Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Harga Rumah Makin Mahal, di Mana Peran Negara?

Topswara.com -- Akhir-akhir ini, ramai di jagat dunia maya statement-statement mengenai Gen Z yang dianggap pemalas dan bukan pekerja keras sebab di umur yang menginjak seperempat abad belum mampu memiliki rumah/hunian pribadi. Kondisi tersebut kemudian dibanding-bandingkan dengan generasi-generasi atas yang lebih siap untuk menghadapi fase selanjutnya.

Setelah ditilik lebih jauh, permasalahan ini bukan hanya sebatas dipengaruhi oleh gaya hidup Gen Z, tetapi juga banyak aspek lain yang memengaruhi, seperti pemberian gaji di bawah beban kerja yang diterima dan harga properti yang kian hari kian mahal. Berdasarkan hasil survei Bank Indonesia (BI) harga property residensial di pasar primer mengalami peningkatan pada Kuartal I 2024 (CNN Indonesia, Mei 2024). 

Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar 1,89 persen dibanding pada Kuartal V 2023 yang sebesar 1,74 persen.
Berdasarkan hasil survei, disebutkan pula faktor utama terjadinya kenaikan harga adalah tingginya minat konsumen terhadap pembukaan proyek baru. 

Selain itu, Medcom.id (17/5/24) melaporkan bahwa penyebab naiknya harga properti diantaranya yaitu terjadinya inflasi ekonomi, lahan pemukinan yang terbatas, serta kondisi politik pascapemilu.

Menyoroti hal ini, pihak pemerintah berkata akan memberikan solutif untuk mengatasi permasalahan harga rumah mahal dengan mengadakan Program Sejuta Rumah (PSR). Program ini telah dicanangkan oleh Presiden RI Joko Widodo sejak tahun 2015. 

Namun, apakah program ini terbukti solutif dan mampu menyelesaikan permasalahan umat mengenai kebutuhan papan ini?

Nyatanya, program tersebut hingga hari ini terbengkalai dan tidak dapat berjalan dengan optimal. Banyak faktor-faktor yang menghambat terwujudnya program tersebut. Lucunya, penghambat program tersebut berasal dari birokrasi-birokrasi yang menaungi. 

Makin terlihat bahwa program-program yang direncanakan sebenarnya hanya untuk memenuhi kepuasan para penguasa dan pengusaha. Rakyat hanya dijadikan kedok untuk menutupi akal bulus mereka. Inilah efek dari sistem ekonomi kapitalisme. 

Mahalnya bahan bangunan akibat penerapan sistem ekonomi kapitalisme, di mana SDA dikelola oleh perusahaan dan bukan negara, sehingga hal mendasar seperti tinggal yang harusnya didapatkan dengan mudah oleh seluruh rakyat malah dijadikan ajang bisnis yang menguntungkan para pemiliki modal.

Negara Islam menerapkan sistem ekonomi Islam sehingga memiliki sumber dana yang besar dan mampu memenuhi semua kebutuhan rakyat dengan murah bahkan gratis, termasuk rumah. Rumah adalah satu kebutuhan pokok yang djiamin negara pengadaannya dengan berbagai mekanisme yang ditetapkan syara. 

Dalam Daulah, setiap lahan yang ada dalam wilayah kekuasaan akan dimonitoring setiap waktu. Apabila ada lahan kosong yang tidak dikelola dalam kurun waktu tertentu akan diminta secara baik-baik oleh negara untuk dialokasikan kepada umat yang membutuhkan. 

Dengan begitu tidak akan ada lagi oknum yang berlindung dibalik kata investasi untuk menimbun kekayaannnya. Pada akhirnya, setiap keluarga akan memiliki tempat ttinggal yang nyaman dan sehat dalam naungan dan lindungan khilafah.


Oleh: Nabila A.S.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar