Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Bencana Berulang Akibat Salah Kebijakan

Topswara.com -- Indonesia adalah negara yang terletak di lingkaran api pasifik atau cincin api pasifik, yakni pertemuan antar tiga lempeng tektonik dunia. 

Antara lain lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Indo-Australia, hal ini mengakibatkan Indonesia menjadi negara yang rawan bencana alam seperti gunung meletus, gempa bumi hingga tsunami. Inilah yang mungkin menjadi salah satu sebab bencana yang beruntun akhir-akhir ini.   

Mulai dari angin puting beliung yang terjadi pada tanggal 16 Mei 2024 di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara. Banjir bandang setinggi dua meter di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang membuat jalan trans Sulawesi lumpuh total. 

Kemudian Bencana tanah longsor terjadi pada tanggal 19 Mei 2024 di Angkola Barat, Tapanuli Selatan. Juga Banjir bandang dan lahar terjadi di Tanah Datar, Sumatera Barat. Per tanggal 18 Mei 2024 telah menewaskan 61 orang bahkan hingga saat ini, dikabarkan bahwa tim sar masih menelusuri korban yang dilaporkan hilang. 

Bencana alam yang terjadi di beberapa daerah ini tidak hanya memakan korban jiwa, namun juga menelan berbagai kerugian. Infrastruktur yang telah dibangun pemerintah juga mengalami kerusakan parah, sehingga terjadi kelumpuhan aktivitas masyarakat. 

Bencana alam ini sejatinya adalah faktor alam yang tidak bisa kita cegah karena murni kehendak Allah SWT. Disisi lain, sebagai manusia kita juga dapat berupaya untuk mencegah, meminimalisir serta menangani bencana yang terjadi. Karena memang negeri ini adalah negeri yang terletak di lingkarang api pasifik, sehingga bencana yang sering terjadi haruslah dapat menjadi pelajaran bagi kita.

Namun pada faktanya, salah satu faktor yang mengakibatkan bencana adalah ulah tangan manusia. Diberitakan bahwa bencana banjir dan longsor yang menewaskan puluhan orang di Sumatra Barat mengungkap praktik "deforestasi yang makin luas dan terakumulasi selama bertahun-tahun di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)". 

Berdasarkan pantauan dan analisis terbaru citra satelit dari LSM Walhi Sumbar pada Agustus sampai Oktober 2023, indikasi pembukaan lahan untuk penebangan liar terjadi di Nagari Padang Air Dingin, Kabupaten Solok Selatan, seluas 50 hektare. Temuan serupa juga berlangsung di Nagari Sindang Lunang, Kabupaten Pesisir Selatan, seluas 16 hektare. (bbc.com, 13/3/2024)

Dari bencana yang terus menerus terjadi serta memakan banyak korban menunjukkan masih dibutuhkan adanya upaya mitigasi komprehensif. Sehingga pencegahan dapat berjalan secara optimal demikian pula upaya dalam menyelamatkan masyarakat. 

Bencana alam yang terjadi di negeri ini pastilah ada kaitannya dengan kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah. Salah satunya adalah kebijakan dalam meloloskan proyek pembangun. Dimana pemerintah berperan penting dalam golnya suatu proyek. 

Jika memang pemerintah peduli terhadap rakyat pastilah kebijakannya berdampak baik. Sebaliknya jika kebijakan yang ditetapkan oleh negara eksploitatif dan memberikan dampak buruk, maka pasti akan menyengsarakan rakyat. 

Karena negeri ini pemerintahannya mengambil sistem kapitalistik, maka tidak heran kebijakan-kebijakan yang dihasilkan cacat tak karuan. Kepentingan pribadi adalah keutamaan yang harus dilanggengkan, dan masa bodoh dengan urusan banyak orang. 

Tidak heran jika pemerintah dianggap penyambung lidah bagi si kaya, karena memang kebijakannya hanya diperuntukkan bagi mereka yang bermodal. Padahal menjaga dan melestarikan lingkungan adalah salah satu tanggung jawab yang diberikan kepada manusia. Tidak heran jika Sang Pemilik Alam murka dengan ulah tersebut. Inilah ciri khas dari sistem dengan pemerintahan tersebut. 

Berbeda dengan Islam, yang memiliki sistem lengkap dalam mengatur kehidupan manusia, baik hubungan individu, masyarakat serta Tuhan. Kebijakan pembangunan dalam Islam ditetapkan dengan memperhatikan kebutuhan rakyat dan menjaga kelestariaan alam. 

Kebijakan pembangunan dalam Islam tidak eksploitatif ataupun deksturuktif. Karena Islam adalah agama rahmatan lil alamin yakni rahmat bagi seluruh alam, maka menjaga, merawat dan melestarikan adalah salah satu kewajiban. 

Bahkan telah ditulis jelas di dalam al-quran bahwa Allah melarang berbuat kerusakan di muka bumi ini. “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Araf ayat 56).

Mitigasi komprehensif juga dilakukan sehingga akan mampu mendorong langkah antisipasif sehingga mencegah jatuhnya banyak korban dan memperkecil dampak kerusakan. 

Dalam langkah ini pemerintah berperan aktif dalam mengambil kebijakan, mengatur juga mengawasi serta memberikan sanksi yang tegas sampai hukuman mati bagi kebijakan-kebijakan yang dilanggar. 

Sehingga eksploitasi terhadap lingkungan dapat dicegah dan membuat jera para pelakunya. Inilah sistem yang dibawa Islam, semuanya demi kemaslahatan bagi umat manusia. 

Waallahua’lam bishawab.


Oleh: Denny Rahma
Komunitas Setajam Pena
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar