Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Tiga Tanda Kebaikan Seorang Hamba


Topswara.com -- Sobat. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada hamba-Nya: 1. Allah akan memahamkannya tentang agama. 2. Allah akan menjadikannya zuhud terhadap kehidupan dunia. 3. Allah akan menjadikannya sadar akan kekurangan diri. Demikian disebutkan dalam kitab Nashoihul Ibad karya Imam an-Nawawi.

Ungkapan tersebut sesuai dengan ajaran agama Islam dan diambil dari kitab Nashoihul Ibad karya Imam Nawawi, salah satu kitab yang terkenal dalam literatur Islam yang membahas tentang nasihat bagi hamba-hamba Allah. Kitab ini memuat berbagai pelajaran tentang akhlak, ibadah, dan nasihat spiritual bagi umat Islam.

Dalam konteks tersebut, jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba-Nya, ada tiga hal yang dapat terjadi menurut penjelasan yang Anda berikan:

1. Allah akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang agama kepada hamba-Nya. Ini berarti hamba-Nya akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang ajaran Islam dan cara menjalankan ibadah dengan benar.

2. Allah akan menjadikan hamba-Nya zuhud terhadap kehidupan dunia. Zuhud merupakan sikap hati yang menjauhkan seseorang dari kecenderungan untuk terlalu terikat pada hal-hal duniawi seperti harta, kedudukan, atau kenikmatan dunia. Seorang yang zuhud cenderung lebih fokus pada hal-hal yang bersifat rohani dan akhirat.

3. Allah akan membuat hamba-Nya sadar akan kekurangan diri. Ini berarti hamba-Nya akan memiliki kesadaran yang lebih besar akan kelemahan dan kekurangan dirinya sendiri, yang akan mendorongnya untuk terus berupaya memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas spiritualnya.

Semua ini merupakan tanda-tanda kemurahan Allah dan kebaikan-Nya terhadap hamba-Nya yang dikehendaki-Nya untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih keberkahan hidup di dunia dan akhirat.
 
Orang yang kehormatannya sempurna adalah orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, menyambung silaturahim, memuliakan saudara-saudaranya, memperindah perilakunya, menjaga agamanya, memperbaiki hartanya, membelanjakan kelebihannya, memperbagus lisannya, dan menetapi rumahnya. Demikian penjelasan Fudhail bin 'Iyadh.

Penjelasan yang diberikan merupakan kutipan dari Fudhail bin 'Iyadh, seorang ulama dan tokoh spiritual Islam yang terkenal dengan kebijaksanaan dan ajaran-ajarannya yang mendalam. Kutipan ini menggarisbawahi beberapa prinsip dan nilai-nilai penting dalam Islam yang berkaitan dengan akhlak dan perilaku sehari-hari.

Mari kita bahas setiap poin yang disebutkan:

1. Berbakti kepada kedua orang tua: Ini adalah ajaran yang sangat penting dalam Islam. Menjaga hubungan baik dengan kedua orang tua, berbakti kepada mereka, dan memenuhi kebutuhan serta permintaan mereka merupakan kewajiban yang tinggi dalam agama Islam.

2. Menyambung silaturahim: Silaturahim adalah menjaga hubungan baik dengan kerabat, tetangga, dan sesama muslim. Hal ini sangat dianjurkan dalam Islam sebagai cara untuk memperkokoh hubungan sosial dan memperluas cinta kasih antara sesama umat manusia.

3. Memuliakan saudara-saudara: Menghormati dan memuliakan saudara-saudara, baik mereka merupakan saudara kandung, saudara seiman, atau saudara sebangsa, adalah salah satu nilai yang ditekankan dalam Islam.

4. Memperindah perilaku: Islam mengajarkan pentingnya memiliki perilaku yang baik dan mulia dalam interaksi dengan orang lain. Ini termasuk sopan santun, kesabaran, kejujuran, dan sikap positif lainnya.

5. Menjaga agama: Menjaga agama dan menjalankan ajaran Islam dengan baik merupakan pondasi yang kuat dalam kehormatan seseorang menurut ajaran Islam.

6. Memperbaiki hartanya: Memperoleh harta dengan cara yang halal dan kemudian mengelola harta tersebut dengan baik, termasuk memberikan zakat dan infaq, adalah prinsip yang penting dalam Islam.

7. Membelanjakan kelebihan: Islam mendorong umatnya untuk memberikan sedekah dan infak dari kelebihan yang dimiliki untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

8. Memperbagus lisannya: Memperhatikan perkataan dan ucapan adalah hal yang penting dalam Islam. Menjaga lisan agar tidak merugikan orang lain dan senantiasa berbicara dengan baik adalah ajaran yang ditekankan.

9. Menetapi rumahnya: Menetap di rumah dengan baik, merawat dan menjaganya agar tetap dalam keadaan yang baik, serta menjadikannya tempat yang nyaman untuk keluarga adalah bagian dari memelihara kehormatan seseorang menurut Islam.

Keseluruhan, kutipan ini memberikan pandangan komprehensif tentang aspek-aspek kehidupan yang harus diperhatikan dan ditekankan dalam Islam untuk menjaga kehormatan dan keberkahan hidup.

Ciri orang-orang yang makrifat kepada Allah adalah: Pertama. Selalu mencitai-Nya dan menepati panggilan Allah. Kedua. Hatinya selalu melihat kebenaran dan selalu bersih. Ketiga. Amalnya selalu murni karena Allah dan banyak beramal saleh. Kata Dzun Nun al-Mishri.

Ungkapan tersebut mengacu pada konsep makrifat kepada Allah, yaitu pengetahuan yang mendalam dan intim tentang Allah yang diperoleh melalui pengalaman spiritual dan ketundukan kepada-Nya. Ini adalah konsep yang penting dalam tasawuf Islam.

Mari kita bahas setiap poin yang disebutkan:

1. Selalu mengingat Allah dan menepati panggilan-Nya: Ini mengacu pada pentingnya zikir (mengingat Allah) dan taat kepada-Nya. Orang yang memiliki makrifat kepada Allah senantiasa mengingat-Nya dalam setiap aktivitas dan selalu siap menaati panggilan-Nya.

2. Melihat kebenaran dan memiliki hati yang bersih: Orang yang memiliki makrifat kepada Allah senantiasa mencari kebenaran dalam segala hal dan memiliki hati yang bersih dari niat yang buruk, iri hati, dan keserakahan. Hati yang bersih merupakan tempat bagi cahaya ilahi.

3. Amal yang murni karena Allah dan banyak beramal sholeh: Orang yang memiliki makrifat kepada Allah melakukan amal perbuatan dengan niat yang murni semata-mata karena Allah, tanpa pamrih atau motif duniaawi. Mereka juga aktif dalam berbagai amal sholeh yang mendekatkan mereka kepada Allah dan memberikan manfaat kepada sesama manusia.

Kata-kata tersebut diatribusikan kepada Dzun Nun al-Mishri, seorang tokoh sufi dan pemikir Islam yang terkenal. Beliau dikenal karena ajarannya yang mendalam tentang cinta dan pengetahuan tentang Allah.

Dengan mempraktikkan ciri-ciri tersebut, seseorang diharapkan dapat mendekatkan diri kepada Allah dan mencapai makrifat yang lebih dalam, yang pada gilirannya akan membawa kebahagiaan spiritual dan keberkahan dalam kehidupan mereka.

Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar