Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Perempuan Sejahtera dalam Sektor Wisata, Yakinkah?

Topswara.com -- Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyebut Ibu kita Kartini sebagai tokoh kesetaraan Gender Tanah Air dalam The2nd UN Tourism Regional Conference on the Empowerment of Women in Tourism in Asia and The Pacific di Bali (2/5/2024). 

Selain itu Angela juga menyatakan pentingnya peran kaum perempuan dalam pariwisata. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh Harry Wang dari UN Tourism yang juga memberikan kesempatan kepada perempuan untuk memulai karier yang cemerlang di sektor pariwisata.

Dari sini jelas bahwa UN Tourism sebagai salah satu lembaga PBB mendorong agar perempuan terlibat aktif dalam pariwisata. Hampir di semua bidang perempuan terus dilibatkan, tidak terkecuali juga dalam pariwisata. 

Mengingat makin banyaknya perempuan yang sukses dan mapan secara ekonomi, maka keterlibatan perempuan dalam bisnis pariwisata ini sangat strategis. Baik sebagai penyedia berbagai bentuk wisata, maupun perempuan yang mandiri secara ekonomi dituntut aktif dan rutin berwisata agar bisnis ini terus tumbuh dan berkembang.

Ada salah satu upaya untuk menyematkan bahwa kesetaraan gender itu lebih baik dan pemikiran bahwa perempuan akan dihargai jika memiliki penghasilan sendiri. Inilah hakikat sistem kapitalisme, ketika gagal dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, maka perempuan dijadikan tumbal untuk menutupi kerusakan kapitalisme. Maka lahirlah istilah pemberdayaan perempuan khususnya berdaya secara ekonomi. 

Bisa kita bayangkan, roda ekonomi akan bergerak cepat bila perempuan terlibat aktif, karena perempuan melahirkan berbagai produk ekonomi, dari rambut, sampai ujung kaki. Selain itu para muslimah selalu memiliki fashion hijab nya yang terus update setiap tahun. Maka bila perempuan mandiri secara ekonomi,  akan bebas memenuhi semua keinginannya termasuk juga berwisata.

Sektor pariwisata terus diarahkan oleh dunia agar dikembangkan, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Padahal ada sektor lainyang lebih menjanjikan seperti pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang justru dikuasai sebagian besarnya oleh asing dan aseng. 

Sesungguhnya dengan SDA yang berlimpah negara bisa mencukupi dan mensejahterakaan rakyatnya dengan memaksimalkan produksi dan penjualan yang dilakukan oleh masyakat dari negara sendiri tanpa melibatkan asing.

Di sisi lain ketika perempuan bekerja dimanapun tempatnya baik sektor pariwisata atau sektor lainnya secara otomatis fitrah perempuan sebagai seorang ibu akan teralihkan. 

 Menjadi seorang ibu yang mengandung, melahirkan, mendidik dan membesarkan anak akan sulit dilakukan dengan maksimal karena perhatian dan pikirannya akan terpecah, tentu hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang anak.

Selain itu bahaya perang budaya akan terus menjadi momok menakutkan bagi perempuan dan anak bila terlibat aktif dalam pariwisata. Datangnya berbagai turis asing , berinteraksi intens dan mereka memperkenalkan budayanya yang bisa jadi merusak, seperti cara berpakaian, pergaulan dengan lawan jenis dan pola konsumsi mereka. Sesuatu yang awalnya tabu akan menjadi biasa dan merusak budaya asli kita. 

Mengapa di negeri muslim khususnya di Indonesia tidak memilih sistem Islam yang memiliki mekanisme yang khas untuk mensejahterakaan rakyatnya termasuk perempuan. Dalam Islam perempuan tidak diwajibkan bekerja. Tetapi bukan berarti perempuan terkungkung di rumahnya. 

Bekerja bagi perempuan hukumnya “mubah” jadi ada pilihan baginya untuk bekerja maupun tidak. Selama jika keluar rumahnya atas izin mahram, kemudian bekerja dalam hal yang memang dibolehkan dalam Islam misal menjadi guru, perawat, dokter dan lain-lain yang tidak melanggar hukum Islam. Bekerjanya pun tidak membuka aurat, sehingga kehormatannya tetap terjaga.

Bekerja dan tidaknya perempuan dalam Islam tidak berpengaruh apapun dari sisi penafkahannya. Jadi mahramnya (suami atau ayah) tetap harus menafkahinya , karena nafkah merupakan kewajiban mahram. Pun ketika mahram tidak mampu karena sakit atau kondisi lainnya, maka nafkah perempuan akan diserahkan kepada mahram lainnya jikatidak ada yang mampu menafkahi maka akan ditanggung oleh negara. 

Dalam Islam yang harus bekerja adalah para laki-laki yang menjadi penanggungjawab penafkahan. Negara yang menerapkan sistem Islam akan menyediakan lapangan pekerjaan untuk para laki-laki, tentu bila SDA dikelola oleh negara akan banyak lapangan kerja tercipta.  

Negara pun akan memiliki banyak harta untuk memberikan pelayanan publik terbaik seperti Pendidikan, Kesehatan dan Keamanan untuk semua warganegaranya , muslim maupun kafir dzimmi, laki-laki maupun perempuan, semua akan mendapatkan haknya sebagai warganegara Islam. Perempuan pun akan terjaga fitrahnya sebagai seorang Ibu yang mencetak generasi terbaik. 

Dari sini kita bisa melihat menjadi Istimewa dalam Islam bukan karena berdaya namun berkarya dan mendidik penerus umat.


Oleh: Yaurinda
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar