Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Banyak Anak Jadi Pelaku Kriminal Bukti Gagalnya Peran Keluarga

Topswara.com -- Makin hari, makin bertambah banyak kejahatan yang terjadi di negeri kita, dan sedihnya lagi kasus kejahatan ini mulai meningkat pesat dengan pelaku yang masih dibawah umur. Bagaimana masa depan bangsa nantinya, jika potret generasi muda justru semakin nestapa? Mereka hanyalah anak-anak yang harusnya masih senang bermain, melakukan hobi dan mengejar mimpinya, bagaimana bisa mereka menjadi pelaku sebuah kejahatan yang bahkan berujung pembunuhan?

Dalam laman Sukabumiku.id (02/05/2024). Wilayah kecamatan Kadudampit, Kecamatan Sukabumi dibuat geger, awalnya puluhan warga melakukan pencarian atas hilangnya seorang anak laki-laki berusia 6 tahun, yang kemudian ditemukan sudah meninggal dunia di jurang perkebunan dekat rumah neneknya. 

Setelah ditelusuri ternyata korban dibunuh dan dilecehkan oleh tetangga sekaligus teman bermain korban yang berusia 14 tahun, pelaku ini juga masih duduk di bangku sekolah. Menurut keterangan pelaku, dulu dia pernah menjadi korban dan beberapa kali dilecehkan dengan cara yang sama (sodomi).

Potret Buram Pendidikan Sekularisme

Fitrahnya anak adalah ingin diperhatikan, disayangi, dan diajak bermain oleh orang tua maupun orang terdekatnya. Bagaimana jadinya jika anak kekurangan perhatian dan waktu dari orang tua?
Dalam sistem sekularisme kapitalisme, agama dipisahkan dari kehidupan sehari-hari, tujuan kehidupan adalah mencari materi atau keuntungan sebanyak- banyaknya sebagai sumber kebahagiaan.

Saat ini kebanyakan masyarakat beranggapan bahwa tugas ayah atau kepala keluarga adalah mencari nafkah, sehingga membuat ayah bekerja siang malam demi mencapai tuntutan kehidupan, dan juga gengsi, sehingga sangat banyak ayah yang kehilangan peran dan momen dalam hidup anaknya. 

Sedangkan tugas ibu adalah mengurus anak dan rumah, dalam keadaan sistem ini, ibu menanamkan pemikiran yang bernilai materialis kepada anak-anaknya tanpa diimbangi pendidikan agama sejak kecil.

Keluarga yang visi dan misinya adalah materi, maka tujuan hidupnya juga untuk mengejar materi semata. Padahal peran ayah bukan hanya pencari nafkah, namun juga pendidik seluruh anggota keluarga, termasuk istri dan anak-anaknya. Dan ibu yang merupakan madrasah ula untuk anak harusnya memberikan pendidikan yang bermanfaat untuk kehidupan anak, baik di dunia serta di akhirat kelak.

Jika kedua orang tua bekerja maka anak hanya akan memiliki sedikit waktu dengan orang tuanya, sehingga kepribadian anak dibentuk oleh lingkungan tempat dia bermain dan menghabiskan waktunya, ini sebabnya mengapa lingkungan sangat berpengaruh terhadap karakteristik anak. 

Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling banyak menjadi penyebab keretakan keluarga sebagian orang, karena orang tua yang sibuk, serta anak yang kurang pengasuhan serta minim didikan.

Orang tua yang kurang mengerti tentang ilmu parenting atau pengasuhan menjadi salah satu faktor kegagalan mendidik anak, sebab kurangnya kesadaran orang tua, dan minimnya ilmu dalam memahami Islam dengan benar menjadi alasan anak salah didikan. Keluarga merupakan benteng terkuat pertahanan, jika benteng ini runtuh maka akan dengan mudah berbagai hal negatif masuk dan mempengaruhi anak.

Pendidikan Anak dalam Islam

Anak kita adalah generasi penerus bangsa, maka harus di didik dengan baik sehingga nantinya ia akan menghasilkan peradaban mulia dengan akhlak yang luar biasa. Dan mendidik anak untuk mencapainya bukanlah hal mudah sebab yang ingin kita raih adalah nikmatnya surga, bukan keuntungan dunia semata.

Islam telah terbukti pernah menghasilkan ratusan generasi cerdas, berakhlak mulia, dan beradab, hal ini bisa dilihat dari langgengnya peradaban Islam dahulu selama 13 abad dan mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan barat yang saat itu masih mengalami kemunduran. Islam menjadikan akidahnya sebagai sistem pendidikan serta menjadi kurikulumnya, agar menghasilkan generasi yang cerdas dan beradab sesuai ajaran Islam.

Negara juga menjamin layanan pendidikan gratis untuk seluruh lapisan masyarakat tanpa dibedakan, mulai dari warga kota hingga ke pelosok desa, sehingga tak ada ceritanya anak berjalan kaki ratusan kilo demi mengenyam pendidikan sekolah, atau anak yang putus sekolah akibat tak ada biaya.

Sekolah gratis dengan tenaga pendidik profesional juga fasilitas yang diberikan sangat baik, serta kurikulum yang berasal dari akidah Islam, ini semua tentunya akan sangat mungkin menciptakan generasi yang bukan hanya cerdas tetapi juga beriman dan bertakwa.

Dalam keseharian, Islam memisahkan aktivitas kehidupan laki-laki dan perempuan, kecuali dalam urusan yang diperbolehkan oleh syariat. Perempuan muslimah diwajibkan untuk menutup auratnya dengan sempurna atau sesuai standar hukum syarak.

Larangan berkhalwat (berduaan dengan yang bukan mahram), larangan ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan non mahram) larangan berzina serta sanksi tegas jika melakukannya, perempuan dilarang memamerkan kecantikan dan keindahan tubuhnya saat bekerja, sebab merupakan eksploitasi perempuan, dan dilarang melakukan safar (lebih dari 1 hari 1 malam) tanpa mahram.

Negara juga memfilter segala jenis tayangan yang beredar di masyarakat, baik di media televisi maupun di handphone, negara memblokir situs-situs pornografi, dan melarang segala konten atau film yang berbau porno atau mengajak pada kemaksiatan untuk ditayangkan. 

Sebab akan mempengaruhi pemikiran generasi muda, dan negara melarang segala bentuk pelanggaran syariat Islam serta akan memberikan hukuman yang berasal dari syariat Allah SWT.

Demikianlah ketika syariat Islam ditegakkan, bukan hanya dapat menghasilkan generasi berakhlak mulia, tapi juga dapat menciptakan keamanan dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat, sebab penerapan aturan yang berasal dari sang pencipta, tentulah akan mendatangkan rahmat bagi seluruh umat.

Wallahu A'lam Bisshawab.


Audina Putri
Aktivis Muslimah Pekanbaru
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar