Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (TQS Al Baqarah : 183).
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (TQS Ali Imran : 110).
Alhamdulillah, kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power of Ramadhan hari ke duapuluh lima bulan suci Ramadhan 1445 H. Ramadhan adalah bulan istimewa karena umat Islam menjalankan ibadah yang sama selama sebulan penuh. Ramadhan juga telah menumbuhkan pikiran perasaan yang sama bagi seluruh umat Islam di dunia tentang makna puasa dan makna ketakwaan.
Selain berperan sebagai hamba Allah, seorang muslim juga memiliki peran sebagai khalifah, yakni penjaga dan pengatur manusia, kehidupan dan alam semesta dengan hokum dan syariat Allah. Fungsi kehambaan ini biasanya mencapai level tinggi saat bulan suci Ramadhan tiba dengan cara melaksanakan puasa sebulan penuh. Semestinya juga Ramadhan memberikan kekuatan kasadaran akan fungsi kekhalifahan ini. Allah menegaskan fungsi kekhalifahan ini di QS Al Baqarah : 30.
Jika fungsi kekhalifahan ini tidak dijalankan oleh seorang muslim, maka kehidupan dan alam semesta ini akan dikelola oleh orang-orang kafir atau para kapitalis sekuler yang tentu saja cenderung merusak. Berbagai bentuk kerusakan alam semesta disebabkan oleh tata kelola yang tidak berdasar pada hukum dan syariat Allah.
Akibatnya akan banyak terjadi kerusakan alam akibat ulah tangan manusia atau terjadi bencana alam sebagai bentuk peringatan Allah kepada manusia agar kembali dan bertobat kepada Allah.
Bencana alam yang terjadi diawal tahun 2021 seperti banjir besar, tanah longsor, gunung meletus yang terjadi di sebagian wilayah Indonesia mengingatkan bencana serupa sepanjang tahun 2020. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat bahwa dalam kurun waktu tahun 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam yang terhitung sejak Rabu, (1/1) hingga hari ini, Selasa (28/12).
Menurut Kepala BNPB Doni Monardo berdasarkan data yang dihimpun BNPB, bencana yang terjadi di sepanjang 2020 tersebut didominasi dengan bencana alam hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Berdasarkan rincian data bencana hidrometeorologi, kejadian banjir telah terjadi hingga sebanyak 1.065 kejadian di sepanjang tahun 2020. Kemudian bencana yang disebabkan oleh angin puting beliung telah terjadi sebanyak 873 dan tanah longsor 572 kejadian. Selanjutnya untuk karhutla telah terjadi sebanyak 326, gelombang pasang dan abrasi 36 kejadian dan kekeringan terjadi sebanyak 29 kejadian di Tanah Air.
Sedangkan untuk jenis bencana geologi dan vulkanologi, Doni menyampaikan bahwa kejadian bencana gempa bumi telah terjadi sebanyak 16 kali dan 7 kejadian untuk peristiwa erupsi gunungapi. Dampak korban meninggal mencapai 370 jiwa. Hilang 39 orang, luka-luka 536 orang.
Terjadi bencana alam dan kemanusiaan bisa dibaca berdasarkan dua perspektif fundamental, yakni ekologi dan teologi. Perspektif ekologi berkaitan dengan hukum kausalitas karena adanya campur tangan manusia terhadap alam.
Sementara tinjauan teologis didasarkan oleh pengkabaran ayat suci Al-Qur’an yang berhubungan dengan berbagai musibah yang menimpa manusia. Hukum kausalitas juga telah ditegaskan oleh Al-Qur’an sebagai bentuk peringatan.
Dalam perspektif ekologis, sebagaimana dituturkan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulawesi Selatan, Muhammad Al Amin menyebutkan penyebab banjir di Kota Makassar dan sebagian wilayah Gowa dan Maros, akibat daerah aliran sungai terutama di hulu anak sungai telah rusak oleh degradasi sungai.
Sehingga, warga yang bermukim di wilayah perbatasan daerah itu, katanya, ikut terendam karena air anak sungai meluap tidak mampu menahan debit air yang sangat besar saat hujan deras mengguyur sejak beberapa hari terakhir.
Untuk itu, walhi berharap pemerintah daerah maupun pusat serius memperhatikan kondisi terkini di hulu sungai agar tidak terjadi bencana yang terus berulang-ulang tiap tahun. Tidak hanya itu, pemerintah segera melakukan tindakan cepat untuk memperbaiki agar masyarakat tidak was-was saat musim hujan datang.
Perspektif ekologis ini telah Allah tegaskan dalam Al-Qur'an : Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS Ar Ruum : 41). Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (TQS Asy Syura : 30).
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. dan cukuplah Allah menjadi saksi. (TQS An Nisaa : 79). Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, (TQS An An’am : 6).
Para mufassir memaknai kerusakan atau fasad bermacam-macam arti. Diantaranya, segala sesuatu yang tergategori sebagai keburukan, kekurangan hujan dan sedikitnya tanaman, kelaparan dan banyaknya kemudaratan yang terjadi. Hal ini diakibatkan oleh ulah dan perbuatan manusia yang melanggar hukum dan aturan yang telah Allah tetapkan.
Berbagai pelanggaran dan penyimpangan manusia dari hukum Allah dinamakan kemaksiatan. diantara kemaksiatan terbesar adalah eksploitasi alam yang ugal-ugalan tanpa mengindahkan aturan Allah, meskipun mereka selalu mengatakan demi pembangunan dan demi rakyat serta demi kebaikan. Padahal faktanya mereka sedang melakukan berbagai kerusakan di atas bumi ini.
“Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,” mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (TQS al-Baqarah:11-12).
Dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (TQS Al A’raf : 85).
Kedua dalam sudut pandang teologi, maka adanya berbagai bencana alam seperti gunung meletus, angin puting beliung, hujan deras dan petir, tsunami atau sejenisnya sesungguhnya merupakan pembuktian atas kekuasaan dan kehendak Allah.
Allah memperlihatkan kekuasaanNya dalam rangka memberikan peringatan keras kepada manusia agar kembali kepada jalan Allah dan hanya menyandarkan harapan kepada Allah, taat kepada hukum syariat Allah serta tidak kufur nikmat.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya. (TQS Ar Ruum : 24).
Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. (TQS An Nahl : 112).
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, Maka Sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta". (TQS Thahaa : 124)
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya (TQS An Nisaa : 59). Apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. (TQS Al Hasyr : 7)
Apakah kamu (Muhammad) tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhukum kepada thaghut, Padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu. dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (TQS An Nisaa : 60).
Sebagai seorang mukmin, tentu datangnya berbagai macam musibah bencana alam, dijadikan sebagai ibrah yang berharga untuk semakin yakin dan sadar akan kekuasaan Allah, bersyukur atas segala nikmat dan bersabar atas segala musibah.
Maka tepatlah apa yang di sabdakan Nabi SAW: “Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin bahwa semua urusannya baik, yang demikian itu tidak terjadi pada siapapun, kecuali untuk orang mukmin, jika menimpanya sesuatu yang menggembirakan bersyukurlah ia maka adalah kebaikan baginya, dan jika menimpanya sesuatu yang menyusahkan bersabarlah ia maka adalah kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
Adapun berkaitan dengan masalah dosa dan kemaksiatan yang diperbuat oleh individu maupun negara, yang telah mengakitbatkan datangnya musibah, Islam mengajarkan untuk meninggalkan dan bertaubat. Taubat secara individu, kelompok maupun negara.
Di negari ini dengan santainya tanpa ada rasa takut kepada Allah, banyak orang melanggar ketentuan Allah di tempat umum, seperti membuka aurat, tidak shalat, berpesta pora, aksi kriminal, berbohong, korupsi dan menipu.
Lebih jauh dari itu para penguasa dengan tenangnya membuat hukum sendiri dalam semua lini kehidupan, politik, pendidikan, ekonomi, pemerintahan, tanpa sedikitpun takut kepada Allah.
Penerapan sistem hukum kapitalisme sekuler secara epistemologis dan aksiologis merupakan sumber kerusakan dan datangnya berbagai musibah dan bencana di negeri ini. Apalagi jika negeri ini menerapkan sistem hukum komunisme ateis, maka kehancuran negeri ini akan semakin besar dan meluas.
Kedua ideologi itu merupakan paham yang mengajarkan berbagai bentuk kezaliman kepada sesama, tumbauhnya berbagai kemungkaran dan keingkaran kepada Allah. Karena itu satu-satunya cara untuk melakukan tobat ekologis adalah dengan membuang sistem kapitalisme dan komunisme dengan menerapkan ideologi Islam.
Itulah sebabnya surat Ar Ruum ayat 41 diakhiri dengan kata la’allakum yarji’un yang artinya agar mereka kembali kepada jalan yang benar. Jalan yang benar adalah Islam. Sebab hanya Islamlah jalan hidup yang diridhai Allah, innaddina ’indallahil Islam. Dan Allah melarang kita untuk mencari-cari jalan selain Islam karena jalan selain Islam adalah jalan yang akan menyesatkan manusia.
Jika rakyat dan pemimpin di negeri ini kembali beriman dan bertaqwa kepada Allah, maka Allah berjanji akan menurunkan berbagai keberkahan hidup dari langit dan bumi.
Jikalau Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (TQS Al A’raf : 96).
Semoga Ramadhan tahun ini makin mempertebal kesadaran fungsi kekhalifahan ini, sehingga kehidupan, manusia dan alam semesta dikelola dengan hukum dan syariat Allah sehingga terjaga dan terawat serta terhindar dari berbagai kerusakan dan bencana.
(Jakarta, 03/04/24 M – 25 Ramadhan 1445 H : 22.15 WIB)
Oleh: Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
0 Komentar