Topswara.com -- Bukan rahasia lagi pinjol adalah solusi masalah keuangan yang diambil masyarakat. Apalagi menjelang Ramadhan, IdulFitri dan setelah IdulFitri. Tentu membutuhkan biaya untuk kebutuhan hidup yang berlipat dari bulan-bulan sebelumnya.
Pada faktanya gagal bayar tepat waktu pinjol sejak bulan Februari mengalami lonjakan yang cukup tajam menjelang ramadhan bahkan dilansir dari katadata (2/4 2024) industri fintech lending atau pinjol telah mengalamil kerugian senilai Rp 135,61 miliar pada Januari 2024 dari laba Rp 4,43 triliun sepanjang 2023. Kredit macet berdasarkan tingkat wanprestasi (TWP) >90 hari.
Artinya, gagal bayar utang pinjaman lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh tempo. Diperkirakan adanya kredit macet ini didominasi oleh kelompok usia 19-34 tahun.
Adanya gaya hidup flexing dan konsumtif ditengah masyarakat seolah menuntut siapa pun agar bisa mengikuti pencapaian trend tersebut. Karena realitanya kita hidup berdasarkan orientasi materi yang diukur berdasarkan capaian materi baik kedudukan, prestasi, pendapatan, jabatan, investasi dst.
Apalagi di momen menjelang, saat, dan setelah IdulFitri. Momen silaturahmi yang awalnya untuk mempererat ukhuwah belakangan ini mulai berubah dari wajah aslinya dengan ajang adu outfit, pencapaian dari segi prestasi, karir maupun pendapatan serta kedudukan.
Dengan demikian masyarakat berlomba untuk memenuhinya dengan berbagai cara salah satunya melakukan pinjaman online. Selain prosesnya cepat dan mudah namun ternyata pinjol bukanlah solusi resiko yang mengerikan diantaranya yaitu bunga tinggi, biaya administrasi besar, teror, intimidasi, penyalahgunaan gunakan data pribadi dan lain-lain
Adanya kerugian ini dipicu adanya faktor mulai dari masyarakat yang kurang adanya edukasi mengenai pembayaran bunga, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan bahkan terdesak tidak punya jalan keluar pasalnya kerugian yang ditimbulkan tidak main-main.
Dari beberapa kasus yang telah terjadi kebanyakan bukan hanya tak bisa bayar pinjaman awal dan bunga, denda keterlambatan bayar, penyitaan barang, penagihan oleh debt collector, bahkan bisa sampai kehilangan pekerjaan dan teman pada efek berkepanjangan nya.
Di sisi lain, adanya fenomena gagal bayar pinjaman online yang ramai terjadi akan menambah masalah bagi para nasabah. Ini merupakan bukti bahwa nyatalah pinjol bukan solusi.
Pilihan ini adalah pilihan berbahaya karena adanya riba didalamnya. Mari kita renungkan dalam firman Allah SWT dalam Qs. Al Baqarah: 275
ÙˆَاَØَÙ„َّ اللّٰÙ‡ُ الۡبَÙŠۡعَ ÙˆَØَرَّÙ…َ الرِّبٰوا
"Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
Dari HR. Thabrani telah disebutkan dosa riba terdiri dari 72 pintu. Dosa riba yang paling ringan adalah bagaikan seorang laki-laki yang menzinai ibu kandungnya.
Dari sini telah jelas bahwa Allah telah tegas mengharamkan riba. Adanya pinjol ini merupakan bukti dari lepas tangannya negara yang menganut sistem kapitalisme dalam mengatur kesejahteraan para rakyatnya.
Islam menetapkan negara dalam menjamin kebutuhan rakyat dengan akses sumber ekonomi yang halal, pengaturan SDA yang dikelola negara dan diperuntukkan untuk rakyat, sehingga kebutuhan dasar seperti listrik, hasil minyak bumi, kesehatan, pendidikan akan diberikan dengan gratis ataupun murah.
Adanya akses mudah lapangan pekerjan bagi para kepala keluarga juga akan diberikan, gaji yang layak, hingga pinjaman halal negara dan santunan negara ketika kebutuhan meningkat ataupun rakyat kekurangan modal juga akan diberikan.
Tidak tergantung hanya pada momentum-momentum tertentu melainkan dalam setiap keseharian untuk keberlangsungan kesejahteraan kehidupan rakyat diberbagai lapisan. Hingga rakyat mendapat kesejahteraan yang merata.
Hal ini akan terwujud jika negara mengatur dan menjaga masyarakatnya dengan ikatan syariat islam secara menyeluruh dalam setiap lini kehidupan. Sehingga rakyat tidak akan terjerumus dalam pola kehidupan flexing maupun konsumtif.
Meski hidup dalam taraf kehidupan masyarakat tinggi, negara hadir dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya secara nyata karena negara memperhatikan kesejahteraan seluruh rakyatnya betulan bukan hanya kiasan.
Wallahualam bissawab.
Oleh: Wilda Nusva Lilasari, S.M.
Aktivis Muslimah
0 Komentar