Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mencintai Allah Adalah Modal Dasar Seorang Hamba



Topswara.com -- Benar sekali. Mencintai Allah adalah fondasi utama dalam kehidupan seorang hamba. Cinta kepada Allah merupakan sumber kekuatan spiritual yang memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan, mentaati perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. 

Cinta kepada Allah juga mengarahkan seseorang untuk mendekatkan diri kepada-Nya melalui ibadah, doa, dan kebaikan kepada sesama. Dengan cinta kepada Allah, seseorang dapat merasakan kedamaian, kebahagiaan, dan kepuasan yang mendalam dalam menjalani kehidupan ini.

Sobat. Tidak ada kemaslahatan dan kebahagiaan bagi hati kecuali cintanya hanya kepada Allah SWT semata. Sehingga Allah sajalah yang dicintai, ingin digapai dan dijadikan tujuan.

Betul sekali, sobat. Konsep yang Anda sampaikan adalah inti dari tawhid (keyakinan dalam keesaan Allah) dalam Islam. Mencintai Allah SWT secara eksklusif adalah fondasi dari hubungan yang benar antara hamba dan Sang Pencipta. Ketika hati hanya mencintai Allah semata, itu menghasilkan ketenangan, kebahagiaan, dan kepuasan yang sejati, karena hanya dalam hubungan dengan Allah lah jiwa manusia menemukan kesempurnaan.

Mencintai Allah SWT juga mengarahkan kita pada tujuan hidup yang hakiki. Ketika Allah SWT menjadi pusat cinta dan perhatian kita, segala sesuatu yang kita lakukan, baik dalam ibadah maupun dalam urusan dunia, menjadi lebih bermakna karena semuanya dilakukan untuk mencari keridhaan-Nya.

Sungguh, ketika hati manusia mencintai Allah SWT dengan tulus, semua yang ada di dunia ini hanya menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Manusia yang berharap kepada Allah ada tiga golongan : Mencintai Allah, Mencintai apa yang ada di sisi Allah, dan Mencintai sesuatu menjauhkan dari Allah. 

Pernyataan di atas mencerminkan sebuah konsep yang dalam Islam sering disebut sebagai "tiga jenis cinta" atau "tiga golongan manusia dalam hubungannya dengan Allah SWT":

1. Mencintai Allah: Ini adalah golongan orang-orang yang mencintai Allah SWT secara murni dan ikhlas. Mereka menempatkan cinta kepada Allah di atas segalanya dalam hidup mereka. Cinta mereka kepada Allah menjadi pusat dari segala aktivitas dan hubungan mereka. Mereka mendambakan kehadiran-Nya, mencari ridha-Nya, dan menjalani hidup mereka sesuai dengan petunjuk-Nya.

2. Mencintai apa yang ada di sisi Allah: Ini adalah golongan orang-orang yang mencintai apa yang Allah cintai, seperti kebaikan, keadilan, kasih sayang, dan kebajikan. Mereka mengasihi orang-orang saleh, berusaha melakukan amal shaleh, dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dan keburukan. Cinta mereka kepada Allah mengarahkan mereka untuk mengikuti jejak Rasulullah dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mencintai sesuatu yang menjauhkan dari Allah: Ini adalah golongan orang-orang yang mencintai dunia dan segala kesenangan duniawi tanpa memperhatikan perintah dan larangan Allah. Mereka mungkin mencintai harta, kedudukan, kekuasaan, atau hal-hal lain yang mengalihkan perhatian mereka dari hubungan yang seharusnya mereka miliki dengan Allah SWT. Cinta mereka terhadap hal-hal dunia ini bisa menghalangi mereka untuk mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan kebaikan.

Dalam Islam, tujuan utama bagi seorang hamba adalah mencintai Allah SWT dengan tulus dan ikhlas, serta mencintai apa yang Allah cintai. Dengan demikian, cinta kepada Allah dan apa yang Allah cintai membawa keberkahan dan kebahagiaan dalam hidup, sementara cinta kepada sesuatu yang menjauhkan dari Allah dapat menjadi ujian dan bahaya yang perlu dihindari.

فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَٱرۡغَب  
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”  (QS. Al-Insyirah (94): 7-8)

وَلَوۡ أَنَّهُمۡ رَضُواْ مَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَقَالُواْ حَسۡبُنَا ٱللَّهُ سَيُؤۡتِينَا ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَرَسُولُهُۥٓ إِنَّآ إِلَى ٱللَّهِ رَٰغِبُونَ  

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," (tentulah yang demikian itu lebih baik bagi mereka).” (At-Taubah (9): 59)

Tanda-tanda seseorang itu makrifat kepada Allah menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyah.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, seorang ulama dan cendekiawan Islam terkenal dari abad ke-14, telah memberikan banyak wawasan tentang konsep-konsep spiritual, termasuk makrifat (pengenalan yang mendalam) terhadap Allah SWT. Menurutnya, ada beberapa tanda atau ciri yang menunjukkan seseorang telah mencapai tingkat makrifat kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa di antaranya:

1. Cinta yang Ikhlas kepada Allah: Seseorang yang telah mencapai makrifat kepada Allah akan memiliki cinta yang mendalam dan ikhlas kepada-Nya. Cintanya bukan hanya karena harapan akan pahala atau takut akan siksaan, tetapi karena pengenalan yang mendalam akan kebesaran dan kasih sayang Allah.

2. Ketenangan dan Kepuasan Hati: Orang yang telah mengalami makrifat kepada Allah akan merasakan ketenangan, kedamaian, dan kepuasan dalam hatinya, terlepas dari situasi eksternal yang dialaminya. Mereka menyadari bahwa kebahagiaan sejati hanya ditemukan dalam ketaatan kepada Allah.

3. Kesabaran dan Redha: Seseorang yang memiliki makrifat kepada Allah akan mampu bersabar dan menerima segala cobaan dan ujian dengan lapang dada. Mereka percaya sepenuhnya pada ketentuan Allah dan yakin bahwa apa pun yang terjadi adalah yang terbaik bagi mereka.

4. Kemurahan Hati dan Kebajikan: Orang yang telah mencapai makrifat kepada Allah akan menunjukkan sikap yang baik dan kasih sayang kepada sesama makhluk Allah. Mereka akan memperlihatkan kebaikan, keadilan, dan belas kasihan dalam hubungan dengan orang lain.

5. Ketundukan dan Kehormatan: Seseorang yang memiliki makrifat kepada Allah akan bersikap rendah hati dan tunduk kepada-Nya. Mereka menyadari keagungan Allah dan merendahkan diri di hadapan-Nya dalam ibadah dan perilaku sehari-hari.

Tanda-tanda ini menunjukkan bahwa makrifat kepada Allah bukan hanya sekedar pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman spiritual yang mendalam yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan seseorang.

Barangsiapa makrifat kepada-Nya , maka hidupnya akan senang dan bahagia.
Ya, benar. Makrifat kepada Allah SWT, atau pengenalan yang mendalam dan intim terhadap-Nya, membawa kebahagiaan dan kedamaian yang sejati dalam hidup seseorang. Ketika seseorang memiliki makrifat kepada Allah, dia menyadari kebesaran-Nya, kasih sayang-Nya, dan kebijaksanaan-Nya dalam setiap aspek kehidupan.

Berikut adalah beberapa alasan mengapa makrifat kepada Allah dapat membawa kebahagiaan:

1. Ketenangan Batin: Seseorang yang memiliki makrifat kepada Allah merasa tenang dan damai dalam hatinya karena dia menyadari bahwa Allah selalu bersamanya. Keyakinan ini menghapus rasa takut dan kegelisahan yang mungkin timbul dalam kehidupan sehari-hari.

2. Ketidakbergantungan pada Dunia: Makrifat kepada Allah mengalihkan fokus seseorang dari kesenangan dunia semata. Sebagai gantinya, kebahagiaan seseorang tidak lagi tergantung pada harta, kedudukan, atau kesenangan materi, tetapi terletak pada hubungan yang mendalam dengan Sang Pencipta.

3. Kedekatan dengan Allah: Seseorang yang memiliki makrifat kepada Allah merasa dekat dengan-Nya melalui ibadah, doa, dan introspeksi spiritual. Kedekatan ini memberikan rasa kepuasan yang tak tergantikan dan memenuhi kebutuhan spiritual yang mendalam.

4. Penerimaan terhadap Takdir Allah: Makrifat kepada Allah membantu seseorang untuk menerima takdir-Nya dengan lapang dada, baik itu suka maupun duka. Keyakinan bahwa Allah selalu melakukan yang terbaik untuk hamba-Nya mengurangi stres dan kecemasan akan masa depan.

5. Harapan akan Balasan Surgawi: Seseorang yang memiliki makrifat kepada Allah yakin bahwa segala amal baik yang dilakukan akan dihargai di akhirat. Keyakinan akan balasan surgawi memperkuat kebahagiaan dan kepuasan dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan ujian dan cobaan.

Makrifat kepada Allah bukan hanya mengubah pandangan seseorang terhadap kehidupan, tetapi juga memberikan fondasi yang kokoh untuk meraih kebahagiaan yang abadi, baik di dunia maupun di akhirat.

Dr. Nasrul Syarif M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual dan Buku Jalan Keshalihan dan Kesuksesan Sejati 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar