Topswara.com -- Bencana alam menjadi suatu fenomena yang sering terjadi di negara ini. Baru baru ini terjadi bencana alam banjir di berbagai tempat di Indonesia.
Salah satunya banjir bandang yang terjadi di Sumatera Barat yang mengakibatkan puluhan korban jiwa dan korban luka-luka. Belum lagi kerugian yang ditimbulkan akibat dari bencana banjir tersebut.
Tim penolong masih terus berusaha mencari sedikitnya 16 orang yang dilaporkan hilang akibat banjir bandang di Sumatra Barat. Upaya pencarian masih terus dilakukan. Hingga sampai Rabu (15/05) siang, korban yang meninggal tercatat mencapai 59 orang.
(BBC.com/13/05/24)
Terjadinya bencana alam di berbagai tempat bisa disebabkan faktor alam ataupun ulah tangan manusia.
Bencana banjir bandang dan juga longsor yang menewaskan puluhan orang di Sumatra Barat mengungkap adanya praktik deforestasi yang makin luas dan terakumulasi selama bertahun-tahun di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Berdasarkan pantauan dan analisis terbaru citra satelit dari LSM Walhi Sumbar pada Agustus sampai Oktober 2023, indikasi pembukaan lahan untuk penebangan liar terjadi di nagari padang air dingin, Kabupaten Solok Selatan, seluas 50 hektare. (bbc.com/12/03/2024)
Karena wilayah tersebut menjadi salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Sehingga pihak-pihak yang mementingkan peluang bisnis berencana untuk membangun hotel dan bahkan pemerintah provinsi Sumatera Barat berencana membangun plaza di lembah anai tersebut. Padahal wilayah tersebut adalah wilayah yang rentan bencana alam baik banjir ataupun longsor.
Bencana banjir lainnya juga melanda Desa Sambandate, Kecamatan Oheo, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Luapan banjir sungai lalindu setinggi dua meter membuat jalan trans sulawesi lumpuh total.
(cnnindonesia.com/2024/05/11)
Berulangnya bencana alam di negeri ini merupakan PR besar. Apalagi sudah memakan banyak korban harta maupun korban jiwa. Hal ini tentu nya sangat dibutuhkan adanya upaya mitigasi komprehensif sehingga pencegahan dapat optimal dan tidak berulang.
Demikian pula upaya menyelamatkan nyawa manusia dan bahaya nya yang harus diperhatikan sedemikian rupa agar penanganan yang diberikan cepat dan tanggap.
Terjadinya bencana erat kaitannya dengan kebijakan pembangunan yang ditetapkan oleh negara yang eksploitatif ini. Sehingga memberikan dampak buruk bagi lingkungan ataupun masyarakat. Bisnis yang menjanjikan dengan hasil yang massif sering membutakan mata para oligarki dalam melihat dampak negatif yang akan ditimbulkan pada masyarakat.
Pembangunan infrastruktur atau pariwisata kerap tidak mempertimbangkan keseimbangan alam. Hanya keuntungan semata-mata yang menjadi pertimbangannya. Alhasil, sering terjadi bencana alam yang terkadang biasa aja namun menjadi bencana.
Hujan yang turun membawa manfaat namun dalam sistem kapitalisme ini justru menjadi bencana disebabkan banjir. Banjir yang terjadi mayoritas dikarenakan salah tata kelola lingkungan akibat kerakusan dan keserakahan kapitalis.
Semua ini tentunya tidak lepas dari penerapan sistem kapitalisme yang mengutamakan unsur manfaat dan maslahat. Inilah yang menjadi biang masalah utamanya.
Pasalnya dalam benak para penguasa dalam kapitalisme adalah manfaat apa yang mereka terima, bukan maslahat apa yang bisa mereka berikan pada rakyat. Maka bisa kita simpulkan bahwa bencana alam yang terjadi saat ini akibat ulah tangan manusia.
Sebagaimana Allah SWT berfirman :
" Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Qs Ar-Rum : 41).
Namun akan berbeda halnya jika negara ini diterapkan sistem pemerintahan dengan islam. Segala kebijakan yang diterapkan lebih mengutamakan pada kebaikan karena hukumnya bersumber langsung dari sang pencipta yakni Allah SWT.
Kebijakan pembangunan dalam Islam ditetapkan dengan memperhatikan kebutuhan rakyat serta menjaga kelestarian alam. Kebijakan pembangunan dalam Islam tidak eksploitatif ataupun dekstruktif. Pembangunan dilakukan dengan alasan kebutuhan rakyat dan kemaslahatan rakyat dengan mempertimbangkan keselamatan rakyat dan juga terjaganya alam.
Mitigasi komprehensif akan mampu mendorong langkah antisipasi sehingga mencegah jatuhnya banyak korban dan memperkecil dampak kerusakan.
Pemeliharaan terhadap alam semesta akan membuat preventif terhadap fenomena alam yang ekstrem. Sehingga saat hujan berkepanjangan alam tetap stabil dan minimnya bencana. Begitulah pengelolaan islam yang sangat rapi jika diterapkan dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam mengelola dan mengatur sebuah negara.
Islam bukanlah sebatas agama ritual yang berfokus dalam pribadi manusia, namun ia juga merupakan sumber hukum yang mampu mengarahkan kebijakan hukum yang sesuai dengan fitrah manusia.
Semua kemaslahatan hanya bisa kita rasakan jika kita menerapkan aturan islam secara kaffah dalam naungan khilafah Islam.
Wallahua'lam bisshawab.
Oleh: Yusniah Tampubolon
Aktivis Muslimah
0 Komentar