Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Hal Ini Sangat Perlu Diperhatikan Wanita jika Ingin Bekerja

Topswara.com -- Terkait kebolehan wanita/ibu rumah tangga dalam bekerja, Praktisi Parenting Nopriadi Hermani, Ph.D. mengungkapkan beberapa hal yang sangat perlu diperhatikan oleh wanita jika ingin bekerja 

"Hal yang sangat perlu diperhatikan oleh wanita jika ingin bekerja itu adalah saat memilih pekerjaan itu harus pekerjaan yang halal, dia harus memastikan itu. Bukan pekerjaan yang melanggar aturan Allah," ungkapnya di Kanal Youtube, Nopriadi Hermani, Jumat (5/4/2024). 

Selain itu, lanjutnya, selama wanita bekerja, tidak boleh melanggar syariat Allah, harus memastikam bahwa selama bekerja itu sesuai dengan aturan Allah. Pekerjaan yang haram misalkan pekerjaan terkait riba tidak boleh diambil/dilakukan (baik laki-laki maupun wanita), atau pekerjaan yang membuat dia (wanita) harus membuka auratnya juga tidak boleh. 

"Atau yang membuat dia akhirnya sering berkhalwat dengan laki-laki, nah itu juga jangan. Jadi yang membatasi dari pekerjaan seorang wanita itu adalah Islam," tegasnya. 

Dia mengatakan banyaknya wanita bekerja tetapi tidak memikirkan bagaimana Islam mengatur mereka, itu disebabkan karena memang kehidupan pada hari ini tidak mempertimbangkan aturan Islam. Apalagi di dunia kerja, yang penting itu adalah apakah menghasilkan uang atau tidak. Tidak peduli apakah pekerjaannya halal ataukah haram, pegawainya melanggar syariat atau tidak. 

"Termasuk yang bekerjapun, masyarakat ya kebanyakan jadi enggak peduli halal dan haram dalam amal, apalagi dalam pekerjaan. Mungkin halal haram dalam makanan masih mikirin. Tetapi halal-haram dalam masalah perbuatan yang lain itu mereka mungkin enggak tahu kalau Islam mengatur itu. Kalau toh tahu mereka juga enggak mau taat terhadap aturan Allah," cetusnya. 

Kelebihan dan Kekurangan

Lebih lanjut, penulis buku The Model itu, mengungkapkan terkait kelebihan dan kekurangan wanita dalam bekerja. Kelebihannya itu adalah dapat mengembangkan dirinya, mengembangkann kapasitasnya, kemampuan intelektualnya atau juga kemampuan di bidang pekerjaan itu. Selain itu, juga lebih lebih luas sosialisasinya, hubungan dengan orang-orang. 

"Tetapi kekurangannya, wanita yang bekerja bisa tidak optimal, tidak maksimal dalam mengurusi urusan rumahnya. Kalau dia jadi istri enggak maksimal dalam mengurusi, melayani suaminya. Kalau dia ibu, tidak maksimal di dalam membersamai anak-anaknya," jelasnya. 

Jadi prioritas utama wanita itu kata Nopriadi adalah tetap fokus di rumah. Jadi ibadahnya wanita selain ibadah mahda itu adaalah berada di rumah. Ketika dia mengurusi suami karena taat kepada suaminya, mau menyenangkan suaminya, itu adalah ibadah bagi dia. Ketika dia menata rumahnya, membuat rumahnya nyaman, kemudian juga bisa mendidik anak-anaknya itu adalah ibadah bagi dia. 

Kemaksiatan

Nopriadi mengatakan wanita yang fokus pada karirnya sampai melupakan urusan rumahnya, maka dia telah melakukan kemaksiatan. Karena mengurus karir/bekerja bagi wanita itu hukumnya mubah sementara mengurusi rumah tangga itu kewajiban bagi seorang wanita. Fungsi wanita itu adalah sebagai ummu warabbatul bait, artinya dia sebagai ibu dan pengurus, pengatur rumah tangga. 

"Jadi kalau tanya bagaimana orang yang fokus pada karir sementara melupakan urusan rumahnya, itu dia melakukan kemaksiatan," tegasnya. 

Tetapi, lanjutnya, kalau ada wanita, berkarir dan urusan rumah tangganya selesai, dia bisa melayani suaminya dengan baik, bisa mengurusi anak-anaknya dengan baik, bisa membuat nyaman rumahnya dengan baik maka itu tidak masalah. Tetapi sebaliknya juga, kalau ada wanita memilih hanya sebagai ibu rumah tangga saja, fokus dalam urusan rumah tangga, mengurusi suaminya mengurusi anaknya, mengurusi rumahnya, sehingga suaminya mengatakan baiti jannati (rumahku adalah surgaku) itu lebih bagus. 

"Jadi memang harus bisa menempatkan urusan karir, pekerjaan bagi wanita itu urusan mubah setelah kewajiban yang lain sempurna dijalankan," jelas dia. 

Dipandang Sebelah Mata

Terkait pekerjaan sebagai ibu rumah tangga  dipandang sebelah mata, Nopriadi menyatakn, itu karena umat hari ini hidup di zaman kapitalistik. Maka orang yang dianggap baik, hebat, sukses itu adalah yang bisa menghasilkan sesuatu terutama uang. Sementara pekerjaan ibu rumah tangga tidak menghasilkan uang sehingga dianggap tidak produktif. Apalagi kalau wanita jadi ibu rumah tangga itu sekolahnya tinggi. 

"Nah ini mungkin nanya, loh kok sekolah tinggi-tinggi malah jadi ibu rumah tangga? Jadi pikirannya tentang ibu rumah tangga itu memang negatif. Jadi masyarakat kita pada hari ini tidak melihat bahwa pekerjaan ibu rumah tangga itu pekerjaan yang mulia. Jadi mereka hanya melihat itu kayak pengangguran lah gitu. Enggak menghasilkan apa-apa, masyarakat kita banyak yang seperti itu," tukasnya. 

Lebih lanjut dia menegaskan bahwa justru karena pekerjaan ibu rumah tangga pekerjaan mulia maka sekolahnya harus tinggi. Karena pekerjaan yang mulia yang pahalanya banyak kalau dilakukan dengan baik, dengan sempurna maka itu akan menjadi sumber pahala yang berlimpah. Dengn sekolah tinggi, itu akan meningkatkan kapasitas diri, laki-laki maupun wanita. Jadi kalau wanita sekolahnya tinggi-tinggi maka dia nantinya akan pintar dalam mengurus rumah tangga. 

"Jadi kalau bidang seperti yang seolah olah tidak ada hubungannya sama rumah tangga, sebenarnya ketika dia kuliah kan itu meningkatkan kapasitas intelektualnya, kapasitas emosionalnya kapasitas sosial.bJadi sekolah tinggi itu bukam sekadar mendapatlan ilmu. Tapi meningkatkan kapasitas diri sendiri yang itu sangat dibutuhkan ketika dia mengurusi urusan rumah tangga," pungkasnya.[] Rasman
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar