Topswara.com -- Masjid Raya Al Azhar Podomoro Park telah diresmikan pada hari Kamis (25/4/24). Acara tersebut diisi oleh tausyiah dari KH. Abdullah Gymnastiar dan dihadiri oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Bandung Dr. Cakra Amiyana, ST. MA. juga lebih dari 1.000 jamaah lainnya. Pada acara tersebut, pengelolaan masjid diserahkan Wakil direktur Utama Agung Podomoro Land, Noer Indradjaja, pada YPI AL Azhar yang diwakili oleh Ketua Bidang Dakwah dan Sosial, Dr. Zahrudin Sulthani, M.Aq.
Dalam acara peresmian tersebut, ditegaskan pula oleh Zahrudin bahwa masjid Al Azhar memiliki misi mempererat dan mneyatukan umat tanpa keberpihakan pada pihak teretentu yang ditempatkan untuk ibadah, sosial, dan pemberdayaan umat. (Jabarekspress.com, 26/4).
Saat ini, jumlah masjid yang terkategori mewah semakin banyak. Masyarakat pun bisa dengan mudah melaksaakan salat di masjid. Sayangnya, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan optimalisasi fungsi masjid.
Kebanyakan masjid-masjid mewah hanya dijadikan tempat untuk wisata religi. Banyak orang dari berbagai daerah sengaja mengunjungi masjid yang mewah sekadar untuk mengikuti trend, agar tidak dianggap ketinggalan jika belum mengunjungi masjid yang mewah dan viral.
Pembangunan masjid yang megah seharusnya dapat menjadi salah satu tempat umat memahami aturan Islam. Bukan sekadar menjadi tujuan wisata religi yang berhenti pada kekaguman terhadap bangunannya semata tanpa diikuti program pencerdasan umat.
Karena dalam sistem sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan seperti saat ini, fungsi masjid disempitkan hanya sebatas untuk ibadah mahdhah, hanya mengatur urusan manusia dengan penciptanya. Sementara di ruang publik agama hanya dijadikan formalitas atau bahkan dihilangkan sama sekali.
Pandangan bahwa masjid hanya untuk urusan ibadah mahdhah ini sejatinya adalah upaya penjajah untuk mengerdilkan ideologi Islam. Mereka berusaha untuk menggiring pemahaman umat yang salah tantang makna politik dan masjid.
Politik yang kotor sebagai cerminan dari demokrasi saat ini tidak boleh ada di masjid yang sejatinya menurut mereka adalah tempat yang suci.
Akibatnya, Islam yang seharusnya menjadi way of llife malah terkerdilkan. Padahal, Islam adalah ideologi yang mengatur semua lini kehidupan manusia. Termasuk ibadah serta urusan masyarakat, politik dan negara. Rasulullah SAW. tela mencontohkan dengan menjadikan masjid sebagai pusat berbagai kegiatan umat.
Mulai dari dijadikan sebagai tempat ibadah, tempat pertemuan, tempat bermusyawarah, tempat perlindungan, tempat kegiatan sosial, tempat pengobatan orang yang sakit, tempat latihan dan mengatur strategi perang, tempat dakwah dan madrasah, juga bisa difungsikan sebagai tempat tinggal dan singgah.
Maka, selanjutnya harus juga diupayakan agar masjid kembali menjadi pusat aktivitas umat yang tidak hanya melulu mengurusi ibadah mahdhah. Sebagaimana fungsi masjid yang dicontohkan Rasulullah SAW. tersebut.
Karena di masjid seharusnya umat bisa membahas berbagai permasalahan, baik masalah individu dengan dirinya sendiri, masalahnya dengan orang lain, dan masalahnya dengan penciptanya.
Hal ini tentu sulit diwujudkan karena upaya menjauhkan masjid dari politik Islam dan kehidupan umat merupakan bentuk ketakutan penjajah akan kembalinya pemahaman Islam sebagai ideologi di tengah-tengah umat.
Sehingga umat perlu dicerdaskan dengan pemahaman yang benar mengenai fungsi masjid. Maka dari itu, mari berjuang bersama untuk menjadikan Islam sebagia way of life agar masjid kembali pada fungsi hakikinya.
Wallahualam bishawab.
Oleh: Risma Choerunnisa, S.Pd.
Aktivis Muslimah
0 Komentar