Topswara.com -- Sobat. Ibnu Taimiyah, seorang ulama dan filosof Islam terkenal dari abad ke-13, memiliki pemahaman yang dalam tentang hati manusia menurut perspektif Islam. Menurutnya, hati manusia adalah pusat kesadaran dan tempat di mana iman, akal, dan perasaan berada. Ibnu Taimiyah membagi hati menjadi beberapa jenis berdasarkan kondisinya:
1. Qalbun Salim (Hati yang Suci): Hati yang bersih dari penyakit-penyakit spiritual seperti kecemburuan, hasad dengki, dan kedengkian. Hati semacam ini penuh dengan kecintaan kepada Allah SWT dan ketakwaan.
2. Qalbun Mayyit (Hati yang Mati): Hati yang tertutup dari cahaya iman dan kebaikan. Orang yang memiliki hati semacam ini cenderung terjerumus dalam dosa dan jauh dari kebenaran.
3. Qalbun Marid (Hati yang Sakit): Hati yang terkena penyakit-penyakit spiritual seperti keraguan, kebingungan, atau kebingungan tentang kebenaran agama. Orang yang memiliki hati semacam ini memerlukan obat-obatan spiritual seperti ilmu, zikir, dan taubat untuk menyembuhkan hatinya.
4. Qalbun Munib (Hati yang Kembali): Hati yang selalu kembali kepada Allah SWT dalam taubat dan penyesalan atas dosa-dosanya. Orang yang memiliki hati semacam ini selalu merasa penyesalan dan berusaha memperbaiki diri.
Menurut Ibnu Taimiyah, penting bagi setiap Muslim untuk memperhatikan keadaan hatinya dan memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT agar dapat mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati dalam hidupnya.
Bagaimana agar Hati Kita Sehat?
Untuk menjaga kesehatan hati, baik secara fisik maupun spiritual, ada beberapa langkah yang bisa diambil:
1. Taat kepada Allah SWT: Menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama Islam dan memperdalam hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah, dzikir, dan taqwa.
2. Menghindari Dosa: Berusaha menjauhi perbuatan dosa dan memperbaiki diri secara terus-menerus. Taubat dan memperbaiki diri adalah kunci untuk membersihkan hati dari dosa-dosa.
3. Membaca Al-Qur'an: Membaca, memahami, dan merenungkan ayat-ayat Al-Qur'an dapat membersihkan hati dan menguatkan iman.
4. Zikir dan Doa: Mengingat Allah SWT secara teratur melalui dzikir dan berdoa dapat menenangkan hati serta memperkuat ikatan spiritual dengan-Nya.
5. Menjaga Hubungan dengan Sesama: Memperhatikan dan membantu sesama manusia, menjaga hubungan yang baik dengan orang lain, serta menghindari sikap iri hati dan dengki.
6. Mengendalikan Nafsu: Mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi hal-hal yang dapat merusak hati, seperti keinginan berlebihan terhadap harta, kedudukan, atau syahwat duniawi lainnya.
7. Mengembangkan Ilmu dan Akhlak: Meningkatkan pengetahuan agama dan moralitas serta berusaha untuk mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Berpegang pada Sunnah Nabi: Meneladani akhlak dan perilaku Nabi Muhammad SAW dalam berbagai aspek kehidupan.
9. Berkumpul dengan Orang Saleh: Memiliki lingkungan yang baik dan berkumpul dengan orang-orang yang beriman dan bermanfaat untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
10. Mengendalikan Pikiran: Memantau dan mengarahkan pikiran agar tidak terjerumus dalam pemikiran negatif atau godaan syaitan.
Dengan menjalankan langkah-langkah ini secara konsisten dan ikhlas, seseorang dapat menjaga kesehatan hatinya dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Apa Saja yang Menyababkan Hati yang Mati (Qalbun Mayyit)?
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan hati seseorang menjadi mati atau keras secara spiritual dalam pandangan Islam:
1. Dosa dan Maksiat: Terus menerus melakukan dosa dan maksiat tanpa penyesalan atau taubat dapat membuat hati menjadi mati secara bertahap. Dosa-dosa ini memisahkan seseorang dari rahmat Allah SWT dan membatasi kepekaan hati terhadap kebenaran.
2. Ketidaktundukan kepada Allah SWT: Ketika seseorang mengabaikan perintah Allah SWT dan tidak mentaati ajaran agama-Nya, hati menjadi tertutup dari cahaya kebenaran. Ketidaktaatan ini menyebabkan hati semakin menjauh dari sumber kehidupan spiritual.
3. Cinta Dunia yang Berlebihan: Memiliki obsesi terhadap dunia dan keinginan duniawi yang berlebihan dapat menyebabkan hati terpaku pada hal-hal materi dan duniawi. Hal ini membuat hati terasing dari kebutuhan spiritual dan kebenaran agama.
4. Kesombongan dan Kebanggaan Diri: Kesombongan, kebanggaan diri, dan merasa lebih baik dari orang lain dapat membuat hati menjadi keras dan tidak menerima nasehat atau petunjuk yang baik.
5. Kehidupan yang Penuh Dengan Dzikir dan Taqwa: Hidup tanpa mengingat Allah SWT, tanpa berdzikir, dan tanpa ketakwaan dapat membuat hati semakin jauh dari keberkahan dan cahaya iman.
6. Berpaling dari Sunnah Nabi: Menjauh dari praktik-praktik yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dan mengikuti jalan yang bertentangan dengan ajaran Islam dapat menyebabkan hati menjadi mati secara spiritual.
7. Pengaruh Buruk Lingkungan: Lingkungan yang negatif, di mana nilai-nilai agama diabaikan dan dosa-dosa dianggap remeh, dapat mempengaruhi hati seseorang untuk menjadi keras dan mati secara spiritual.
Menghindari hal-hal tersebut dan berupaya menjaga kesehatan spiritual dengan beribadah, taqwa, dzikir, dan memperbaiki akhlak adalah cara untuk mencegah hati menjadi mati atau keras. Taubat dan perbaikan diri juga penting untuk menghidupkan kembali hati yang telah mati secara spiritual.
Apa Saja yang Menyebabkan Hati yang Sakit (Qalbun Marid)?
Hati yang sakit atau dalam istilah Islam disebut sebagai "Qalbun Marid" dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik dari dalam diri individu maupun dari lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hati menjadi sakit (Qalbun Marid) antara lain:
1. Keraguan (Syak): Ketidakpastian atau keraguan terhadap ajaran agama dan kebenaran iman dapat menyebabkan hati menjadi gelisah dan terganggu.
2. Dosa yang Berulang: Melakukan dosa secara berulang tanpa penyesalan atau taubat dapat menyebabkan hati menjadi terganggu dan merasa tertekan.
3. Kedengkian dan Hasad Dendam: Rasa iri hati dan hasad dendam terhadap kesuksesan atau kebahagiaan orang lain dapat merusak hati dan menyebabkan ketidakpuasan batin.
4. Kehilangan Cinta dan Kasih Sayang: Pengalaman kehilangan orang yang dicintai atau kurangnya kasih sayang dalam hubungan interpersonal dapat menyebabkan hati menjadi terluka dan sakit.
5. Pengalaman Trauma: Pengalaman-pengalaman traumatis seperti kekerasan, pelecehan, atau kehilangan yang mendalam secara emosional dapat membuat hati menjadi terluka dan terganggu.
6. Kebingungan dan Kehilangan Arah: Merasa kebingungan atau kehilangan arah dalam hidup, baik secara spiritual maupun dunia, dapat menyebabkan hati menjadi gelisah dan bingung.
7. Kesedihan dan Kesusahan: Mengalami kesedihan yang mendalam atau kesulitan hidup yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kondisi mental dan emosional seseorang, sehingga hati menjadi terganggu.
8. Penyalahgunaan Diri: Penyalahgunaan zat-zat terlarang seperti alkohol atau obat-obatan terlarang dapat merusak kesehatan mental dan emosional seseorang, yang juga berdampak pada kondisi hati.
9. Pengaruh Buruk Lingkungan: Lingkungan yang toksik atau negatif, di mana nilai-nilai agama diabaikan dan prilaku buruk diperbolehkan, dapat mempengaruhi kondisi hati seseorang dan menyebabkan sakit hati.
10. Kehilangan Harapan: Merasa kehilangan harapan atau tujuan hidup yang jelas dapat menyebabkan hati menjadi terpuruk dan sakit.
Mengatasi hati yang sakit membutuhkan perawatan dan pemulihan yang komprehensif, baik secara spiritual, emosional, maupun psikologis. Bantuan dari ahli agama, konselor, atau psikolog bisa membantu dalam proses penyembuhan dan pemulihan hati yang sakit.
Bagaimana agar Menjadi Hati yang Kembali (Qalbun Munib)?
Untuk menjadi hati yang kembali (Qalbun Munib), seseorang perlu melakukan beberapa langkah untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah SWT dan membersihkan hatinya dari dosa dan kesalahan. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Taubat: Melakukan taubat yang tulus dan ikhlas kepada Allah SWT atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Taubat harus disertai dengan penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa tersebut, niat untuk tidak mengulangi dosa, dan tekad untuk memperbaiki diri.
2. Bertobat dengan Sungguh-Sungguh: Taubat yang tulus dan sungguh-sungguh akan membawa seseorang kembali kepada Allah SWT dengan hati yang bersih dan terbuka untuk menerima rahmat-Nya.
3. Memperdalam Iman: Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan memperdalam pengetahuan agama, memahami Al-Qur'an dan hadis, serta mengikuti ajaran Islam dengan lebih konsisten.
4. Melakukan Amal Saleh: Meningkatkan amal ibadah dan amal saleh seperti shalat, sedekah, berpuasa, dan berbuat kebajikan kepada sesama. Amal saleh ini akan membantu membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
5. Bertaubat Setiap Saat: Memiliki kesadaran untuk selalu bertaubat dan memperbaiki diri setiap kali melakukan kesalahan atau dosa. Tidak menunda-nunda untuk bertaubat dan selalu merasa bersyukur atas rahmat dan pengampunan Allah SWT.
6. Meningkatkan Zikir dan Doa: Melakukan dzikir dan berdoa secara teratur untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon petunjuk serta kekuatan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
7. Menghindari Lingkungan Negatif: Menghindari lingkungan yang dapat mempengaruhi seseorang untuk kembali kepada perbuatan dosa atau kesalahan yang sama. Memilih lingkungan yang positif dan berdampak baik bagi pertumbuhan spiritual.
8. Menerima Nasihat: Bersedia menerima nasehat dan kritik yang membangun dari orang-orang yang peduli terhadap kebaikan dan keselamatan spiritual seseorang.
9. Mempertajam Kesadaran Spiritual: Memperhatikan dan merawat kesadaran spiritual secara terus-menerus, agar seseorang selalu ingat kepada Allah SWT dalam setiap langkah hidupnya.
Dengan mengambil langkah-langkah ini dan berusaha dengan sungguh-sungguh, seseorang dapat menjadi hati yang kembali (Qalbun Munib), yang senantiasa berada dalam kerinduan kepada Allah SWT dan siap untuk mendapatkan ampunan serta hidayah-Nya.[]
Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku Gizi Spiritual. Dosen Psikologi Pendidikan Pascasarjana UIT Lirboyo
0 Komentar