Topswara.com -- BNPB mencatat, jumlah korban meninggal dunia akibat bencana banjir bandang lahar dingin di Sumatra Barat mencapai 37 orang. Bencana ini terjadi pada Sabtu (11/5) malam. Empat kabupaten terdampak cukup parah akibat kejadian ini antara lain Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Padang Panjang, dan Kabupaten Padang Pariaman (news.detik.com 13/05/2024).
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengatakan pemicu utama banjir bandang bercampur lahar gunung adalah hujan deras dan berdurasi panjang (cnnindonesia.com 14/05/2024).
Indonesia menjadi salah satu negara dengan tingkat intensitas bencana alam yang tinggi. Banjir adalah salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Bencana alam memang merupakan bagian dari ketetapan Allah yang tidak mampu kita hindari.
Akan tetapi sebagaimana Rasulullah SAW memberikan pelajaran kepada kita, ketika gempa bumi terjadi yang Rasul ajarkan kepada para sahabat adalah melakukan introspeksi diri dan segera melakukan tobat. Dari sini kita diajarkan untuk melakukan muhasabah terhadap penyebab bencana alam itu sendiri, apakah murni karena dari Allah atau terdapat faktor kelalaian manusia.
Jika kita menilik bencana banjir yang terjadi di Indonesia, kita dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar bencana banjir terjadi karena kesalahan pengelolaan tata ruang daerah. Adanya deforestasi menyebabkan lahan hijau resapan air hujan berkurang dengan drastis.
Indonesia yang dulunya dikenal sebagai paru-paru dunia tidak lagi mampu menyediakan lahan resapan yang cukup apalagi mensuplai oksigen bersih untuk dunia. Kawasan hutan banyak dialih fungsikan sebagai kebun sawit, industri, bahkan permukiman.
Maka tidak heran jika semakin lama bancana banjir semakin sering terjadi dan memberikan dampak bahkan korban jiwa yang semakin lama semakin besar.
Begitulah pengelolaan lingkungan dalam bingkai kapitalisme dimana alam di eksploitasi secara terus menerus hingga alam kehilangan keseimbangannya. Dalam kacamata kapitalisme yang dipenuhi dengan keserakahan, manusia diajdikan tak pernah merasa cukup untuk mengeruk kekayaan alam.
Hukum yang diberlakukan juga selalu berpihak kepada pemilik modal. Eksploitasi sumber daya alam yang dilakukan oleh swasta bahkan asing selalu merugikan bagi masyarakat kecil.
Aktivitas eksploitasi berkedok investasi dilindungi bahkan dipermudah oleh pemerintah. Pemerintah bahkan membuat omnibus law demi membangun jalan tol untuk kemudahan investasi asing masuk ke Indonesia. Tinggallah kini dampak yang diakibatkan oleh eksploitasi baik berupa polusi, sampah, bahkan banjir harus ditelan mentah-mentah oleh rakyat kecil.
Islam mengatur bahwa kepemilikan sumberdaya alam ada di tangan rakyat dan harus dikelola secara langsung oleh pemerintah untuk kemudian dikembalikan kepada rakyat. Pengelolaan ini bersifat eksplorasi dan mencegah adanya aktivitas eksploitasi demi menjaga keseimbangan alam.
Pengelolaan ini kemudian akan menghasilkan produk yang dapat dinikmati secara langsung dengan murah bahkan gratis atau dikembalikan dalam bentuk pelayanan publik kepada rakyat. Pelayanan publik yang diberikan berupa jaminan akan sandang, pangan, papan, kesehatan, keamanan bahkan pendidikan dapat dinikmati secara gratis dan bebas oleh rakyat.
Hal inilah yang menjadi perbedaan mencolok antara sistem kapitalisme dan sistem Islam. Islam datang dengan seperangkat aturan yang akan mewujudkan rahmat bagi seluruh alam sementara kapitalisme datang dengan keserakahan yang justru mendatangkan kenestapaan pada umat manusia. Sungguh kerusakan yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme telah nyata dihadapan kita, akankah kita terus berdiam diri dengan hal ini.
Islam datang dengan seperangkat aturan yang akan melahirkan sebuah tatanan kehidupan yang khas. Sistem inilah yang telah terbukti menorehkan tinta emas berupa peradaban gemilang selama berabad-abad yang sisanya masih dapat kita nikmati sampai saat ini.
Hanya dengan Islam manusia akan mampu bangkit dari keterpurukan menuju cahaya kesejahteraan dan dengannya Allah akan mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh alam. []
Oleh: Maziyahtul Hikmah, S.Si.
(Aktivis Muslimah)
0 Komentar