Topswara.com -- Lentera indah itu telah tiada, tetapi terangnya terus terasa. Laksana nur nan lembut yang merasuk sukma, tiada sirna oleh masa.
Dialah Nurul Rachmah. Kanker ganas Carcinoma mammae memang telah mengantar muslimah pengemban dakwah ini pergi meninggalkan dunia. Tetapi yang pasti, cahaya kasih Nurul Rachmah tidak pernah redup di sisi Rohandi, pria yang genap satu dasawarsa menjadi teman hidupnya. Kebaikannya dikenang sahabat maupun kerabat. Jejak-jejak dakwahnya tetap menyala karena Islam adalah cahaya.
Ikhlas dan Sabar dalam Cobaan
Delapan bulan terakhir kebersamaan pasangan muda ini menjadi masa-masa yang penuh air mata. Pertengahan Mei 2023 telah mengubah hari-hari keluarga kecil Rohandi. Ia dan putra semata wayangnya harus ikhlas menerima qadha Allah atas Nurul.
Hari itu sosok aktivis muslimah yang senantiasa bersemangat menunaikan amanah-amanah dakwah itu didiagnosis menderita Carcinoma mammae, kanker (ganas) payudara stadium dua pada payudara kiri dan tumor (jinak) di payudara sebelah kanan.
Sejak itu, hari-hari Nurul dan Rohandi banyak dihabiskan di rumah sakit. Satu bulan setelah diagnosis awal, tepatnya 10 Juni 2023 Nurul menjalani operasi pengangkatan benjolan (biopsi) di payudara kiri dan kanan untuk diteliti di Laboratorium Patologi Anatomi (PA). Sebulan berikutnya, pada 15 Juli 2023 ia kembali menjalani operasi, payudara sebelah kirinya diangkat secara menyeluruh (mastektomi).
Namun, mastektomi tidak lantas membuat ujian bagi mereka menipis. Hasil analisis PA menunjukkan ada keterlibatan getah bening sebanyak 2 dari 16. Hasil IHK Her2 juga menunjukkan positif 3 (+++). Dokter Onkologi menerangkan, berdasarkan berbagai hasil laboratorium tersebut, kanker yang diderita Nurul termasuk jenis yang mudah menyebar dan mudah kambuh.
Dokter Spesialis Bedah (Konsultan) Onkologi (Bedah Tumor) pun mengarahkan agar Nurul menjalani kemoterapi sebanyak enam kali dengan jadwal tiga pekan sekali untuk kemoterapi dan satu pekan berikutnya untuk check-up ke Dokter Onkologi. Dengan begitu, praktis satu bulan sekali wanita 33 tahun ini harus menjalani kemoterapi.
Hari-hari setelah kemoterapi, hari-hari yang sulit bagi Nurul. Satu atau dua pekan setelah kemoterapi, wanita yang dikenal tegas itu pasti langsung drop. Rasa mual, sariawan dengan luka yang besar harus ia derita tiap kali usai kemoterapi. Jangankan fasih bicara mengisi forum-forum pengajian seperti sebelumnya, untuk makan pun sulit. Rasa sakit kian berat dengan pusing dan demam tinggi.
Puncaknya, ibu muda kelahiran Kota Bekasi, 20 Oktober 1991 itu harus masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD). Nurul harus disuntik leucogen karena leukositnya rendah. Ia perlu transfusi darah satu atau dua kantong karena Hb-nya kurang dari 10. Semua ikhtiar itu harus dilalui demi bisa menjalani kemoterapi berikutnya.
Serangkaian rasa sakit itu dirasakan Nurul dari kemoterapi pertama hingga kelima. Karenanya, akhir tahun 2023 mestinya menjadi hari yang menggembirakan. Bukan hanya Nurul, Rohandi serta keluarga besar, bahkan tetangga mendamba 4 Desember tiba. Sebab, itu hari terakhir kemoterapi.
Jauh-jauh hari mereka sudah hiruk-pikuk melakukan persiapan untuk kemoterapi keenam itu. Tentu saja dengan harapan besar semua penderitaan Nurul akibat kemoterapi akan berakhir. Semua berharap kesehatan Nurul membaik, sekalipun remisi (sembuh dengan catatan).
Sayangnya, ujian belum hendak beranjak dari mereka. Nurul mesti mengawali tahun 2024 dengan kondisi kesehatan yang menurun. Perut bagian kanan dan di sepanjang punggung sebelah kanannya sakit luar biasa, tidak tertahankan. Akibatnya, pada 13 Januari ia kembali bermalam di rumah sakit. Hasil pemeriksaan menunjukkan sel kanker telah menyabar hingga ke liver (hati).
Suami mana yang tidak ikut tersayat melihat belahan jiwanya menanggung sakit yang teramat sangat. Kerabat, tetangga, serta sahabat-sahabat yang menjenguk bahkan ikut menangis sedih.
Hati Rohandi kian pedih mendapati dirinya tak bisa berbuat lebih. Ikhtiar telah mereka upayakan maksimal. Tidak ada lagi yang bisa dilakukan, selain berserah dan berdoa tiada henti. “Ya Allah, sembuhkanlah Umi. Ampunilah segala dosa kami dan dosa Umi," pinta Rohandi dalam linangan air mata.
Kondisi Nurul terus memburuk. Kesadarannya mulai menurun. Mestinya 25 Januari 2024 adalah jadwal ia kemoterapi dengan obat Trastuzumab (teraphy target). Namun, apa daya, kondisi Nurul tidak memungkinkan. Satu-satunya kekuatan yang tersisa adalah kesabaran dan berserah kepada-Nya.
”Berdasarkan berbagai informasi yang saya dapat, 'semestinya' kanker yang diderita istri saya efektif dapat diobati dengan obat Trastuzumab (terapy target). Namun ada Permenkes yang mengatur penggunaan Trastuzumab, bahwa bisa dapat Trastuzumab jika sudah menyebar ke organ yang jauh. Kalau tidak ada atau belum ada penyebaran sel kanker, berarti tidak dapat Trastuzumab atau dokternya tidak berani meresepkan obat tersebut karena ada aturan mainnya, tepatnya Permenkes No 22 Tahun 2018 Tentang Petunjuk Teknis Restriksi Penggunaan Obat Trastuzumab Untuk Kanker Payudara Metastasik Pada Layanan Jaminan Kesehatan Nasional," ujar Rohandi kepada Topswara.com (25/3/2024).
Serangkaian pemeriksaan intensif pun terus diupayakan para tenaga kesehatan. Dilakukan pemeriksaan bagian kepala dengan CT scan pada 27 Januari. Akan tetapi, hasilnya membuat Rohandi makin sedih.
Sel kanker ganas itu sudah menyebar ke hampir seluruh bagian otak dalam jumlah yang banyak dengan berbagai ukuran. Akibatnya, Sarjana Ekonomi lulusan STEI Hamfara, Yogyakarta tahun 2009 dengan IPK tertinggi 3,82 itu kesadarannya terus menurun. Ia lebih banyak tertidur.
Karena terus memburuk, keesokan harinya Nurul harus masuk ICU, tanpa seorang pun keluarga boleh menemani, kecuali dipanggil jika memang diperlukan atau kondisinya memburuk.
Di luar ruangan, Rohandi dan keluarga praktis hanya bisa melantunkan doa-doa, memohon kepada Allah SWT Swt., Dzat Yang Maha Penyembuh, Penggenggam jiwa makhluk-Nya. Hingga ia harus menerima kenyataan, kondisi Nurul terus memburuk.
“Laa Ilaha Illallah, Muhammadur Rasulullah ...“ Kalimat talqin nan mulia ini mengiringi kepergian Nurul Rachmah menghadap Sang Maha Penyayang, 30 Januari 2024 pukul 13:20 WIB, tepat 10 tahun 4 hari usia pernikahannya.
"Innaa lillaahi wa innaa ilahi raaji’uun. Yaa Allah, kami rida. Kami sabar dan ikhlas atas kepergiannya. Telah Engkau panggill istriku, umi dari anakku di saat dia sudah Engkau hapus dosa-dosanya dalam keadaan sakit selama delapan bulan.
اللهم اغفرلها وارحمها وعافها واعف عنها
Yaa Allah, ampunilah dia, sayangilah dia, maafkanlah dia dan ampunilah dosa-dosanya," ucap Rohandi.
Tetap Terang
Ikhtiar telah maksimal mereka lakukan. Rida terhadap qadha yang Allah tetapkan adalah kewajiban. Konsekuensi keimanan ini telah terpatri dalam diri Rohandi dan Nurul, mengingat keduanya aktivis pengemban dakwah Islam, bahkan semenjak keduanya masih lajang.
Di balik rasa kesedihan, tersisa keyakinan cahaya kasih yang ditinggalkan Nurul Rachmah tak lekang dirasakan orang-orang yang pernah berinteraksi dengannya. Amal shalih dan dakwahnya tidak akan sirna pengaruh baiknya, meski ia tidak lagi di dunia.
Kebaikannya dikenang. Orang-orang yang berinteraksi memberi kesaksian akan ketakwaan dan kesungguhannya dalam berjuang menegakkan Islam. "Keterikatan terhadap hukum syarak sangat dijunjung tinggi olehnya," ungkap Al-Faqirah Ummu Azkia Fachrina.
"Saya bersaksi, Mbak Nurul adalah pejuang syariah wal khilafah yang mukhlish al-khalis, pejuang muslimah yang sangat mencintai Islam kafah untuk terwujud kembali di bumi-Nya. Insyaa Allah, beliau husnul khatimah. Saya Al-Faqirah Ummu Azkia Fachrina bersaksi atas semuanya. Saya sangat menyanyanginya karena Allah," imbuhnya.
"Pribadinya yang santun, ramah dan semangat dalam memperjuangkan khilafah. Sosoknya yang sopan dan tutur katanya yang lembut membuat siapa saja yang berbicara dengannya pasti akan merasa nyaman. Dialah salah-satu sosok ibu muda yang mempersembahkan usia mudanya untuk memperjuangkan Islam hingga akhir hayatnya," ungkap rekannya yang lain saat di Yogyakarta.
Sahabat lainnya di Bekasi juga mengungkapkan kesaksian. "Keistiqamahan dalam pemahaman terkait dengan hukum syarak membuat langkah pilihan hidupnya menjadi luar biasa. Suasana ini yang membuat saya begitu akrab dengan beliau. Sekalipun Allah memberikan ujian yang sangat luar biasa kepada beliau, sakit yang harus dijalaninya hingga akhir hayatnya, tetapi beliau tetap memberikan tenaga dan pemikirannya untuk dakwah. Semoga Allah SWT. menjadikan akhir hayatnya husnul khatimah dan memberikan kemudahan jalannya ke jannah-Mu Yaa Allah. Aamiin," ujar Ustazah Kartini Rosmala.
Sejak muda Nurul memang sudah dikenal sebagai aktivis dakwah. Semangat untuk menyampaikan ajaran Islam begitu mendarah daging dalam dirinya. Penyakit yang diderita tak menyebabkannya berhenti dari dakwah. Ia terus menyebarkan Islam lewat dunia tulis-menulis. Tulisannya dimuat di berbagai media elektronik.
“Semenjak kenal di bangku SMK, Nurul Rachmah adalah sosok yang semangat dan kritis untuk berada dalam kajian keislaman, terutama di kegiatan Rohis pada waktu itu. Dari ketertarikannya untuk mengkaji Islam itulah yang membawanya hingga kini menjadi pejuang khilafah," ungkap Khairun Nisa (Ummu Ishmah).
Akun sosial medianya turut mengabadikan jejak dakwah digitalnya. Kritiknya atas kebobrokan sistem kapitalisme akibat mengabaikan hukum Allah menjadi status terakhir Nurul di Facebook pada 14 Januari 2024.
"Hidup di sistem kapitalisme harus kuat iman, kuat mental. Karna semuanya serba susah. Yang sehat jadi sakit, yang sakit makin sakit. Menggantungkan harapan hanya kepada Allah. Semoga khilafah segera tegak dan umat bisa hidup dalam kesejahteraan. Agar yang sakit jadi sehat, yang sehat terus tetap sehat," tutup Nurul.[] Saptaningtyas
0 Komentar