.

"Ciri atau sifat orang yang bertakwa itu ada dalam surat Al-Baqarah ayat tiga dan empat yaitu, orang yang iman kepada yang ghaib," jelasnya di kanal YouTube Sultan Channel Cahaya Muslimah: Mewujudkan Taqwa yang Paripurna, Senin (29/4/2024).

Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa iman kepada yang ghaib itu betul-betul pasrah kepada Allah bahwa hidup ini yang membuat cerita, skenario, yang mensutradarai hidup adalah Allah.

"Tugas kita apa? Rida bil qada. Sabar terhadap proses yang sedang Allah berikan kepada kita. Bahwa di sana ada ikhtiar kita, ada upaya kita, iya. Tapi bahwa semuanya adalah bentuk kasih sayangnya Allah yang diberikan kepada kita dan kita sedang menjalani itu. Maka kalau kita iman kepada yang ghaib maka munculah pada diri kita itu rida bil qada, ini yang banyak hilang," paparnya.

Ia menambahkan, orang beriman itu orang yang mengimani apa yang di turunkan kepada Rasulullah SAW dan sebelum Rasulullah SAW. Berati Al-Qur'an dan hadis maka dia tidak akan protes dan tidak mencari pedoman panduan lain.

"Ya cukup Al-Qur'an dan as-sunah itu yang menjadi panduan. Kita perlu memastikan diri kita agar menjadi orang-orang yang bertakwa," tuturnya.

Imbuh Ustazah Rafida, Allah SWT berfirman dalam surat an-nisa 65

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُونَ حَتَّىٰ يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا 

Jadi di ayat itu Allah menyebutkan, tidak beriman seorang sampai dia memutuskan perkara dengan apa yang kamu bawa wahai Muhammad. Kemudian kamu tidak menemui dalam diri mereka itu berat hati. Ketika indikasi pertama ini betul-betul bisa mendapatkan derajat takwa tadi, apakah ketika kita menjalankan kewajiban tadi masih ada terbesit keberatan. 

"Malas beda ya, tapi kalau lama-lama dibiarkan jadi berat. Kalau malas itu ada hal lain. Tapi kalau berat hati itu berat menjalankannya. Contohnya, orang kalau malas solat itu ditunda-tunda tapi dia tidak meninggalkan. Meskipun waktunya mepet, dzuhur mepet ashar tapi dia tidak meninggalkan, tapi malas," urainya.

Tetapi menurutnya, yang berat itu adalah hati, meninggalkan shalat dengan berkata kemarin sudah shalat, kok shalat lagi, ada tawar menawar di hatinya. Ada perintah membayar zakat lalu berkata, ini kan harta yang aku cari kenapa kok dikeluarkan. Jadi berat hati itu lebih kepada penolakan. Tetapi orang beriman, tidak berat hati. Orang yang bertakwa lebih lagi, ia menjalankan itu pada tahap menikmati segala syariat yang Allah yang diturunkan, tidak ada yang berat.

"Dia disuruh berjilbab meskipun lagi panas, dia enggak pernah berpikir oh dilepas ini enak. Tidak pernah berpikir begitu. Udah dia jalani aja. Ketika dia jalani itu sepanas apapun gerahnya itu masih bisa dia tahan. Kenapa? Karena dia tahu panasnya neraka itu lebih dahsyat daripada panas ketika pakai jilbab," tuturnya.

"Kita harus pastikan diri kita tidak ada berat hati. Itu berarti sudah muncul ketakwaan. Kalau kita memiliki benteng atau perlindungan, berarti melindungi diri kita dari murka Allah. Melindungi diri dari murka Allah berati tidak ada berat hati ketika Allah dan Rasulnya memerintahkan sesuatu. Tidak ada keinginan untuk melanggar, tidak mau menjalankan, menghindari dan sebagainya ketika Allah dan Rasulnya menetapkan suatu perkara," pungkasnya.[] Munamah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar