Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Idul Fitri: Momen Berjuang Menyongsong Kemenangan Hakiki

Topswara.com -- Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahilham sepanjang malam hingga pagi ini tidak henti lisan kita menggemakan takbir, tak putus menyuarakan tahmid, tidak jeda melantunkan tasbih, tak bosan menyerukan kalimat tahlil. Semua itu kita lakukan dengan penuh kekhusyukan, ketawaduan dan ketundukan di hadapan Allah Ta'ala Dzat Yang Maha Agung.

Hari raya Idul Fitri adalah hari kemenangan bagi umat Islam, menang melawan hawa nafsu, menang melawan setan, menang melawan setiap kecenderungan dan perilaku menyimpang. Inilah yang seharusnya dirayakan oleh orang yang berpuasa. 

Namun sungguh kegembiraan itu masih berbalut kesedihan, bagaimana tidak? Beberapa hari terakhir, kaum Muslim di Palestina mendapatkan serangan bertubi-tubi dari tentara Israel. Israel kembali menumpahkan darah kaum Muslim, darah perempuan, laki-laki, anak-anak, remaja, orang dewasa hingga lansia. 

Tidak hanya serangan fisik, serangan pemikiran juga terus mereka gencarkan, seperti ide sekuler, moderasi agama, liberalisme agama dan sebagainya berselancar di media hingga mengumpulkan pemikiran kaum Muslim. 

Kaum Muslim mereka buat buta dari kebenaran. Alhasil, remaja Muslim terjatuh dalam kubangan kemaksiatan, freesex, alkohol, narkoba, hedon, materialis sudah menjadi lifestyle mereka. Tidak hanya itu, mereka juga dibuat apatis dan Alabai terhadap agamanya sendiri. 

Serangan untuk melumpuhkan pemikiran kaum Muslim ini juga tak luput dari upaya persekusi ulama, ustaz dan pengemban dakwah lainnya yang masih berdiri di atas kebenaran dan berani menentang kemungkaran penguasa. 

Para pengemban dakwah tersebut mereka sematkan sebagai ulama radikal, pemecah belah bangsa, intoleran dan sebagainya. Inilah hari kemenangan di tengah suasana hati yang merana. Apakah ini yang dinamakan khairu ummah?

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 110,

كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ 

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."

Tidak hanya Allah SWT yang memberikan stempel umat Islam sebagai umat terbaik. Rasulullah SAW dalam riwayat Imam Ahmad, Musnad, Juz V/5 menyatakan,

"Umat ini adalah umat terbaik diantara 70 umat yang lain."

Lalu, apakah umat mulia itu adalah umat yang dengan mudahnya ditindas, dijajah dan dizalimi? Tentu tidak, namun inilah yang terjadi pada umat Islam di berbagai negara saat ini. Umat Islam telah kehilangan jati dirinya sebagai umat terbaik dan tentu hilangnya jati diri umat Islam ini tidak bisa dilepaskan dari penerapan sistem sekuler di negeri ini. 

Pasalnya, dalam sistem sekuler, aturan agama atau syariah di campakkan. Pembuatan aturan diserahkan kepada manusia melalui mekanisme demokrasi. Tolok ukur kapitalisme dalam segala hal termasuk pembuatan hukum dan pengaturan urusan masyarakat adalah keuntungan atau manfaat terutama manfaat ekonomi.

Akibat sekulerisme, umat Islam tidak bisa mendapatkan hak-haknya dan tidak bisa menikmati kegembiraan sebagai buah dari puasa Ramadhan. Padahal, persepsi sebagai umat terbaik harus selalu ada dalam diri setiap Muslim terlebih saat dunia membutuhkan mereka.

Selama sepuluh tahun di Mekah, Rasulullah SAW menanamkan keyakinan kepada umat ini, keyakinan yang mengubah diri mereka dari budak menjadi orang merdeka, dari manusia hina menjadi manusia yang mulia. Umat harus memahami bahwa penerapan aturan Islam kaffahlah yang akan mengembalikan predikat mereka sebagai umat terbaik. 

Kondisi umat yang terpuruk dan jauh dari predikat sebagai umat terbaik ini tentu tidak boleh dibiarkan. Kondisi ini harus diubah, aktivitas perubahan harus gencar dilakukan di tengah umat ini. Sebab, perubahan itu tidak akan datang dengan sendirinya melainkan harus diusahakan. 

Allah berfirman dalam Al-Qur'an surah Ar-Ra'd ayat 11

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

Di momen Idul Fitri ini, di mana Allah SWT menghadiahi ketakwaan sebagai buah dari puasa, seharusnya menjadikan dorongan bagi umat Islam untuk berusaha bersungguh-sungguh dalam mengembalikan predikat khairu ummah dalam diri umat Islam atau dengan kata lain umat memperjuangkan tegaknya seluruh hukum Allah SWT di muka bumi ini dan bagi siapapun yang bertakwa, Allah SWT akan memberi dia setidaknya tiga jaminan,

Pertama, jalan keluar atas segala kesulitan. Kedua, rezeki dari arah yang tak diduga. Ketiga, kemudahan dalam segala urusan. (TQS. Ath-Thalaq: 2-3)

Oleh karena itu, di tengah ragam kesulitan yang dihadapi dalam perjuangan menegakkan hukum-hukum Allah Ta'ala, pasti ada jalan keluarnya. Inilah bentuk Pertolongan Allah SWT bagi orang-orang yang menolong agamaNya atas dorongan takwa. 

Saat kemenangan itu tiba, yakni diterapkannya aturan Allah SWT dalam seluruh aspek kehidupan, maka hari raya kaum Muslim akan dipenuhi kebahagiaan lahir dan batin. Kaum Muslim akan hidup dalam kemuliaan bukan penindasan apalagi kezaliman. []


Oleh: Nabila Zidane
(Jurnalis)
Baca Juga

Posting Komentar

0 Komentar