Topswara.com -- Mengharapkan pahala di akhirat adalah konsep yang penting dalam Islam. Dalam Islam, orang percaya bahwa melakukan perbuatan baik dan mematuhi ajaran Allah akan mendatangkan pahala di akhirat, yaitu di hari kiamat. Pahala ini dianggap sebagai pembalasan atas kebaikan yang dilakukan selama hidup di dunia.
Konsep mengharapkan pahala di akhirat mendorong umat Islam untuk berbuat baik, berlaku adil, dan menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama. Keyakinan akan adanya pahala di akhirat menjadi motivasi bagi umat Islam untuk bertindak sesuai dengan nilai-nilai agama dan menjalani kehidupan yang bermakna serta bertanggung jawab.
Selain Islam, konsep pahala di akhirat juga terdapat dalam agama-agama lainnya, meskipun dengan perbedaan dalam interpretasi dan praktiknya. Dalam agama-agama lain, pahala di akhirat sering dikaitkan dengan konsep surga atau tempat bahagia lainnya sebagai hadiah bagi mereka yang hidup dengan kebaikan dan kebenaran.
Hakikat Kekayaan Amal Sejati dalam Islam
Dalam Islam, kekayaan amal sejati memiliki makna yang sangat dalam dan penting dalam kehidupan seorang Muslim. Kekayaan amal sejati tidak hanya terkait dengan harta benda atau kekayaan material, tetapi lebih kepada akumulasi kebaikan dan amal shaleh yang dilakukan selama hidup.
Berikut adalah beberapa aspek penting dari kekayaan amal sejati dalam Islam:
1. Amal Baik: Kekayaan amal sejati terdiri dari amal baik yang dilakukan dengan ikhlas dan tulus, tanpa pamrih atau motif yang tidak benar. Amal baik ini mencakup segala bentuk kebaikan seperti sedekah, membantu sesama, berbuat adil, dan mematuhi ajaran Allah SWT.
2. Ikhlas: Kekayaan amal sejati hanya dapat diperoleh jika amal-amal tersebut dilakukan dengan ikhlas, yaitu semata-mata karena mencari ridha Allah SWT dan tanpa mengharapkan pujian atau imbalan dari manusia. Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya."
3. Konsistensi: Kekayaan amal sejati juga melibatkan konsistensi dalam melakukan amal baik. Bukan hanya sekali atau dua kali, tetapi sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari yang terus menerus.
4. Kebajikan Luar dan Dalam: Kekayaan amal sejati tidak hanya terlihat dari amal-amal lahiriah, tetapi juga dari kebajikan batiniah. Ini mencakup pembentukan akhlak yang baik, kesabaran dalam menghadapi cobaan, keteguhan iman, dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
5. Berpeluang di Akhirat: Kekayaan amal sejati adalah aset yang akan membantu seseorang di akhirat. Dalam Al-Quran, Allah SWT berjanji memberikan balasan yang besar bagi mereka yang beramal shaleh: "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya." (Q.S. Al-Kahfi: 107)
Dengan demikian, kekayaan amal sejati dalam Islam adalah kekayaan yang terdiri dari akumulasi amal baik yang dilakukan dengan ikhlas, konsisten, dan berorientasi kepada ridha Allah SWT. Kekayaan ini adalah investasi terbaik bagi kehidupan di dunia dan akhirat.
Bahwa kita beramal di dunia bukan untuk mengharapkan imbalan di dunia saja karena ada yang lebih mulia dari sekedar balasan dunia. Jadi amal sholeh itu balasannya pahala dunia dan di akherat. Allah SWT berfirman TQS. An-Nisa' (4): 134.
Benar, ayat tersebut dari Surah An-Nisa' (4:134) memang menegaskan bahwa kita sebagai manusia tidak hanya beramal untuk mendapatkan imbalan di dunia semata, tetapi juga untuk memperoleh pahala di akhirat yang lebih besar.
مَّن كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا فَعِندَ ٱللَّهِ ثَوَابُ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۚ وَكَانَ ٱللَّهُ سَمِيعَۢا بَصِيرٗا
“Barang siapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’ (4): 134)
Sobat. Ayat ini memberi peringatan kepada orang yang melupakan tujuan hidup yang sebenarnya, agar menyadari bahwa tujuan hidup mencari kebahagian dunia saja adalah tujuan yang tidak benar dan hasil yang akan diperolehnya adalah rendah sekali, karena hidup di dunia tidak akan kekal. Orang serupa ini adalah orang munafik yang apabila berjumpa dengan orang yang beriman, ia berpura-pura mengaku beriman, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Pahala yang diterima dari Allah adalah lebih tinggi, karena meliputi pahala dunia dan pahala akhirat. Karena itu seharusnyalah Muslimin berjuang untuk mencapai kedua pahala itu secara seimbang, tidak hanya tertarik pada kepentingan dunia saja, yang sifatnya sementara. Berusaha untuk memperoleh pahala dunia dan pahala akhirat, sebenarnya adalah tujuan yang mudah dilakukan, bukan tujuan yang berada diluar kesanggupan manusia; dan tujuan ini tergambar dalam firman Allah yang merjadi doa orang yang beriman. "... Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka." (al-Baqarah/2:201).
Agama Islam menuntun pemeluk-pemeluknya untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, kedua-duanya merupakan limpahan rahmat dan karunia Allah yang harus dicapai. Allah Maha Mendengar akan bisikan hati hamba-hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala urusan mereka. Oleh sebab itu seharusnyalah kaum Muslimin berusaha mendekatkan diri kepada Allah, baik dengan lisan atau dengan perbuatan. Dengan demikian mereka akan mempunyai jiwa yang bersih dan dapat membatasi diri dalam setiap usahanya dan perjuangannya agar mencapai keridaan Allah dan hidup berbahagia dunia dan akhirat.
Ayat ini mengajarkan bahwa Allah SWT akan memberikan pahala kepada mereka yang beriman dan melakukan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan. Pahala tersebut tidak hanya berupa kehidupan yang baik di dunia, tetapi juga pahala yang lebih besar di akhirat. Ini menunjukkan bahwa balasan dari amal sholeh tidak terbatas pada dunia semata, tetapi juga akan diberikan di akhirat dengan pahala yang lebih besar dan kehidupan yang kekal.
Dengan demikian, ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama dari beramal adalah mendapatkan keridhaan Allah SWT dan memperoleh pahala di akhirat yang lebih mulia daripada sekedar imbalan di dunia.
Bila kita hanya berharap pahala di dunia saja, maka pahala itu bersifat sementara. Sebaliknya jika kita mengharapkan pahala di akherat, maka pahala itu kekal selamanya.
Benar, pandangan tersebut sesuai dengan ajaran Islam. Menurut keyakinan Islam, pahala yang diperoleh di dunia bersifat sementara dan terbatas, sedangkan pahala di akhirat bersifat kekal dan abadi. Ini karena dunia hanya merupakan tempat sementara bagi manusia, sedangkan akhirat adalah tempat kehidupan yang kekal setelah kematian.
Mengharapkan pahala di dunia saja seringkali akan membawa manfaat yang sementara dan terbatas, karena kehidupan di dunia ini adalah tempat ujian dan persiapan untuk kehidupan di akhirat.
Sementara itu, jika seseorang berusaha untuk memperoleh pahala di akhirat, maka pahala tersebut akan bersifat kekal dan abadi. Itulah sebabnya mengapa ajaran Islam menekankan pentingnya fokus pada akhirat dan melakukan amal baik dengan tujuan untuk memperoleh keridhaan Allah SWT serta memperoleh kebahagiaan yang kekal di surga.
Dengan demikian, bagi umat Islam, lebih baik mengharapkan pahala di akhirat karena kekalnya pahala tersebut, sementara pahala di dunia hanya merupakan bonus tambahan yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya yang taat dan beriman.
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar