Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dari Wedang ke Baitullah

Topswara.com -- Karena kebanyakan beli, jadi hampir tiap hari aku harus minum jenis wedang-wedangan begini. Hm. Ini baik juga sih buat kesehatan. Bagus.

Aku mau cerita, tentang pemimpin besar perjuangan bebasnya Palestina yang tidak pernah tertawa karena Palestina belum terbebas dari musuhnya. Jiwanya begitu melekat dengan perasaan saudara-saudarinya.

Kalau dipikir-pikir, minum teh yang manis juga berlawanan dengan keadaan yang sekarang terjadi di Palestina. Yang kita juga sudah tau, kalau baru saja ada pengeboman lagi di daerah Rafah bahkan tepat di tenda pengungsi. Siapa lagi pelakunya kalau bukan penjajah terlaknat di muka bumi, Israel. Pemimpin negara dari tanah curian itu (Netanyahu), bahkan mengakuinya. 

Kita juga sudah banyak dipersaksikan bagaimana buruknya kematian saudara-saudari kita di sana. Mati terbakar hidup-hidup, bahkan bayi yang kehilangan kepalanya. Ironi, tragis, kriminal. Begitulah adanya.

Lalu, saat kita menyaksikan itu semua. Mungkin punya persepsi masing-masing. Tentu normalnya kita akan kasihan, menolak hal seperti itu terjadi terus berlanjut. Bahkan setiap makan makanan enak, kita bertanya apakah mereka sudah makan? Saat hendak tidur dan menyadari bahwa tidur kita selama ini masih cukup nyaman, kita bertanya apakah mereka bisa tidur? Apakah bayang-bayang suara bom menghantui mereka?

Bicara soal kuatnya keimanan, tentu saja saudara-saudari kita disana menang jauh. Apalah daya dengan kita yang shalat wajib saja masih sering menunda-nunda. Tetapi bukan itu yang semestinya kita risaukan. 

Kita memang sudah kalah dalam hal itu, tetapi saat kita bangkit untuk mau berpikir, peduli, dan beraksi untuk melakukan perubahan demi menolong mereka, mengurangi beban mereka. Itulah yang akan perlahan menaikkan harga diri kita sebagai manusia.

Kita akan terus makan makanan enak termasuk minum yang manis seperti wedang ini, dan kita juga masih akan tidur nyenyak. Itu kebolehan. Itu adalah nikmat yang Allah izinkan untuk kita. Namun, sekaligus ujian.

Apakah kita yang mendapatkan kenikmatan itu mau bersyukur, atau ingkar (kufur). Kita tau bahwa sebagai muslim diumpamakan seperti satu tubuh. Well, anggaplah Palestina adalah salah satu bagian tubuh itu. Kita ibaratkan Palestina adalah jantung kita yang sedang sakit. Lalu apa reaksi kita?

Tentu kita tidak akan berdiam diri. Minimal dalam doa selalu memohon kepada Allah untuk kebaikan dan kebebasan mereka. Hidup mulia dengan iman, sehat, aman atau jika menemui ajal maka itu adalah syahid. Tentu bukan berarti kita mengizinkan nyawa menghilang begitu saja, bahkan jasadnya yang tak diberikan hak.

Sudahlah tanahnya dicuri (yang pada awal kedatangannya pencuri itu berlagak seperti orang paling mengasihankan di dunia), perlahan rumah-rumah mereka dicuri bahkan ketika pemiliknya masih hidup, ke rumah ibadahnya sendiri dibatasi (Al-Aqsa), kebun zaitun mereka yang subur, perempuan-perempuan yang dilecehkan hingga diperkosa, tahanan yang disiksa dengan sadisnya, mengebom dan menembak mati.

Ada banyak sekali kekejaman itu dengan kualitas yang paling mengerikan yang pernah ada. Padahal kita tau, proses Israel si Pencuri laknat itu mengambil Palestina itu juga butuh rencana dan action yang panjang sekali waktunya. 

Dari Nakba hingga Tufan Al-Aqsa, dari abad 20 hingga 21. Lama konsisten sekali mereka mencuri perlahan drmi perlahan tanah Palestina itu. Emang boleh seistiqamah itu nyolong?

Tetapi yang mau aku bilang adalah, kita juga butuh waktu, butuh proses, dan butuh melakukan sesuatu dalam waktu dan proses itu. Kita juga perlu istiqomah dalam melakukan perjuangan itu.

Lihatlah pejuang-pejuang militer Palestina yang sudah lama sekali mereka menjaga tanah ribath itu. Masyarakat sipil yang hatinya tabah seluas samudra itu. Maka kita juga perlu mengikuti keistiqamahan untuk melakukan perjuangan itu. Lalu perjuangan apa yang mesti kita lakukan?

Jenis perjuangan itu banyak. Sekarang ini lagi gencar-gencarnya kita melakukan boikot produk-produk pro-Israel. Bahkan terklasifikasi dengan golongan wajib hingga wara'. MasyaAllah. Lanjutkann boikot ini sebagai bentuk tidak ridha-nya uang kita jika akan mengalir untuk menjadi senjata yang menumpahkan darah saudara-saudari kita.

Aksi-aksi damai bela Palestina juga dilakukan. Ini juga bagus, masyarakat umum jadi update lagi dengan isu, opini juga menaik lagi. 

Menyadarkan penguasa. Ini juga perlu, karena penjajahan Israel kepada Palestina adalah antara dua kekuasaan besar. Apakah penguasa-penguasa, pemimpin negeri-negeri mau merespon dengan gagah berani dan penuh kehormatan dan harga diri?

Menyadarkan umat. Ini perlu sekali. Umat yang sadar adalah kunci. Sadar mereka sedang menghadapi apa, lalu Allah memberikan solusi yang seperti apa untuk masalah-masalah mereka. Karena sejatinya tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dalam Islam. Namun, apakah kita mau mencari taunya.

Karena perjalanan menuju bebasnya Palestina ini butuh effort besar. Tentu itu harusnya datang dari bagian tubuh yang lain (saudara-saudarinya yang lain) untuk menyembuhkan derita, luka yang saat ini masih menginfeksi di sana.

I wanna cherrs to anyone who want to support Palestine always

Aku berharap kita tidak membiarkan hati kita mati dan membiarkan saudara-saudari kita meregang nyawa satu demi satu. Aku berharap kita akan sama-sama menjadi orang yang bangga saat Palestina bebas nanti.

Karena emenangan Palestina itu janji Allah. Namun, apakah kita menjadi orang yang berkontribusi atau tidak, itu pilihan kita. Jika tidak kita, maka itu akan digantikan oleh orang lain. Jika kita tidak berkontribusi, jawaban apa yang akan kita beri saat di akhirat nanti saudara-saudari kita bertanya.

"Saat tau kami dibunuh, apa yang kau lakukan dulu?"
"Kenapa kau diam?"


Oleh: Khoirun Nisa
Aktivis Muslimah 
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar