Topswara.com -- Rendahnya gaji dosen menggambarkan rendahnya perhatian dan penghargaan negara atas profesi yang mempengaruhi masa depan bangsa ini. Beban kehidupan yang semakin sulit membuat para dosen harus mencari pekerjaan sampingan.
Sehingga ketika dalam proses belajar mengajar para dosen hanya berkutat dengan materi saja. Tanpa memaksimalkan potensinya dan memperhatikan kualitan peserta didiknya.
Padahal profesi dosen adalah salah satu profesi yang minati di masyarakat. Namun profesi yang diminati tersebut ternyata jauh dari kata sejahtera.
Hasil penelitian Serikat Pekerja Kampus (SPK) mengungkap mayoritas dosen menerima gaji bersih kurang dari Rp 3 juta pada kuartal pertama 2023. Termasuk dosen yang telah mengabdi selama lebih dari enam tahun. (Tempo.co/2/5/2024)
Dosen sebenarnya profesi mulia. Namun, dosen mempunyai beban berat dalam menyebarkan ilmu dan membangun karakter mahasiswa. Karena tuntutan ekonomi seorang dosen tidak mampu mempertahankan idealismenya sebagai pencetak generasi yang unggul dan berkualitas .
Ini semua di hasilkan dari penerapan sistem hidup yang rusak yang berasal dari kapitalisme sehingga melahirkan sekulerisme yang memisahkan peran agama dari kehidupan. Akibatnya, menghasilkan kerusakan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam sistem pendidikan terutama dari penggajian tenaga pendidik yaitu dosen.
Kapitalisme telah menggerus penghargaan atas jasa besar para dosen sehingga para ilmuwan yang bergelar bukan lagi merupakan impian para generasi penerus melainkan khayalan tentang materilah yang menjadi pokok cita-cita para generasi tersebut tanpa memikirkan ilmu dan pengetahuan.
Pendidikan dalam kapitalisme dijadikan sebagai lahan bisnis. Selain itu, penguasa juga berlepas tangan. Pemerintah dan penguasa saat ini hanya bertindak sebagai regulator yang berpangku tangan saja dan melepaskan perannya sebagai penanggung jawab bagi kesejahteraan rakyat.
Problem ini hanya mampu diselesaikan dengan menggunaakan sistem Islam yang berasal dari sang pemilik alam yaitu penerapan syariat islam secara kaffah dalam bingkai naungan khilafah. Islam menghargai ilmu dan menjunjung tinggi para pemilik ilmu apalagi yang mengajarkan ilmu.
Ilmu dan pendidkan adalah investasi berharga bagi sebuah bangsa. Tanpa ilmu dan pengetahuan maka mudah untuk menghancur sebuah bangsa. Kedudukan yang tinggi ini juga di dukung oleh penghargaan berupa upah tenaga pendidik yang tinggi bukan karena jasanya tapi karena kemuliaan ilmunya.
Sejarah mencatat upah pada tenaga pengajar termasuk dosen pada masa kejayaan khilafah Abbasiyah mencapai 1000 dinar per tahun berarti jika di rupiahkan mencapai 5,5 milyar per tahun. Sungguh angka yang fantastis jika di bandingkan dengan kondisi dosen dalam kapitalisme saat ini.
Sungguh sangat berbeda, terlebih posisi strategis dosen sebagai pendidik pemimpin peradaban seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari para penguasa. Sejarah Islam mencatat bagaimana pemuliaan Islam terhadap para dosen dan tenaga pengajar adalah sebagai bukti kegemilangan penerapan syariat Islam secara kaffah.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Alia Nurhasanah
Aktivis Muslimah
0 Komentar