Topswara.com -- Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (TQS Al Baqarah : 183).
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (TQS Ali Imran : 110).
Alhamdulillah, kembali kita berjumpa melalui tulisan seri The Power of Ramadhan hari ke duapuluh dua bulan suci Ramadhan 1445 H. Ramadhan adalah bulan dimana orang-orang beriman diuji untuk menjalankan puasa sebulan penuh dan mampu istiqomah sampai garis finish. Tidak mudah menjalankan perintah Allah, sebab akan dihadapkan kepada berbagai ujian dan godaan.
Menjadi seorang mukmin dan istiqamah berarti kita sedang memilih bergabung dalam partai Allah atau hizbullah, sementara jika memilih jalan kekufuran berarti telah memilih untuk bergabung pada partai setan atau hizbus syaithon.
Ramadhan mestinya melahirkan kekuatan untuk makin yakin memilih partai Allah dan menjauhi partai setan. Memilih partai Allah di tengah banyaknya partai setan itu tidaklah mudah, sebab akan mendapatkan berbagai tuduhan keji.
Partai Allah tentu saja bagi umat terbaik, sementara partai setan bagi kaum terburuk. Kata “hizbus syaithan” yang terdapat dalam QS Al Majadilah ayat 19 bisa diterjemahkan kelompok setan, golongan setan, pengikut setan, teman setan, partai setan, dan seterusnya. (Sumber https://islam.nu.or.id/tafsir/partai-setan-dalam-tafsir-al-quran-hSZbj).
Terkait partai setan, Allah berfirman : Setan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan setan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan setan itulah golongan yang merugi (TQS. Al Majadalah : 19).
Karakter partai atau golongan pengikut setan ini punya beberapa karakteristik yang Allah jelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya, yakni dimulai dari ayat 14 hingga ayat 18. Ayat 14 menggambarkan karakter partai atau golongan pengikut setan itu ada dua, yakni berwatak munafik dan dimurkai Allah.
Sifat munafik ini bisa ditemukan dalam Akl Qur’an maupun hadist. Salah satu sifat munafik adalah Menolak hukum Allah dan menghalangi perjuangan Islam. Perhatikan firman Allah QS An Nisa’ : 61-63: Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (TQS An Nisa’ : 61).
Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna" (TQS An Nisa’ : 62).
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka (TQS An Nisa’ : 63).
Sifat munafik berikutnya ditunjukkan dalam hadist berikut : "Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq yang pintar berbicara." (HR At-Tabrani). "Jika berkata selalu berdusta, jika berjanji selalu mengingkari, jika diberikan kepercayaan selalu berkhianat, dan jika memusuhi melampaui batas." (HR. Al-Bukhari).
Sementara terkait dengan orang-orang yang dimurkai Allah sebagai salah satu golongan pengikut setan setidaknya ada empat, yakni pertama, sering sumpah untuk menipu. Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang menyebabkan kaki(mu) tergelincir setelah tegaknya (kukuh), dan kamu akan merasakan keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu akan mendapat azab yang besar.” (TQS. An-Nahl [16]: 94)
Kedua sombong dan suka membanggakan diri. “Sesungguhnya Qarun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.” (TQS. Al-Qasas [28]: 76)
Ketiga pezina atau pelegal zina. “Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama (hukum) Allah, jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian; dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman.” (TQS. An-Nur [24]: 2)
Keempat penguasa Zalim. Hal ini karena penguasa semestinya menjadi pelayan bagi masyarakat, bukan malah sebaliknya. Dalam perjalanan kehidupan umat manusia, sangat banyak penguasa yang maunya dilayani oleh masyarakat bahkan cenderung menyakiti rakyatnya.
Oleh karena itu, manakala ada penguasa dzalim, cepat atau lambat, ia akan tumbang dari kekuasaannya dengan berbagai cara dan sebab. Begitulah memang yang telah tejadi pada Fir’aun yang ditumbangkan oleh anak angkatnya sendiri, yakni Musa a.s. Namrud yang ditumbangkan oleh Ibrahim a.s, Abu Jahal dan Abu Lahab yang ditumbangkan oleh keponakannya sendiri Nabi Muhammad dan penguasa-penguasa yang zalim lainnya.
Manusia yang menjadi golongan pengikut setan atau partai setan selanjutkan dijelaskan Allah dalam QS Al Mujadilah ayat 15 – 18 berikut : Allah telah menyediakan bagi mereka azab yang sangat keras, sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah; karena itu mereka mendapat azab yang menghinakan. Harta benda dan anak-anak mereka tiada berguna sedikitpun (untuk menolong) mereka dari azab Allah. Mereka itulah penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya. (Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan musyrikin) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu; dan mereka menyangka bahwa mereka akan memperoleh suatu (manfaat). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta (TQS Al Mujadilah : 15-18).
Sementara itu golongan pengikut Allah atau partai Allah (hizbullah) ditunjukkan dalam QS Al Mujadilah : 22 berikut : “Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah hizbullah (golongan Allah). Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung” (TQS. Al-Mujadilah:22).
Dari ayat di atas karakteristik partai Allah sebagai berikut : Pertama, beriman pada Allah dan hari akhirat. Kedua, tidak saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Dan ketiga selalu menanamkan keimanan dalam hati mereka.
Menurut para ahli tafsir, Hizbullah adalah cerminan kondisi keimanan generasi Sahabat Nabi SAW yang sangat matang. Beberapa nama tokoh Sahabat Nabi disebut-sebut sebagai kelompok yang ayat ini turun berkenaan dengannya. Mereka adalah Abu ‘Ubaidah (‘Amir bin Abdillah) ibnu Al-Jarrah yang membunuh ayahnya di Perang Badar, Abu Bakar ibnu Abi Quhafah RA memukul ayahnya yang telah mencaci Rasulullah dan bertanding dengan putranya Abdurrahman yang saat itu belum masuk Islam di Perang Badar, Mush’ab bin ‘Umair yang membunuh saudaranya Ubaid bin ‘Umair di Perang Uhud, dan Umar Ibnu Al-Khattab yang membunuh pamannya Al-‘Ash bin Hisyam di Perang Badar (Tafsir Ibnu Katsir).
Dalam QS. Al-Maidah: 56 Allah SWT menerangkan syarat kemenangan Hizbullah adalah ber-wala’ (loyal/komitmen) kepada kaum beriman, turun terkait kebijakan ‘Ubadah bin As-Shamit RA –pemimpin kaum Khazraj- yang berlepas diri dari perjanjian dengan Yahudi dan merelakan otoritas perjanjian hanya kepada Allah, Rasul, dan orang beriman. Dengan demikian, partai Allah adalah golongan orang-orang yang beriman, menentang kekufuran, menegakkan agama Allah (Islam), dan membela kepentingan Islam dan kaum Muslim.
Tentu saja ayat ini berkaitan dengan manusia pada umumnya, baik secara individu maupun kolektif terorganisir. Kedua bisa terkena sebutan golongan ini, apakah mau menjadi golongan Allah atau golongan setan. Dengan melihat berbagai karakteristik yang ada, tentu kita harus mampu menganalisa dan memberikan keputusan mana golongan yang tergolong partai Allah dan mana pula yang tergolong partai setan. Siapa dan berpihak kemana adalah pilihan manusia yang kelak akan dimintai pertanggungjawaban di meja pengadilan Allah di akhirat.
Nah, Ramadhan adalah bulan dimana keimanan dan ketakwaan sedang dalam posisi terbaiknya, sebab hati selalu terkoneksi dengan Allah. Untuk itu dalam hidup ini, seorang mukmin harus mengambil peran perjuangan Islam dengan tegas, berani, tidak ragu dan menolak segala macam rayuan untuk bergabung pada partai setan. Semoga Ramadhan ke 22 ini memberikan kekuatan kepada kita untuk istiqomah memilih jalan Islam dengan teguh menjadi ‘anggota’ partai Allah. Aamiin.
(Jakarta, 01/04/24 M – 22 Ramadhan 1445 H : 22.08 WIB)
Oleh : Dr. Ahmad Sastra
Dosen Filsafat
0 Komentar