Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Inilah Bahayanya jika Istri Menjadi Independent Woman

Topswara.com -- Pemerhati Generasi Dra. (Psi) Zulia Ilmawati mengungkapkan bagaimana bahayanya menjadi independent woman atau perempuan mandiri dalam kehidupan berumah tangga.

"Ada bahaya jika seorang istri menjadi independent woman atau perempuan mandiri dalam berumah tangga," tuturnya dalam Cakrawala Perubahan: Independent Woman Ala Kapitalis, Bikin Capek? di kanal YouTube Muslimah Media Hub, Rabu (22/5/2024).

Ia mengungkapkan bahwa fenomena para perempuan yang sudah lebih mandiri secara finansial, maka yang terjadi di tengah-tengah keluarga tersebut biasanya memunculkan ketidakharmonisan. Karena dalam kacamata Islam, bagaimana pun juga yang mencari nafkah adalah kewajiban suami.

"Akan tetapi, ketika kemudian dengan berdalih ingin menjadi perempuan mandiri dan secara finansial sudah mampu mencukupi kebutuhan rumah tangganya, maka kemudian fenomena yang terjadi dan tanpa disadari akhirnya seorang perempuan yang sudah memiliki kemampuan finansial yang lebih dibandingkan dengan pasangannya, biasanya akan mendominasi di dalam keluarga, dan itu berbahaya," sambungnya.

Sebab katanya, dengan kemampuan finansialnya dia merasa mampu untuk memenuhi kebutuhan di dalam keluarganya, sehingga kemudian dia bisa melakukan apa saja terkait dengan keputusan-keputusan di dalam keluarga.

"Ketika seorang perempuan berperan sebagai istri dalam kehidupan rumah tangga, sedangkan dia sudah mengalihkan perannya, maka pasti cepat atau lambat akan terjadi situasi yang tidak diinginkan atau situasi yang tidak ideal di dalam sebuah keharmonisan keluarga. Makanya, hari ini banyak terjadinya perceraian," imbuhnya.

Dalam Islam

Dia melanjutkan, di dalam Islam perempuan memang boleh bekerja dan memiliki penghasilan lebih besar. Tetapi ketika tolok ukur perempuan mandiri di dalam keluarga itu keliru, maka itu berbahaya, sebab seorang istri bisa mendominasi suaminya. Di situlah seharusnya diluruskan, bagaimana tolok ukur perempuan mandiri sesuai syariat Islam.

"Satu sisi, sebetulnya fitrahnya seorang istri itu tidak ingin bekerja, melainkan mendampingi anak-anaknya di rumah. Namun, di sistem saat ini situasinya yang kemudian memaksa seorang istri untuk bekerja," ujarnya.

Hal tersebut ungkapnya, karena manusia sekarang tidak diatur di dalam sebuah kehidupan Islam. Berbagai kebutuhan hidupnya sehari-hari, kesehatan, pendidikan, keamanan, dan lainnya harus dipenuhinya sendiri. 

"Sedangkan di dalam kehidupan Islam, kebutuhan tersebut, semuanya sudah terfasilitasi dengan baik," imbuhnya.

Oleh karena itu, agar para perempuan tidak dipaksa untuk terlibat dalam memenuhi kebutuhan finansial di tengah-tengah keluarga, maka dibutuhkan sebuah aturan yang mampu menjaga kebutuhannya. 

"Sehingga tak perlu ke luar rumah meninggalkan anak-anaknya demi mencari uang," tutupnya. [] Nurmilati
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar