Topswara.com -- Pemberdayaan kaum hawa di segala bidang menjadi program penting yang digadang-gadang mampu mendongkrak perekonomian secara signifikan. Salah satunya di bidang pariwisata.
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf) Angela Tanoesoedibjo menyebutkan pentingnya peran perempuan dalam bisnis pariwisata (suara.com, 2/5/2024). Karena sektor ini dilirik sebagai sumber pemasukan negara yang menjanjikan.
Pernyataan senada juga disampaikan oleh Harry Hwang, Director of the Regional Department for Asia and the Pacific UN Tourism. Harry memastikan bahwa pariwisata memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan dan lelaki dalam berkontribusi terhadap pencapaian kelima, yaitu mencapai kesetaraan gender.
Hal tersebut ditetapkan sesuai dengan agenda 2030 PBB untuk tujuan pembangunan berkelanjutan dan kode etik pariwisata global. Harry pun berharap agar setiap perempuan muda memulai kariernya yang cemerlang di sektor pariwisata.
Konsep Rusak Kapitalisme
Dunia mendorong keterlibatan perempuan dalam dunia pariwisata sebagai usaha untuk mewujudkan kesetaraan gender. Dan upaya-upaya tersebut dirumuskan dalam suatu kebijakan global dalam wadah internasional, yakni PBB. Segala fakta yang ada menyajikan bahwa kebijakan yang kini ada hanya berpihak pada para negara-negara kapitalis pemilik modal.
Mereka pun menetapkan kebijakan sesuai kepentingan mereka, yakni menguasai segala bentuk sumberdaya suatu negeri terutama negara-negara miskin dan berkembang. Baik sumberdaya alamnya maupun sumberdaya manusianya, dalam hal ini tepatnya peran perempuan.
Alih-alih ingin mensejahterakan dan mendongkrak perekonomian, namun ternyata kebijakan tersebut hanya melahirkan kebijakan yang mengeksploitasi perempuan di ranah publik.
Parahnya lagi, kebijakan ini pun dianggap sebagai angin sejuk yang mampu meredakan beragam masalah yang kini menerpa negara dan menggilas perempuan.
Inilah kebijakan absurd yang gagal mengatur kehidupan. Sistem kapitalisme telah menjadikan perempuan hanya dihargai sebatas materi. Perempuan dianggap sebagai mesin penghasil uang.
Tidak salah kiranya jika ada ungkapan, "Perempuan Tumbal Peradaban". Perempuan menjadi korban kebijakan sistem yang destruktif. Sistem yang merusak secara terstruktur, sistematis dan masif. Dan kebijakan tersebut menjadi bukti nyata bahwa kapitalisme gagal menggapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat.
Kapitalisme yang gagal mencapai sejahtera, secara terang-terangan melibatkan perempuan dalam mendongkrak perekonomian. Sungguh kebijakan ini adalah kebijakan yang keliru dan dijamin akan mengakibatkan rusaknya tatanan kehidupan.
Upaya yang mendongkrak peran perempuan adalah agenda yang justru akan merusak fitrah perempuan sebagai ummu wa rabbatul bait, ibu dan pengurus rumah tangga. Tentu saja, hal ini akan membahayakan pondasi bangunan keluarga. Karena dengan kesibukan ibu di luar rumah, waktu mendidik anak akan tersita, dan akan berpotensi merusak masa emas pendidikan generasi.
Tidak hanya itu, pertukaran budaya yang menjadi simbol pariwisata suatu negeri akan sangat berpengaruh pada tingkah laku, pola pikir hingga melahirkan sikap bebas tanpa aturan jelas. Inilah konsep liberalisme yang bebas sebebas-bebasnya.
Konsep ini pun akan berpotensi menimbulkan perang budaya. Aturan dan norma agama tidak ada lagi dalam aturan kehidupan. Gaya Barat menjadi simbol modernisasi yang terus digaungkan. Hingga akhirnya hilanglah konsep benar salah atau halal haram dalam batasan aturan yang benar.
Di sisi lain, negara hanya bisa mengekor kebijakan global yang makin liar dan tidak masuk akal. Negara terus diarahkan untuk mengembangkan sektor non strategis seperti pariwisata. Sedangkan sektor strategis seperti sumberdaya alam yang potensial justru dikuasai negara-negara asing. Kebijakan inilah yang sesungguhnya memiskinkan negara saat ini.
Sistem Islam, Sistem Tangguh
Sistem Islam menekankan bahwa kepentingan rakyat adalah satu-satunya prioritas yang wajib dilayani negara. Setiap penguasa disyariatkan amanah dalam melayani rakyat. Baik pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan penyediaan lapangan kerja yang layak bagi setiap kepala keluarga.
Rasulullah SAW. bersabda,
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya" (HR. Al Bukhori).
Menyoal masalah perempuan. Sistem Islam menjaga kemuliaan dan peran perempuan dalam menjaga peradaban. Perempuan sebagai tiang kokoh yang menopang kehidupan dan pendidikan generasi. Perannya tidak mampu tergantikan oleh apapun.
Dalam Islam, penjaminan kesejahteraan setiap individu adalah tanggung jawab negara secara utuh. Konsep ini hanya mampu terlaksana dalam sistem Islam berinstitusikan khilafah. Dalam mekanisme pengurusan khilafah, seluruh sumberdaya alam yang dimiliki negara akan diurus secara mandiri tanpa intervensi (campur tangan asing), baik kebijakan maupun anggarannya.
Semua dikelola dengan kebijakan yang senantiasa mengutamakan kepentingan umat dan basis pengaturan anggaran yang ditetapkan khalifah dalam pos-pos Baitul Maal. Kesejahteraan ekonomi pun akan tercapai sempurna untuk seluruh umat.
Dengan paradigma Islam, peran perempuan tetap terjaga sesuai fitrahnya. Sebagai ummu wa rabbatul bait yang senantiasa cakap mengurus rumah tangga dan mengedukasi generasi. Mulianya perempuan tidak diukur dari jumlah materi yang dihasilkan, namun sejauh mana ketaatannya kepada Allah Azza wa Jalla yang telah menyempurnakan penciptaannya.
Kehidupan penuh rahmat dan berkah dalam dekapan sistem yang amanah.
Wallahu'alam Bisshawab.
Oleh: Yuke Octavianty
Forum Literasi Muslimah Bogor
0 Komentar