Topswara.com -- Harem. Ini bukan kamar-kamar gundik seperti film-film Hollywood yang memvisualkan penguasa-penguasa Islam hanya dari sudut pandang rendahan: jinsi (seksual). Ini nama sebuah bukit di Syam, saksi kekalahan pasukan Salib.
Abu Syaamah menukil dari Ibnu Katsir, dalam Ar-Raudhatain (1/417): "Pada tahun 551 H, Nuruddin Mahmud mengepung benteng Harem, yaitu benteng di sebelah barat Halap atau Aleppo, dekat Anthakia. Pengepungan yang mempersempit ruang gerak penduduknya.
Ini adalah benteng terkuat dan terkokoh bagi kaum muslimin. Lalu bangsa Eropa yang dekat maupun yang jauh, berkumpul dan bergerak ke Benteng Harem untuk melindunginya. Kemudian mereka mengirim surat kepada Nuruddin untuk menawarkan perjanjian damai, dengan ketentuan mereka akan memberikan beberapa bagian Kota Harem.
Namun Nuruddin enggan memenuhi tawaran ini, kecuali membagi wilayah menjadi dua bagian. Bangsa Eropa menyanggupi syarat ini. Maka Nuruddin menjalin perjanjian damai dengan mereka, lalu kembali ke istana. Akan tetapi, kedua mata Nuruddin tidak pernah lepas mengamati benteng Harem.
Pada tahun 559 H, selagi berperang melawan pasukan Salib, Nuruddin kembali ke Harem dan mengumpulkan pasukan. Ia bergerak ke Harem, berkemah di sana dan mengepungnya.
Bangsa Eropa bersiap-siap dan datang. Bangsa Eropa menggantungkan harapan kepada Pernes Pemand, penguasaan Anthakia. Juga Alcones, penguasa Tripoli dan Georglin Junior, salah seorang pahlawan Eropa termasyur. Serta Duck, pemimpin Romawi.
Mereka menghimpun pasukan yang tidak tercakup oleh hitungan. Maka Nuruddin menguatkan pasukannya dan membagi hadiah-hadiah berharga kepada para tentara pemberani. Begitu pasukan Eropa semakin dekat, Nuruddin menghentikan pengepungan Harem untuk sementara waktu, dan menarik pasukan sebagai taktik perang. Hingga, pasukan Eropa masuk ke dalam Harem.
Kemudian Nuruddin menemui mereka, sehingga dua pasukan saling berhadapan. Para tentara telah berbaris untuk bertempur. Maka tidak bisa dihindari, meletuslah tragedi yang sangat menyakitkan bagi pasukan Eropa.
Pasukan Islam mengobrak-abrik mereka seperti Rajawali yang menyergap burung burung kecil. Pasukan Muslim memecah belah kesatuan mereka dan menjadikan mereka kocar-kacir. Korban tewas mencapai lebih dari 10.000 tentara sedangkan tawanan mencapai 30.000. Setelah kemenangan ini, Nuruddin menguasai Harem, tepat 21 Ramadan 559H.
Ibnu Syaamah berkata, "Sampai berita kepadaku bahwa Nuruddin Rahimahullah, ketika dua pasukan bertemu, menyendiri di bawah bukit harus, bersujud kepada Rabbnya Allah azzawajalla. Membenamkan wajahnya dan menunjuk diri. Ia berdoa: "Wahai Tuhanku, mereka adalah hamba-hamba dan mereka juga wali-wali. Mereka hamba-hambamu dan mereka musuh-musuh-Mu. Maka tolonglah wali-wali-Mu atas musuh-musuhmu. Siapakah Mahmud (dirinya sendiri) sehingga berhak mendapatkan pertolongan."
Sedangkan Ibnu Katsir berkata, sampai berita kepadaku bahwa Nuruddin berdoa, "Ya, Allah! Tolonglah agamamu dan jangan tolong Mahmud. Siapakah Mahmud si anj*ng, sehingga berhak ditolong." Begitu beliau menghinakan dirinya di hadapan Allah untuk menunjukkan bahwa yang pantas ditolong adalah agama Allah semata.
Peristiwa berdarah ini dianggap noda yang tidak diharapkan dalam sejarah Islam. Tetapi semua yang terjadi adalah kehendak Allah SWT. Kekalahan Pasukan Salib tentu adalah pertolongan Allah SWT bagi kaum Muslimin.
Di sadur dari buku Berjudul Peristiwa-peristiwa Penting di Bulan Ramadan karya DR Abdurrahman Al-Baghdady.
Oleh: Kholda Najiyah
Founder Salehah Institute
0 Komentar