Topswara.com -- "Orang yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia." Demikian Sabda Rasulullah SAW. Pesan itu menegaskan pentingnya berkontribusi positif kepada sesama manusia dalam agama Islam. Memberikan manfaat kepada orang lain tidak hanya mencakup tindakan-tindakan besar, tetapi juga tindakan-tindakan kecil sehari-hari yang dapat membuat perbedaan dalam kehidupan orang lain. Ini adalah panggilan untuk menjadi individu yang peduli dan membantu meringankan beban orang lain, yang pada gilirannya membuat kita lebih dekat dengan Allah SWT.
Bagaimana agar kita bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia dalam pandangan Islam?
Menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia dalam pandangan Islam melibatkan praktik-praktik yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa cara untuk mencapainya:
1. Berpegang pada Nilai-Nilai Islam: Menjadi teladan yang baik dalam menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan kedermawanan.
2. Menjaga Hubungan dengan Allah SWT: Memperkuat hubungan dengan Allah melalui ibadah, doa, dan amal shaleh, karena keberhasilan dalam membantu orang lain juga terkait dengan keberkahan dan bimbingan Allah.
3. Mendidik Diri Sendiri: Terus belajar dan meningkatkan pengetahuan agama Islam serta keterampilan praktis untuk bisa memberikan manfaat yang lebih besar kepada orang lain.
4. Melayani Masyarakat: Melakukan tindakan-tindakan nyata yang memberikan manfaat kepada masyarakat, seperti memberikan bantuan kepada yang membutuhkan, menjadi sukarelawan di lembaga amal, atau mengambil bagian dalam proyek-proyek kemanusiaan.
5. Menjaga Akhlak Yang Baik: Berperilaku dengan akhlak yang baik dalam segala situasi, seperti bersikap sabar, rendah hati, dan menghormati orang lain, sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain.
6. Menginspirasi Orang Lain: Memberikan motivasi dan inspirasi kepada orang lain untuk melakukan kebaikan dan berbuat yang terbaik dalam kehidupan mereka.
7. Menjadi Pendengar Yang Baik: Mendengarkan dengan penuh perhatian dan empati terhadap masalah dan kebutuhan orang lain, dan berusaha memberikan dukungan dan solusi yang sesuai.
8. Menjadi Agen Perubahan: Mengambil peran aktif dalam memperbaiki kondisi masyarakat dan lingkungan sekitar, baik melalui advokasi, pendidikan, atau tindakan konkret lainnya.
Dengan mengamalkan prinsip-prinsip ini, seseorang dapat menjadi lebih bermanfaat bagi manusia sesuai dengan ajaran Islam.
Manfaat di sini tidak terbatas kepada manfaat berupa materi saja, akan tetapi lebih banyak lagi, yang mencakup manfaat ilmu, pendapat, nasihat, musywarah, kehormatan, kekuasaan, dan lain-lain.
Tentu, dalam Islam, konsep manfaat tidak hanya terbatas pada hal-hal materi, tetapi juga mencakup manfaat dalam berbagai aspek kehidupan, seperti yang Anda sebutkan. Berikut adalah beberapa cara di mana seseorang dapat memberikan manfaat yang luas kepada manusia dalam berbagai bidang:
1. Manfaat Ilmu: Berbagi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dengan orang lain, baik melalui pengajaran formal maupun informal, untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan mereka dalam berbagai bidang.
2. Manfaat Pendapat dan Nasihat: Memberikan pandangan yang berharga dan nasihat yang bijaksana kepada orang lain dalam menghadapi tantangan dan keputusan dalam kehidupan mereka.
3. Musyawarah: Mengambil bagian dalam musyawarah dan diskusi untuk mencapai keputusan yang terbaik dalam hal-hal yang berkaitan dengan masyarakat, organisasi, atau kebijakan.
4. Manfaat Kehormatan: Memperlakukan orang lain dengan hormat dan menghargai martabat dan hak mereka sebagai manusia, sehingga menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan penuh toleransi.
5. Manfaat Kekuasaan: Menggunakan kekuasaan atau pengaruh yang dimiliki secara bertanggung jawab untuk memperjuangkan keadilan, kesejahteraan, dan kebaikan bersama.
6. Manfaat Spiritual: Membantu orang lain dalam mencari makna dan tujuan hidup mereka, serta mendukung mereka dalam perjalanan rohani dan pencarian kedekatan dengan Allah SWT.
7. Manfaat Emosional: Menjadi tempat curahan hati dan dukungan bagi mereka yang mengalami kesulitan emosional atau mental, sehingga membantu mereka mengatasi stres dan ketegangan.
8. Manfaat Sosial: Menggalang solidaritas dan kerjasama dalam komunitas untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, ketidaksetaraan, atau ketidakadilan.
Dengan memperluas pandangan kita tentang manfaat dan dengan
mempraktikkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat menjadi lebih bermanfaat bagi manusia dalam berbagai aspek kehidupan, sesuai dengan ajaran Islam yang mencakup keseluruhan kehidupan manusia.
Maka setiap muslim yang mampu yang dengannya dapat memberi manfaat bagi saudara-saudaramu sesama muslim dan umat manusia dan benar-benar memberikan manfaat bagi mereka, maka termasuk orang-orang yang dicintai oleh Allah SWT.
Betul sekali. Dalam Islam, memberikan manfaat kepada sesama manusia, termasuk sesama Muslim dan umat manusia secara umum, merupakan tindakan yang sangat dianjurkan. Orang yang mampu memberikan manfaat tersebut dengan ikhlas dan berkelanjutan, sesuai dengan ajaran agama, akan mendapatkan keridhaan dan kasih sayang Allah SWT.
Memberikan manfaat kepada sesama bukan hanya merupakan tanggung jawab moral, tetapi juga merupakan bentuk ibadah yang ditekankan dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW dan para sahabatnya memberikan teladan yang baik dalam memberikan manfaat kepada orang lain, baik dalam bentuk bantuan materi, nasihat, dukungan emosional, maupun pelayanan sosial.
Oleh karena itu, menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama merupakan salah satu cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menjadi lebih dicintai-Nya. Hal ini menunjukkan kesadaran akan tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap kesejahteraan bersama, yang merupakan nilai-nilai penting dalam Islam.
Allah SWT Berfirman:
ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلنَّاسُ ٱتَّÙ‚ُواْ رَبَّÙƒُÙ…ۡۚ Ø¥ِÙ†َّ زَÙ„ۡزَÙ„َØ©َ ٱلسَّاعَØ©ِ Ø´َÙŠۡØ¡ٌ عَظِيمٞ ÙŠَÙˆۡÙ…َ تَرَÙˆۡÙ†َÙ‡َا تَØ°ۡÙ‡َÙ„ُ ÙƒُÙ„ُّ Ù…ُرۡضِعَØ©ٍ عَÙ…َّآ Ø£َرۡضَعَتۡ Ùˆَتَضَعُ ÙƒُÙ„ُّ Ø°َاتِ ØَÙ…ۡÙ„ٍ ØَÙ…ۡÙ„َÙ‡َا ÙˆَتَرَÙ‰ ٱلنَّاسَ سُÙƒَٰرَÙ‰ٰ ÙˆَÙ…َا Ù‡ُÙ… بِسُÙƒَٰرَÙ‰ٰ ÙˆَÙ„َٰÙƒِÙ†َّ عَØ°َابَ ٱللَّÙ‡ِ Ø´َدِيدٞ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (QS. Al-Hajj (22): 1-2)
Sobat. Dalam ayat ini diterangkan betapa dahsyatnya peristiwa yang terjadi pada hari Kiamat itu dan betapa besar pengaruhnya kepada seseorang, di antaranya:
1. Pada hari itu ibu yang sedang menyusukan anaknya lalai dari anaknya. Padahal hubungan antara ibu dan anak adalah hubungan yang paling dekat dibandingkan dengan hubungan manusia dengan manusia yang lain. Demikian pula hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya adalah hubungan kasih sayang yang tidak akan putus-putusnya. Di antara perwujudan hubungan kasih sayang ibu dengan anaknya itu ialah ibu menyusukan tanpa pamrih anaknya yang masih kecil dan air susu ibu itu merupakan makanan pokok bagi si bayi.
Tanpa adanya makanan itu si bayi bisa mati kelaparan dan hal ini benar-benar disadari akibatnya oleh setiap ibu. Karena itu ibu berkewajiban menyusukan anaknya yang merupakan jantung hatinya itu, setiap saat yang diperlukan. Pada hari Kiamat yang demikian mengerikan dan dahsyatnya peristiwa yang terjadi, seakan hubungan yang demikian itu terputus. Di dalam diri si ibu waktu itu timbul rasa takut dan ngeri melihat suasana yang kacau balau itu, sehingga si ibu lupa menyusukan anaknya, dan lupa segala-galanya termasuk anaknya yang sedang menyusu.
2. Pada hari Kiamat itu gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil. Biasanya keguguran kandungan perempuan yang hamil terjadi, jika terjadi peristiwa yang sangat mengejutkan dan menakutkan hati atau karena terjatuh atau mengalami guncangan yang keras, seperti guncangan kendaraan dan sebagainya. Pada hari Kiamat itu terjadi gempa bumi dan guncangan yang hebat yang menghancurkan manusia yang hidup, termasuk di dalamnya perempuan-perempuan yang hamil beserta anak yang sedang dikandungnya.
Al-Hasan berkata, yang dimaksud dengan "lalailah semua perempuan yang menyusukan anak dari anak yang disusukannya", ialah kelalaian yang bukan disebabkan karena menyapih anak itu, dan yang dimaksud dengan "gugurlah semua kandungan perempuan yang hamil" ialah anak yang dikandung itu lahir sebelum sempurna waktunya.
3. Pada hari itu manusia kelihatan seperti orang yang sedang mabuk, padahal ia bukan sedang mabuk. Hal ini menunjukkan kebingungan mereka tidak tahu apa yang harus mereka kerjakan, semua dalam keadaan takut, dalam keadaan mencari-cari tempat berlindung, dan berusaha menghindarkan diri dari malapetaka yang sedang menimpa itu.
Sobat. Keadaan dan peristiwa yang diterangkan di atas adalah untuk melukiskan dan menggambarkan kepada manusia, betapa dahsyatnya malapetaka yang terjadi pada hari Kiamat itu, sehingga gambaran itu dapat menjadi pelajaran dan peringatan bagi mereka, kendati pun kejadian yang sebenarnya lebih dahsyat lagi dari yang digambarkan itu. Sedang kejadian yang sebenarnya yang terjadi pada hari Kiamat itu tidak dapat digambarkan kedahsyatannya, karena tidak ada suatu kejadian yang terjadi sebelumnya yang dapat dijadikan sebagai perbandingan.
Barangsiapa yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan-kesulitan dunia , niscaya Allah akan melepasakan dirinnya dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. (HR. Muslim)
Hadis tersebut menekankan pentingnya membantu sesama Muslim yang sedang mengalami kesulitan dalam kehidupan dunia. Dengan memberikan bantuan, dukungan, atau meringankan beban mereka dalam kesulitan, seseorang tidak hanya memberikan manfaat di dunia ini, tetapi juga akan mendapatkan balasan yang besar dari Allah SWT di akhirat nanti.
Pesan dari hadis ini adalah bahwa Allah SWT akan membalas setiap kebaikan yang dilakukan kepada sesama Muslim dengan balasan yang berlipat ganda, terutama dalam konteks pembebasan dari kesulitan-kesulitan pada hari kiamat. Ini adalah bukti dari kasih sayang dan keadilan Allah SWT terhadap hamba-Nya yang berbuat baik kepada sesama.
Oleh karena itu, hadis ini menjadi penyemangat bagi umat Islam untuk selalu membantu dan mendukung sesama Muslim dalam kesulitan, karena tindakan tersebut tidak hanya memiliki dampak positif di dunia ini, tetapi juga akan memberikan kebaikan yang besar di akhirat.
Hadits yang disebutkan menegaskan pentingnya membantu sesama Muslim dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dunia. Dalam Islam, saling membantu dalam situasi sulit adalah bagian dari tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap sesama. Allah SWT menjanjikan ganjaran yang besar bagi orang yang memperhatikan dan membantu saudaranya dalam kesulitan.
Dengan merujuk pada hadits tersebut, kita bisa merangkum bahwa memberikan bantuan kepada sesama Muslim yang sedang mengalami kesulitan bukan hanya merupakan tindakan baik secara moral, tetapi juga merupakan investasi untuk mendapatkan perlindungan dan keberkahan dari Allah SWT di dunia dan di akhirat. Ini menunjukkan pentingnya saling membantu dan mendukung dalam komunitas Muslim, menciptakan ikatan solidaritas yang kuat dan mendapatkan berkah dari Allah SWT.
Sebagai umat Muslim, kita harus senantiasa siap memberikan bantuan kepada sesama dalam segala situasi, baik itu secara finansial, moral, maupun dengan memberikan dukungan emosional. Dengan demikian, kita tidak hanya memberikan manfaat bagi orang lain, tetapi juga meraih keberkahan dan perlindungan dari Allah SWT.
Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Jalan Keshalihan dan Kesuksesan Sejati dan Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar