Topswara.com -- Rendahnya gaji dosen dan nasib mereka yang tidak kunjung sejahtera tentu berdampak pada kondisi negeri ini. Apalagi diurai ada 4 dampak dari paparan di atas. Pertama, dampak politik. permasalahan gaji pendidik akan terus jadi masalah yang tidak kunjung selesai. Karena rendahnya gaji dosen adalah dampak dari penerapan politik kapitalisme. Pendidikan tinggi masuk dalam komoditas jasa yang bisa dikapitalisasi, soal gaji dosen diserahkan ke PT. PT memiliki konsep kapitalisme yang mau untung dan tidak mau rugi, akhirnya gaji yang diberikan kecil terhadap para pendidik dan negara mandul dalam menyejahterakan pendidik.
Kedua, dampak terhadap pendidikan. Ketika gaji pendidik atau dosen rendah pasti itu berpengaruh terhadap kinerja mereka sebagai dosen. Bagaimana menuntut hasil pendidikan yang tinggi, jika gaji yang diberikan kepada pendidiknya rendah? Kondisi pendidikan tinggi hari ini mencetak manusia-manusia yang pragmatis, sekuler, dan liberal. Mereka sibuk mengejar nilai di atas kertas tanpa dibarengi kepribadian unggul yang beriman dan bertakwa.
Ketiga, dampak ekonomi. Himpitan ekonomi makin parah memaksa para dosen mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi keburu hidupnya. Ada beberapa kasus dari mereka terjebak pinjaman bank atau pinjaman online dengan bunga yang tinggi. Hal itu menyebabkan hidupnya makin tertekan karena harus dikejar-kejar debt collector. Ada beberapa kasus sampai melakukan tindakan kriminal sampai pembunuhan untuk melunasi utang-utangnya.
Keempat, dampak sosial. Munculnya banyak kasus kriminalitas. Contohnya, mereka terjebak pada aktivitas korupsi, atau jual beli ijazah, atau kasus-kasus kriminalitas lainnya. Sebenarnya, gaji rendah berdampak pada kesehatan para akademisi juga. Mereka yang keimanan dan ketakwaan rendah banyak yang stres, depresi, bahkan sampai bunuh diri karena tekanan ekonomi yang ada. Selain itu, gaya hidup hendonis dan lingkungan toxic kerap mewarnai dunia pendidikan tinggi. Mereka tidak hanya terjebak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi mereka terbawa arus liberalisme sehingga menuntut mereka bergaya hidup hedon. Hal ini berpotensi menciptakan lingkungan toxic yang tidak baik juga.
Dampak utama dari rendahnya kesejahteraan pada dosen adalah mereka tidak diperlakukan selayaknya manusia. Seharusnya negara menerapkan dan menegakkan aturan yang sesuai fitrahnya, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. Aturan tersebut tidak lahir dari hawa nafsu para kapitalis yang tamak, melainkan aturan tersebut hanya mampu lahir dari sistem Islam yang diterapkan secara sempurna dalam kehidupan bernegara. Karena jika masih mempertahankan sistem sekuler kapitalisme, solusi apa pun yang dikeluarkan pemerintah itu hanya tambal sulam dan akan memperparah kondisi yang ada.[]
Oleh. Ika Mawarningtyas
Direktur Mutiara Umat Institute
0 Komentar